Pesan Rahbar

Home » » Berharap Keadilan Pada Jokowi, Sembilan Perempuan Cor Kaki di Depan Istana

Berharap Keadilan Pada Jokowi, Sembilan Perempuan Cor Kaki di Depan Istana

Written By Unknown on Friday, 15 April 2016 | 21:23:00

Petani berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, memprotes pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Rembang (Foto: BBC Indonesia)

Sembilan perempuan dari tiga kota di Jawa Tengah mengecor kaki mereka dengan semen, di depan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu 13 April 2016. Mereka memprotes pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di wilayah pegununan Kendeng Utara, Rembang, Jawa Tengah.

Mereka lakukan pengecoran kaki ini lantaran menuntut keadilan di daerah sendiri tak kunjung terpenuhi. Mereka berharap kepada Presiden Jokowi supaya mendengar jeritan hati para petani yang terancam dampak penambangan semen ini.

“Kalau gunungnya ditambang, nanti akan habis to Mas. Kami ini kan petani, harus ada lahan, harus ada air. Tapi kalau gunungnya dikeruk nanti kan semua bisa hilang. Yang tadinya bertani kan nggak bisa lagi bertani. Padahal yang di situ bukan cuma manusia, makhluk hidup yang lain di situ banyak banget,” kata Sukinah salah satu warga Rembang yang turut aksi depan Istana Negara sebagaimana dikutip dari ABI Press.

Pegunungan Kendeng sendiri meliputi wilayah Rembang, Pati, Blora, dan Grobogan Jawa Tengah. Karena itu, selain Sukinah ada juga warga dari Pati dan Grobogan yang rela datang dan mengecor kakinya di sana.

Pegunungan Kendeng adalah lumbung pangan warga sekitar, di mana terdapat sumber mata air di sana. Aksi menyemen kaki ini sebagai simbol bagaimana pabrik semen telah membelenggu hidup dan masa depan mereka.

“Adanya galian-galian pabrik semen, membuat banyak daerah kekeringan. Kalau pabrik semen terus ada, kami tidak bisa berbuat apa-apa, lalu kami makan dari mana?” ujar Deni Yuliantini, petani dari Grobogan, yang ikut dalam aksi unjuk rasa, dengan kaki yang juga terpasung semen sebagaimana dikutip dari BBC Indonesia.

Yuliantini bersama delapan perempuan lainnya, melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara sejak 11 April lalu. Aksi dimulai siang hingga sore hari.

Selama berada di Jakarta, kesembilan perempuan yang dikenal dengan sebutan Kartini Pegunungan Kendeng ini, menginap di kantor LBH Jakarta. Mereka merupakan para petani sepanjang pegunungan Kendeng yaitu Rembang, Pati, dan Grobogan, Jawa Tengah.

Semua aktivitas, mulai dari makan, tidur hingga berganti pakaian, mereka lakukan dengan kaki terpasung semen.

“Kami hanya bisa berbuat seperti ini, mengecor kaki kami, karena kami tidak pernah didengar. Kalaupun keadaan berbicara lain, kami hanya bisa pasrah, mungkin yang memiliki keadilan yang akan berbicara, dan alam juga pasti akan berbicara dengan sendirinya.” kata Yuliatini dengan mata berkaca-kaca.

Kepala Kantor Staf Presiden Teten Masduki mengakui sulit bagi pemerintah untuk memenuhi tuntutan mereka. Sebab, kata Teten, investasi sudah berjalan. “Opsi dari mereka memang tidak mudah bagi kita untuk memutuskan. Karena investasinya sudah jalan, pembangunannya sudah jalan,” ucap Teten di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu 13 April 2016.

Teten sendiri mengaku sudah menemui sembilan petani yang melakukan aksi protes dengan menyemen kaki mereka di depan Istana. Pada para Kartini tersebut, dia menjanjikan akan menyampaikan aspirasi mereka pada Presiden.

Teten mengaku memahami keresahan petani atas pembangunan pabrik semen didasari oleh adanya hubungan yang kuat antara penduduk asli dengan daerah tempat tinggal mereka. “Karena keterikatan secara budaya, kehidupan, dengan tanah sebagai sumber penghidupan, mereka merasa itu dieksploitasi secara ekonomi dengan industri semen,” ucap dia.

Teten menjanjikan pemerintah akan mengkaji serius persoalan ini dan mencari jalan tengah terbaik. Dia juga meminta agar para Kartini Pegunungan Kendeng menghentikan aksi protes mereka yang tergolong ekstrem tersebut.

Sebelum membangun pabrik di wilayah pegunungan Kendeng Utara, Rembang, PT Semen Indonesia berencana membangun pabrik di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, namun rencana itu urung terlaksana, karena gugatan warga, yang diwakili tokoh masyarakat, menang hingga tingkat Mahkamah Agung.

Namun, upaya warga untuk menolak pembangunan pabrik semen di pegunungan Kendeng, kandas di pengadilan.

Pada April 2015, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang, memutuskan tidak menerima gugatan warga Rembang terkait pembangunan pabrik.

(BBC-Indonesia/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: