Pesan Rahbar

Home » , , , » ISIS Hancurkan segalanya di Mosul Irak dan Suriah

ISIS Hancurkan segalanya di Mosul Irak dan Suriah

Written By Unknown on Monday 28 July 2014 | 14:34:00

Video Penghancuran Makam Nabi Yunus ‘Alaihissalaam oleh Militan ISIS.


Ini adalah peristiwa yang cukup menggemparkan dunia, militan ISIS nekat menghancurkan makam Nabi Yunus ‘alaihissalaam dengan menggunakan palu besi. Dan akibat tindakan mereka ini makam Nabi Yunus ‘Alaihissalaam hancur luluh lantak.

Para pemberontak yang tergabung dalam kelompok Daulah Islam, mereka merekam prosesi penghancuran kuburan-kuburan yang berusia ratusan tahun di propinsi Ninawa.

Dalam video rekaman tampak mereka dengan memakai baju dan penutup wajah warna hitam, mereka mulai mengayunkan palu besi ke makam-makam, dan menyebabkan makam hancur berkeping-keping. Salah satu makam yang dihancurkan adalah makam Nabi Yunus ‘Alaihissalaam. Nabi yang dihormati oleh umat Islam maupun Kristen.

Militan ISIS beranggapan bahwa memberikan penghormatan khusus kepada makam dan peninggalan-peninggalan bersejarah adalah bertentangan dengan ajaran Islam.

Berkaitan dengan serangan ISIS terbaru, Zuhair al-Halabi mengatakan, “Kelompok militan ISIS langsung menguasai masjid Nabi Yunus di Mosul sejak mereka menginvasi kota itu.”
“Dan mereka merusak isi masjid tersebut serta menguasainya. “, tandasnya.
“Dikabarkan pula kalau Kuil Nabi Syits juga dihancurkan oleh pemberontak ini,” lanjutnya.

ISIS Hancurkan Makam Nabi Yunus di Mosul Irak.


“Takfiri ISIS terlebih dahulu menghentikan jemaah yang sedang berdoa di dalamnya. Mereka kemudian
meletakkan sejumlah bahan peledak di sekitar makam dan di dalam kompleks masjid, dan kemudian meledakkannya di hadapan kerumunan massa”
 
Mosul- Kelompok Takfiri berkedok Ahlu Sunnah, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tak segan-segan menghancurkan tempat suci bagi Muslimin dan Kristen di Irak, berupa makam Nabi Yunus as di Kota Mosul pada Kamis, 24 Juli 2014.

Beberapa media setempat
melaporkan, sebelumnya kelompok bengis berkedok Sunni itu menutup semua pintu masjid dan mencegah para jemaah yang ingin masuk untuk beribadah.

“Militan ISIS telah menghancurkan makam Nabi Yunus di sebelah timur Kota Mosul setelah menguasai kompleks masjid itu sepenuhnya,” kata seorang sumber keamanan kepada media Irak al-Sumarian News.
Saksi mata yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, Takfiri ISIS terlebih dahulu menghentikan jemaah yang sedang berdoa di dalamnya. Mereka kemudian meletakkan sejumlah bahan peledak di sekitar makam dan di dalam kompleks masjid, dan kemudian meledakkannya di hadapan kerumunan massa.

Seperti biasa, peledakkan itu dibumbui dengan teriakan-teriakan takbir. Kepada kantor berita AFP, seorang pejabat dan warga Mosul menuturkan elemen-elemen Takfiri anti kemanusiaan itu membutuhkan waktu setidaknya satu jam untuk menghancurkan tempat itu rata dengan tanah.

Menurut pejabat ini, sejauh ini ISIS sudah berhasil menghancurkan 30 tempat suci, termasuk puluhan masjid di dalam dan di sekitar Kota Mosul. “Namun, kerusakan terburuk adalah penghancuran makam Nabi Yunus yang kini telah berubah jadi debu,” tuturnya.

