Pesan Rahbar

Home » » Neraca Kebenaran dan Kebatilan; Pengantar Penerbit

Neraca Kebenaran dan Kebatilan; Pengantar Penerbit

Written By Unknown on Friday, 28 October 2016 | 02:23:00


Tolok ukur paling fundamental terhadap kualitas keberagamaan seseorang terletak pada sejauhmana jangkauan pandangan dunia (kosmologi) yang menjadi basis pemahamannya. Selain pula merefleksikan, seberapa serius seseorang menganut dan meyakini agamanya. Pandangan dunia merupakan serangkaian rumus-rumus yang berkenaan dengan problematika pemikiran yang bersifat epistemik atau “kebagaimanaan”. Ini berbeda dengan ihwal ideologi yang mempersoalkan apa yang seharusnya.

Dalam konteks kekinian, acapkali kita saksikan bagaimana keberagamaan yang dipraktikkan hanya mengedepankan aspek ideologisnya semata. Sementara aspek epistemologinya (yang berkenaan dengan formula pandangan dunianya) mengalami reduksi dan pengabaian sedemikian rupa. Bahkan tak jarang kita jumpai, kosmologi diperlakukan tak ubahnya rumus-rumus ideologi itu sendiri (seperti doktrin, norma-norma, serta berbagai ketetapan hukum). Tak ada seorangpun yang dianggap berhak dan diberi kesempatan untuk mempertanyakan, apalagi menggugatnya. Akibatnya, kosmologi menjadi identik dengan tabu sosial.

Pendangkalan terhadap pandangan dunia tentunya bisa berakibat fatal. Agama minus pandangan dunia hanyalah deretan dogma atau norma yang kering. Segenap aktivitas keberagamaan melulu hanya berurusan dengan berbagai aspek ritual dan artifaktual semata. Lebih dari itu, tanpa penghayatan kosmologis, eksistensi agama dalam konteks komunal tak lebih dari sekadar instrumen politik (tentunya yang berwatak tiranik). Kenyataan semacam itu mengindikasikan bahwa kini agama tengah sekarat dan kehilangan spirit intelektualnya. Apabila terus diabaikan, bukan tak mungkin secara historis, institusi dan konsepsi keagamaan —naudzubillah— akan menemui ajalnya dan hanya menjadi bagian dari masa silam. Agama lantas akan menjadi penghuni abadi sekaligus penghias etalase musium sejarah kemanusiaan.

Padahal, pandangan dunia yang berorientasi pada konstruksi pemahaman serta penghayatan religius, akan menjadi sumber ilham yang tak pernah kering bagi pencarian berbagai solusi alternatif terhadap segenap problematika kemanusiaan di berbagai sektor kehidupan. Ini dikarenakan terdapat relasi konsekuensial antara apa yang dipahami seseorang dengan apa yang seharusnya dilakukan (dengan kearifan serta kebijakan).

Berkenaan dengan arti penting dari pandangan dunia, kami menyuguhkan salah satu buah karya yang sungguh menarik dari sosok pemikir yang tentunya sudah tidak asing lagi bagi kalangan pembaca di Tanah Air. Beliau adalah Murtadha Muthahhari, seorang filosof Muslim mutaakhirin, yang sekaligus juga salah seorang arsitek kebangkitan dan revolusi Islam. Topik pandangan dunia, tentunya yang berkarakter keislaman, senantiasa menjadi fokus keprihatinannya. Tak kurang, semua itu dituangkan dalam berbagai buku eksklusif, artikel, serta manuskrip hasil ceramah (perkuliahan atau umum) yang disampaikan beliau dalam berbagai pertemuan.

Karya tulis beliau yang kami terjemahkan pada kesempatan kali ini, merupakan hasil sejumlah ceramah yang kemudian ditranskripsikan oleh penerbit dari bahasa Parsi. Isinya, yang secara terpisah terbagi ke dalam dua bab, menyentuh berbagai aspek pandangan dunia (Islam), khususnya yang berkenaan dengan konsep biner kebenaran dan kebatilan (bab satu), serta dinamika pemikiran Islam di kancah sejarah (bab dua).

Dalam proses penerjemahan dan penyusunannya, dengan sangat terpaksa kami menggunakan pola, sistematika, serta penyuntingan bahasa yang khas dengan konteks pembaca di Tanah Air. Di sana-sini kami membuat sejumlah perubahan seperlunya, misalnya berkenaan dengan pembagian bab, pemberian judul, serta penggunaan tata bahasa Indonesia dalam hal penyuntingan (yang jelas berbeda dengan tata bahasa Parsi).

Kendati terdapat proses ijtihad dalam mekanisme penerjemahan serta penyuntingannya, kami yakin, intisari dari gagasan beliau yang bening, orisinil, dan brilian tetap terpelihara dan tidak sampai mengalami reduksi. Satu hal lagi, meskipun seluruh karya tulis beliau memiliki kedalaman filosofis serta detail yang mengagumkan, namun itu tidak lantas menjadikannya identik dengan kerumitan yang bisa memusingkan kepala pembacanya. Sebagai penulis handal, beliau senantiasa menuangkan semua gagasan cemerlangnya, ke dalam karya tulis yang bersahaja (tanpa pernah terjebak simplifikasi/penyederhanaan) sehingga menjadi mudah dipahami kalangan pembaca paling awam sekalipun. Tak ada lagi komentar yang perlu kami ungkapkan selain anjuran untuk menikmati, menyimak, serta menelaah isi buku ini dengan saksama. Selamat berpikir kritis dan merdeka!

Bogor, Mei 2001


Pengantar Penerbit Bahasa Parsi

Buku yang ada di tangan pembaca ini terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama berjudul Hak wa Batil (Kebenaran dan Kebatilan) yang merupakan kumpulan dari lima ceramah Ustadz Syahid Murtadha Muthahhari yang isinya berkenaan dengan masalah tersebut. Tiga ceramah di antaranya, beliau sampaikan di madrasah diniyah yang terletak di kota Damawand (dekat Tehran). Sedangkan dua ceramah lainnya —yang sebagian dari pembahasan itu berjudul “Filsafat Sejarah” (Falsafeh-e Tarikh)— disampaikan beliau di rumahnya sendiri. Ceramah-ceramah ini disampaikan sepanjang tahun 1978 M.

Bagian kedua dari buku ini diberi judul Ihyaa-e Tafakkur-e Islami yang berisikan lima ceramah Ustadz Syahid Muthahhari dalam tema yang sama, yang disampaikan di Husainiyah “Irsyad”. Ceramah pertama disampaikan beliau pada tanggal 27-April-1971 M dalam rangka mengenang “Iqbal Lahore”. Sementara empat ceramah lainnya disampaikan pada setiap pekan setelah penyampaian ceramah pertama.

Dalam penyusunan buku ini, tidak terdapat campur tangan penyunting berkenaan dengan isi pembahasan.

Kecuali terhadap beberapa hal teknis belaka; seperti pembenahan berbagai istilah dan perubahan terhadap sebagian kecil bentuk susunan kalimat. Dengan demikian bentuk penyampaian pembahasan —khususnya pada bagian kedua buku ini yang tidak memerlukan penggabungan— tetap terjaga dan keindahan pembicaraan Ustadz tetap terpelihara.

Harapan kami, semoga peninggalan yang amat berharga ini —sebagaimana peninggalan-peninggalan lain dari Ustadz Syahid ini— dapat menyebarluaskan pengetahuan Islam serta memperkuat sendi kebudayaan revolusi Islam.


Penerbit Shadra (Intisyarat-e Shadra) 

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: