Direktur kelompok sastra Arab markas Dairat
al-Ma’arif Buzurge Islami dengan menegaskan kelaziman mengkaji naskah
Birmingham oleh para cendekiawan muslim mengatakan, klaim para sejarawan
Inggris tentang naskah ini adalah dusta.
Azartash Azarnoush, Direktur sastra Arab markas Dairat al-Ma’arif Buzurge Islami saat wawancara dengan IQNA, terkait klaim para sejarawan Inggris yang mendasarkan kekunoan naskah Al-Quran yang ditemukan di Birmingham kembali pada masa sebelum Islam, mengatakan, masalah semacam ini tidaklah valid, mana mungkin Al-Quran kembali pada masa sebelum Islam; karena kita benar-benar mengetahui cerita pengumpulan Al-Quran, yang diterangkan oleh Hafsah, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.
“Naskah Al-Quran tertua yang ditemukan sampai sekarang in adalah naskah Yaman, yang ditemukan sebelum naskah Birmingham, yang kembali pada 100 tahun Hijriah dan sebelumnya juga ditemukan Al-Quran di London dan Kairo, yang terkait pada abad ketiga,” imbuhnya.
Keyakinan Eropa akan Pengumpulan Al-Quran pada Abad Pertama
Azartash Azarnoush dalam menjawab sampai sekarang ini Al-Quran tersebut sebagai naskah tertua yang diketengahkan oleh Barat, yang mana merupakan kedustaan, menjelaskan, peristiwanya lebih luas dari ucapan-ucapan ini, mayoritas para cendekiawan Eropa meyakini bahwa Al-Quran dikumpulkan pada abad pertama dan kedua Hijriah dan mereka juga tidak meyakini pengumpulnya dilakukan oleh Hafsah, Umar dan Utsman, dan bahkan sebagian dari mereka meyakini tidak adanya Al-Quran dan mengatakan tidak mungkin ada, kecuali itu adalah bikinan.
Lebih lanjut dia mengatakan, sebagian juga meyakini bahwa Al-Quran bukanlah Arab dan salah satu dialegnya adalah Suryani, namun sejumlah cendekiawan Perancis meyakini bahwa Al-Quran sudah ada sejak dahulu dan sejumlah darinya dikumpulkan dengan perintah Rasulullah dan ditulis di atas tulang atau kertas.
Pentingnya Penanggalan Karbon 14 dan Pengenalan Khat dalam Kekunoan Naskah
Azartash Azarnoush menegaskan, adapun penulisan pengumpulan Al-Quran kembalinya di masa siapa dan kapan, kesemuanya terkait pada masa Utsman dan berikutnya, namun ini bukan berarti kita memiliki naskah sejak masa ini, namun semua naskah pada masa tersebut telah sirna dan dalam riwayat telah dipaparkan masalah semacam ini, namun dalam prakteknya kita tidak memiliki sesuatu, ketika Al-Quran Yaman ditemukan, semua teori yang ada berantakan; karena mereka melihat di Yaman ada Al-Quran yang sangat terperinci, namun terpisah-pisah, sedangkan tanggal penulisannya kembali pada tahun 100 Hijriah.
Dia dalam menjawab seberapa besar dapat dipercaya tes karbon 14 yang dilakukan atas naskah, menjelaskan, tidak hanya tes karbon 14, bahkan kajian pengenalan khat juga dapat membantu masalah ini, baik dari sisi jenis kertas, tinta dan khat dapat menjadi penunjuk kekunoan naskah, namun sangat disayangkan orang-orang Yaman tidak mengizinkan penelitian lebih lanjut kepada para peneliti, dan saya harap tidak sirna dalam perang dan konflik ini.
Pentingnya Mengkaji Al-Quran Birmingham oleh Para Peneliti
Direktur kelompok sastra markas Dairah al-Ma’arif Buzurge Islami mengingatakan, sebagian teman-teman muslim mengkaji naskah Yaman dan demikian juga para cendekiawan Jerman telah melakukan riset atasnya, dan kelaziman mengkaji Al-Quran Birmingham juga merupakan hal yang urgen guna menyingkap kesamaran-kesamaran yang ada dalam kekunoan Al-Quran yang telah ditemukan.