Sementara itu, seorang pejabat lokal Mosul, Zuhair al-Chalabi, mengatakan, selain menghancurkan makam Nabi Yunus, ISIS juga menghancurkan makam Nabi Daniel.

Nabi Daniel memang tidak termasuk salah satu dari 25 nabi yang wajib diketahui dan disebut dalam al-Quran, namun, menurut sejumlah ahli sejarah, Nabi Daniel merupakan nabi keturunan Nabi Daud yang hidup dan meninggal di Mesir.[Deleteisrael]

Sumber: http://www.islamtimes.org/vdcai6nye49nwy1.h8k4.html



Khalifah ISIS Hancurkan Makam Nabi Yunus.

Masjid Nevi Younis (Nabi Yunus) di Mosul Irak. (Foto: panoramio.com)

 
 Cuplikan penghancuran makam Nabi Yunus oleh ISIS. (Foto: youtube.com)

 Negara Islam Irak dan al-Sham (Islamic State of Iraq and Syria/ISIS) menghancurkan gereja, biara, merusak makam Nabi Yunus—tokoh yang sangat dihormati dalam tradisi Islam maupun Kristen.
Sebuah video yang diunggah di YouTube pada Rabu (9/7) menunjukkan sebuah makam yang dihancurkan dengan godam, dan menurut pejabat provinsi Niniwe, makam itu dipercaya sebagai makam Yunus.
ISIS, juga dikenal sebagai Islamic State of Iraq and Levant/ISIL, menguasai Mosul sejak akhir bulan lalu. Mereka juga mengontrol kota-kota Irak: Baiji dan Fallujah, dan bagian dari Suriah. Kelompok ekstrem tersebut telah menyiksa, memerkosa, dan menewaskan ribuan orang Kristen dan Muslim Syiah di kedua negara. Gereja-gereja dan masjid-masjid Syiah telah dibom, dan ratusan ribu warga Irak telah melarikan diri dari daerah itu karena kekerasan.

Tindakan terbaru dari terorisme, menurut juru bicara Kepolisian Nineveh Mayor Ahmed al-Obaidi, terjadi pada satu hari.

“Mereka membakar 11 gereja dan biara-biara yang tersebar di seluruh kota Mosul, dan beberapa jam kemudian menghancurkan patung penyair, tokoh sastra dan sejarah dari  Mosul,” kata al-Obaidi kepada Iraqi News awal Juli lalu.

Masjid yang terdapat makam Yunus telah berada di bawah kontrol kelompok teroris sejak mereka mengambil alih kota itu, kata pejabat setempat Zuhair al-Chalabi.

“Saat ini tempat itu masih mereka kuasai,” kata dia. “Ada informasi hampir pasti bahwa ISIS menggali makam Nabi Yunus.” Makam Nabi Set juga dihancurkan, menurut Mayor al-Obaidi. Set adalah anak Adam dan Hawa.

Tiga ulama Sunni, Khattab Hassan, 43, Riyadh al-Wandi, 39, dan Abdul Ghafoor Salman, 48, menolak ISIS dan menolak untuk melarikan diri Mosul. Namun, mereka dibunuh oleh teroris di bagian terpisah dari kota.
Pemimpin Gereja Katolik Khaldea Patriark Louis Raphael I Sako memperingatkan para pemimpin Uni Eropa (UE) pekan lalu bahwa meningkatnya kekerasan dan penghancuran bisa mengarah pada genosida warga Kristen dari Irak.

Patriark Sako mengalamatkan seruannya kepada Presiden Dewan Uni Eropa Herman Van Rompuy dan anggota Komisi Eropa dan Parlemen dalam pertemuan yang diadakan oleh badan amal Bantuan Gereja Katolik.

“Banyak orang Kristen yang melihat masa depan mereka di Irak suram,” katanya kepada para pemimpin. “Umat muslim juga melarikan diri dan mereka telah menemukan tempat berlindung di desa terdekat di antara keluarga Kristen dan di gedung-gedung gereja.”

Sako mendesak Uni Eropa untuk membantu memadamkan kekerasan dan penganiayaan.
“Kita tidak bisa tetap acuh tak acuh terhadap situasi mereka,” ia menegaskan. “Uni Eropa harus melakukan yang terbaik untuk membantu mereka dan menciptakan kondisi bahwa orang Kristen, penduduk tertua dari daerah itu, bisa tetap ada dalam kondisi kesetaraan dan saling menghormati.”

ISIS, yang dipimpin oleh Abu Bakr al Baghdadi, telah meningkat dalam kekuasaan secara substansial sejak penarikan pasukan AS dari Irak pada Desember 2011. PBB melaporkan bahwa lebih dari 2.400 orang tewas di Irak bulan lalu. (christiantoday.com)

ISIS Usir Warga Kristen dari Mosul, Irak.

Warga Kristen yang mengungsi dari kota Mosul Irak, berdoa pada hari Sabtu (19/7) di Gereja Mar Aframa di kota Qaraqoush. Mereka mengungsi akibat ancaman pembunuhan oleh ISIS atau pindah agama. (Foto dari Al Ahram/AP)
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM - Negara Islam  atau dikenal juga Islam Sate of Iraq and Syria (ISIS) pada hari Minggu menyatakan bertanggung jawab atas pemboman mematikan di ibu kota Irak, Baghdad. Mereka mentargetkan warga Kristen  yang telah melarikan diri dari  Mosul, akibat kehilangan rumah, ancaman dan nasib yan tidak menentu di sana.

Pengungsian dari komunitas Kristen  yang telah berabad-abad  di sana akibat serangan jihadis yang menguasai  kota kedua Irak. Hal itu menyerukan solidaritas dan janji bantuan dari mantan tetangga mereka dari Islam Sunni dan para pemimpin Syiah.

Dalam pernyataan yang dimuat di situs jihad, Negara Islam (ISIS) itu memuji dua pejuang mereka yang berkebangsaan  Jerman dan Suriah , yang telah melakukan serangkaian  ledakan yang membunuh 24 orang di Baghdad pada hari Sabtu (19/7).

"Dua ksatria Islam dan pahlawan kekhalifahan, Abu Qaqa al-Almani dan Abu Abdulrahman al-Shami, menghancurkan pos-pos pemeriksaan "yang dijaga oleh tentara, polisi dan sekutu milisi Syiah,” kata pernyataan itu.

Serangan bom yang berkelanjutan  dan mematikan di Baghdad  terjadi sejak ISIS menaklukkan sebagian besar wilayah itu bulan lalu, dan memperburuk ketegangan sektarian dan mendorong Irak ke ambang perpecahan.
Ultimatum pada Kristen

Pengusiran orang Kristen dari Mosul menjadi perpindahan massal terbaru dalam tahun-tahun kekerasan yang telah mewarnai ulang kehidupan Irak dengan peta konflik etno-sektarian.

"Kami tidak tahu apa yang akan kami lakukan atau apa yang akan terjadi pada kami. Apakah kami akan pernah kembali ke rumah kami? Apakah pemerintah membersihkan kota dari teroris?" tanya Umm Ziyad, 35 tahun.

Dia melarikan diri Mosul pada hari Jumat  (18/7) dengan keempat anaknya dan sekarang menumpang  di rumah yang masih dalam perbaikan bersama beberapa keluarga pengungsi lainnya di kota Kristen Qaraqosh, 32 kilometer di timur Mosul.

Menurut seorang pendeta, beberapa ribu orang Kristen melarikan diri Mosul pada hari Jumat (18/7) dan hari Sabtu (19/7) menyusul ultimatum oleh penguasa baru kotaitu  untuk pindah agama, membayar pajak khusus, meninggalkan kota atau menghadapi eksekusi.

Patriark Kasdim Louis Sako mengatakan, masih ada sekitar 35.000 orang Kristen di kota itu sebelum ISIS melancarkan serangan  pembersihan  pada  9 Juni, dan  menyatakan khilafah serta membuat Mosul Irak basis utama mereka.