(IQNA/ABNS)
Azartash Azarnoush, Direktur sastra Arab markas Dairat al-Ma’arif Buzurge Islami saat wawancara dengan IQNA, terkait klaim para sejarawan Inggris yang mendasarkan kekunoan naskah Al-Quran yang ditemukan di Birmingham kembali pada masa sebelum Islam, mengatakan, masalah semacam ini tidaklah valid, mana mungkin Al-Quran kembali pada masa sebelum Islam; karena kita benar-benar mengetahui cerita pengumpulan Al-Quran, yang diterangkan oleh Hafsah, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.
“Naskah Al-Quran tertua yang ditemukan sampai sekarang in adalah naskah Yaman, yang ditemukan sebelum naskah Birmingham, yang kembali pada 100 tahun Hijriah dan sebelumnya juga ditemukan Al-Quran di London dan Kairo, yang terkait pada abad ketiga,” imbuhnya.
Keyakinan Eropa akan Pengumpulan Al-Quran pada Abad Pertama
Azartash Azarnoush dalam menjawab sampai sekarang ini Al-Quran tersebut sebagai naskah tertua yang diketengahkan oleh Barat, yang mana merupakan kedustaan, menjelaskan, peristiwanya lebih luas dari ucapan-ucapan ini, mayoritas para cendekiawan Eropa meyakini bahwa Al-Quran dikumpulkan pada abad pertama dan kedua Hijriah dan mereka juga tidak meyakini pengumpulnya dilakukan oleh Hafsah, Umar dan Utsman, dan bahkan sebagian dari mereka meyakini tidak adanya Al-Quran dan mengatakan tidak mungkin ada, kecuali itu adalah bikinan.
Lebih lanjut dia mengatakan, sebagian juga meyakini bahwa Al-Quran bukanlah Arab dan salah satu dialegnya adalah Suryani, namun sejumlah cendekiawan Perancis meyakini bahwa Al-Quran sudah ada sejak dahulu dan sejumlah darinya dikumpulkan dengan perintah Rasulullah dan ditulis di atas tulang atau kertas.
Pentingnya Penanggalan Karbon 14 dan Pengenalan Khat dalam Kekunoan Naskah
Azartash Azarnoush menegaskan, adapun penulisan pengumpulan Al-Quran kembalinya di masa siapa dan kapan, kesemuanya terkait pada masa Utsman dan berikutnya, namun ini bukan berarti kita memiliki naskah sejak masa ini, namun semua naskah pada masa tersebut telah sirna dan dalam riwayat telah dipaparkan masalah semacam ini, namun dalam prakteknya kita tidak memiliki sesuatu, ketika Al-Quran Yaman ditemukan, semua teori yang ada berantakan; karena mereka melihat di Yaman ada Al-Quran yang sangat terperinci, namun terpisah-pisah, sedangkan tanggal penulisannya kembali pada tahun 100 Hijriah.
Dia dalam menjawab seberapa besar dapat dipercaya tes karbon 14 yang dilakukan atas naskah, menjelaskan, tidak hanya tes karbon 14, bahkan kajian pengenalan khat juga dapat membantu masalah ini, baik dari sisi jenis kertas, tinta dan khat dapat menjadi penunjuk kekunoan naskah, namun sangat disayangkan orang-orang Yaman tidak mengizinkan penelitian lebih lanjut kepada para peneliti, dan saya harap tidak sirna dalam perang dan konflik ini.
Pentingnya Mengkaji Al-Quran Birmingham oleh Para Peneliti
Direktur kelompok sastra markas Dairah al-Ma’arif Buzurge Islami mengingatakan, sebagian teman-teman muslim mengkaji naskah Yaman dan demikian juga para cendekiawan Jerman telah melakukan riset atasnya, dan kelaziman mengkaji Al-Quran Birmingham juga merupakan hal yang urgen guna menyingkap kesamaran-kesamaran yang ada dalam kekunoan Al-Quran yang telah ditemukan.
(IQNA/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email