Dia mengatakan semua telah meninggalkan kota pada saat ultimatum terakhir pada Sabtu (19/7) siang. Sebagian besar orang Kristen yang memutuskan untuk tinggal  menghadapi nasib fatal. "Saya sudah merasa mati," kata dia kepada AFP.

Bagian Integral Irak.
Banyak penduduk Mosul takut untuk berbicara dan dalam tekanan besar yang hamper tidak mungkin memiliki akses pada media massa, tapi warga dari Muslim Sunni di kota telah menyuarakan simpati bagi mantan tetangga Kristen mereka.

"Kami menganggap itu tidak adil dan bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam," kata seorang warga Mosul  kepada AFP melalui telepon.

"Kristen telah tinggal di Mosul selama lebih dari 1.000 tahun dan sebagian besar dari mereka adalah orang-orang top,  dokter, insinyur dan seniman kepergian mereka adalah kerugian besar bagi Mosul," kata dia.

Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki, dalam sebuah pernyataan mengutuk pengusiran orang Kristen Mosul dan mendesak dunia untuk bersatu melawan jihadis Sunni (ISIS).

ISIS disebutkan  menjadi ancaman bagi kelompok agama minoritas di wilayah " yang sebelumnya mengungkapkan tanpa keraguan siifat kriminal dan teroris kelompok ini, dan bahaya yang diwakilinya melawan kemanusiaan dan warisan berabad-abad," kata dia.

Para pemimpin politik di kota-kota suci Syiah, Karbala dan Najaf, keduanya telah kepayahan di bawah beban pengungsi Syiah yang terpaksa meninggalkan rumah mereka selama enam pekan terakhir dari pertempuran, namun mereka juga membuka pintu mereka  untuk orang-orang Kristen yang mengungsi.

Ahmed Chalabi, politisi Syiah terkemuka yang dipandang sebagai salah satu penantang utama Maliki untuk menjadi perdana menteri, berpendapat bahwa pemerintah yang harus disalahkan untuk krisis terburuk di negara itu dalam beberapa tahun.

"Kristen Irak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rakyat Irak dan telah hadir di negeri ini selama lebih dari 1.600 tahun," kata dia dalam sebuah pernyataan.

"Pemerintah Irak saat ini telah gagal dalam tugasnya untuk melindungi warga Irak," kata dia, dan mendesak parlemen untuk segera memilih presiden baru dan membentuk pemerintahan yang mampu menyelamatkan integritas Irak.  (AFP).

ISIS Bakar Gereja Kuno Berusia 1.800 Tahun.

 
Pembakaran gereja merupakan aksi terbaru dari serangkaian perusakan material Kristen di Mosul, yang dikuasai gerilyawan sejak bulan lalu. (Foto: alarabiya.net)
 
Militan dari kelompok jihad radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) membakar sebuah gereja  tua berusia 1.800 tahun di kota terbesar kedua Irak, Mosul. Sebuah  foto yang dirilis hari Sabtu (19/7) menunjukkan aksi tersebut.

Pembakaran gereja merupakan aksi terbaru dari serangkaian perusakan harta benda Kristen di Mosul, yang dikuasai gerilyawan sejak bulan lalu, juga beberapa wilayah lain di Irak.

Sebuah video yang di-posting di YouTube pada 9 Juli menunjukkan sebuah makam dihancurkan dengan palu godam yang menurut pejabat pemerintah adalah "hampir pasti" makam Nabi Yunus.
Sebelumnya, orang-orang Kristen di Mosul melarikan diri ke luar kota sebelum batas waktu hari Sabtu (19/7), saat ISIS yang terinspirasi al-Qaeda meminta mereka memilih masuk Islam, atau membayar pajak, atau pergi dari Mosul, atau dibunuh.

Majid Hamid, seorang koresponden media Al Arabiya di Irak mengatakan tenggat waktu yang ditetapkan oleh ISIS adalah pukul 12:00 waktu Irak (10:00 GMT). Hamid melaporkan banyak orang Kristen meninggalkan kota pada hari Jumat. Belum jelas nasibnya jika ada warga Kristen yang masih tetap di Mosul setelah batas waktu tersebut.

Hari Jumat, pemimpin gereja Chaldean Babylonia, Louis Raphael Sako mengatakan kepada AFP, keluarga Kristen Mosul sedang dalam perjalanan menuju Dohuk dan Arbil, wilayah dekat daerah otonom Kurdistan.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah Irak, Mosul sekarang kosong orang Kristen," kata Louis Sako.
Saksi mata mengatakan, perintah dari ISIS yang menyatakan supaya orang Kristen meninggalkan kota dengan batas hari Sabtu dilakukan melalui pengeras suara dari masjid-masjid kota pada Jumat.

Sebelumnya, pernyataan yang memperingatkan orang-orang Kristen di Mosul supaya mereka pindah agama Islam, membayar pajak khusus, pergi atau menghadapi kematian, konon mulai diumumkan ISIS akhir pekan lalu.

Diperkirakan satu juta umat Kristen ada di Irak sebelum adanya invasi di tahun 2003 yang dipimpin Amerika Serikat dengan menggulingkan Presiden Saddam Hussein. Sejak itu, orang-orang Kristen di seluruh negeri menjadi sasaran militan, mengebom gereja-gereja mereka, dan membunuh pendeta.

Di bawah tekanan seperti itu, banyak orang Kristen pergi meninggalkan negaranya. Pemimpin-pemimpin Gereja menyatakan jumlah warga Kristen di Irak sekarang sekitar 450.000 ribu jiwa. (alarabiya.net).

ISIS Rajam Perempuan Suriah atas Tuduhan Berzinah.

 
Jihadis ISIS di Suriah utara. (Foto: Ist)

DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Jihadis yang mengasai wilayah Suriah di utara,  Raqa, menuduh seorang perempuan melakukan perzinahan dan menghukumnya dengan rajam sampai mati. Hal itu dikemukakan Observatorium untuk Hak Asasi Manusia di Suriah, hari Jumat (18/7).

Ini adalah "eksekusi" pertama yang dilakukan Negara Islam (IS) di Suriah yang telah memproklamasikan pembentukan kekhalifahan Islam di wilayah Irak dan  Suriah. Kelompok isi juga dikenal sebagai ISIS atau Negara Islam Irak dan Suriah.

"Negara Islam melakukan eksekusi mati pertama dengan cara rajam terhadap seorang perempuan di Tabaqa, atas tuduhan berzina," kata Observatorium yang berbasis di Inggris itu. Pernyataan ini mengacu pada sebuah kota di provinsi Raqa, yang sebagian besar berada di bawah kendali IS.

Seorang aktivis di provinsi ini mengkonfirmasi laporan tersebut dan mengatakan bahwa pelaksanaan rajam itu terjadi di sebuah lapangan umum di Tabaqa pada hari Kamis (17/7) malam.

"Ini adalah pertama kalinya hal ini terjadi di sini," kata Abu Ibrahim.

IS pertama kali muncul dalam konflik Suriah pada akhir musim semi tahun lalu. Beberapa pemberontak Suriah awalnya menyambut para jihadis, melihat mereka sebagai sekutu potensial dalam perang untuk menggulingkan rezim Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.

Tapi pelanggaran yang sistematis dari kelompok ini dan upaya mendominasi kekuasaan, membuat mereka cepat berbalik pada oposisi utama. Pemberontak telah berjuang melawan jihadis IS sejak Januari lalu.

IS juga mempelopori serangan terbaru ke Irak, menguasai sebagian besar wilayah utara danmengambil senjata dari pasukan Irak yang melarikan diri. (AFP).

Gerakan ISIS Menyihir dan Berpotensi Ancam Keamanan.



Dokumentasi foto Ilustrasi Seorang pejuang ISIS di Suriah dan foto dokumentasi aksi Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, (16/6) (Foto: istimewa)

Munculnya gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di akhir bulan Juni lalu, menyihir kelompok di Indonesia dan sekaligus berpotensi menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya tindak kekerasan dan terorisme yang mengancam keamanan nasional. Demikian catatan dalam Dialog Agama dan Masyarakat di KBR dan TV Tempo bersama Juru Bicara Mabes Polri Boy Rafli Amar dan Muchsin Labib dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (16/7).

Bermula dari sebuah aksi solidaritas untuk ISIS pada 16 Maret 2014 di Bundaran HI, Jakarta, dihadiri massa yang melakukan long march sambil mengibar-kibarkan bendera hitam bertuliskan kalimat tahlil. Bendera yang sama yang digunakan oleh pejuang ISIS.

Aksi di sepanjang jalan mengelilingi bundaran HI tersebut dihadiri ratusan massa yang sesekali meneriakkan takbir. Massa yang datang dari berbagai daerah, seperti Jabodetabek, Banten, Sukabumi, Cianjur, dan Lamongan adalah kaum muslim yang tergabung dalam kelompok yang menamakan diri Panitia Bersama Pendukung dan Pembela Daulah. Mereka diduga berasal dari beberapa tandzim atau ormas Islam di beberapa daerah, seperti Jabodetabek, Banten, Sukabumi, Cianjur, dan Lamongan.

"Kami atas nama kaum muslimin dari Lamongan menyatakan dukungan terhadap tegaknya syariat Islam di negeri Syam, dan tegaknya Daulah Islam Irak dan Syam," demikian orasi yang dapat disaksikan di situs video Youtube.

Gerakan aksi mendukung ISIS di Indonesia belum menjadi kekhawatirkan Kepolisian. Boy Rafli Amar Juru Bicara Mabes Polri narasumber acara dialog tersebut, "Mengkhawatirkan itu terkait dengan hal yang mengarah pada kekerasan." Boy juga berpendapat aksi dukungan seperti di Bundaran HI masih dalam koridor hukum yang berlaku.

Boy melanjutkan, aksi dukungan adalah bagian kebebasan berpendapat dan berkespresi yang dilindungi Undang-Undang. Kepolisian memastikan terus memperhatikan aksi-aksi tersebut. "Apabila ada potensi penyalahgunaan, tentu tidak luput dari perhatian aparat dalam hal ini Kepolisian," ujar Boy.

Ketika ditanya apakah aksi-aksi itu akan mengarah pada teorisme dalam negeri, Boy berkata, "Berpikir ke arah yang negatif itu tidak salah juga. Akan kami cermati bersama."
Sementara aksi dukungan terus bermunculan, Kepolisian akan terus melakukan pengawasan. "Kepolisian tidak tinggal diam, akan terus mencermati fenomena, gejala, indikasi yang mengarah pada instabilitas negara kita," tegas Boy.

Ide Khalifah.
Sebetulnya ide kekhalifahan buat muslim Indonesia tidaklah baru. Ia sudah muncul lewat gerakan seperti NII, dan belakangan Hizbut Tahrir. Namun kata Muchsin Labib dari UIN Syarif Hidayatullah, gerakan ISIS yang muncul ini berbeda karena hadir "dengan kekuatan militer yang besar, dengan media yang kuat, kemudian ada kaitannya dengan yang kita sebut grand design."

Gagasan pemerintahan khalifah dalam Islam juga tidak lepas dari perdebatan. "Ketika kekhalifahan Ottoman (Ustmaniyah, Red) runtuh, Islam terpecah jadi dua: nasionalis dan khalifah,"  jelas Muchsin. Kelompok nasionalis percaya pada sistem negara-bangsa, sementara kelompok khalifah pada sistem khalifah.

Bentuk pemerintahan khalifah juga berubah-ubah dari zaman Nabi Muhammad hingga Ottoman. Bentuk yang umum diakui adalah pemerintahan Nabi Muhammad hingga Ali bin Abi Thalib. "Setelah itu kekhalifahan berubah jadi dinasti. Kerajaan temurun," jelas Muchsin lagi.

Kata Muchsin, "Sistem khalifah adalah sistem yang partisipatif, dibangun dengan konsep syura. Khalifah tidak dengan pemaksaan."

Sihir ISIS di Indonesia.
Ketika ISIS mengklaim sebagai pemerintahan khalifah Islam, maka langsung mencuri perhatian dunia. Pemimpinnya, yang disebut khalifah Abu Bakr al Baghdadi, meminta umat muslim sedunia tunduk padanya. Gerakan ini menguasai lebih banyak wilayah Irak dan Syria ketimbang wilayah yang dikuasai pemerintahan resmi kedua negara tersebut. Posisi ini didapat lewat teror berkedok agama. Setidaknya 350 orang dilaporkan jadi korban senjata ISIS.

Namun kelompok di Indonesia ibarat terkena sihir ISIS. Kelompok-kelompok lokal yang selama ini percaya pada sistem khalifah satu per satu menyatakan dukungannya pada gerakan tersebut. Sebagian pejuang ISIS di medan perang justru dari Indonesia, tulis Majalah TIME.

Muchsin Labib menjelaskan konflik Suriah adalah urusan politik, namun kemudian dipoles nubuat-nubuat seolah jadi perang agama. Kini kelompok militan datang dari negara lain yang sebetulnya tidak berkepentingan dengan politik Suriah. (portalkbr.com).

Sunni dan Syiah Menyatakan ISIS Kelompok Setan.

 Pemimpin Muslim Sunni dan Syiah di Inggris menyebut ISIS sebagai kelompok setan. (Foto: BBC)

Para pemimpin Muslim Sunni dan Syiah di Inggris menyebut jihadis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS, Islamic State of Iraq and Syria) sebagai kelompok setan.

Diberitakan pada Sabtu (12/7), sebuah pernyataan di situs Imams Online ini mengatakan, "Imam senior Inggris telah muncul bersama untuk menekankan pentingnya persatuan di Inggris dan memfatwa ISIS sebagai kelompok setan yang secara tidak sah mewakili Islam dengan cara apapun."

Mereka berharap film empat menit ini akan berfungsi untuk melawan propaganda digital yang disebarkan ISIS melalui media sosial yang mendesak anak muda Inggris pergi ke Irak dan Suriah bergabung dengan kelompok jihadis yang juga dikenal juga sebagai ISIL (Islamic State of Iraq and the Levant) ini.
Mereka juga mengecam sektarianisme Sunni-Syiah, karena awal pekan ini ISIS menghancurkan masjid Syiah dan sejumlah bangunan suci.

"Kami Muslim bersatu melawan ISIS, melawan terorisme, melawan kekejaman, melawan rasa sakit dan penderitaan," kata kepala Majelis Ulama-e-Syiah Sayed Ali Rizvi dalam video itu.
Video Imam Online mengutip Quran untuk menekankan pentingnya persatuan Islam meskipun konflik bersifat sektarian terjadi  di Timur Tengah dengan mengutip surat al Imran.

"Sebagai seorang Muslim Sunni, saya tidak menerima kekhalifahan ISIS, saya anggap ISIS sebagai organisasi teroris," kata Maulana Shahid Raza dari Masjid Leicester Tengah.

Abu Muntasir, kepala eksekutif lembaga amal JIMAS, mengatakan, "Saudara-saudara, jika aku bisa memberitahumu dalam satu kalimat tentang ISIS saya akan memberitahumu bahwa mereka jahat, mereka korup, mereka mencari keuntungan diri sendiri, egois, orang-orang yang buruk. Jangan bergabung dengan mereka."

Sebelumnya,  ISIS membuat pernyataan yang mendesak umat Islam seluruh dunia bergabung dengan mereka dalam deklarasi kekhalifahan Islam yang dipimpin Abu Bakr al Baghdadi. (bbc.com/huffingtonpost.com).

Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: