Dan Gertler menguasai hampir sepuluh persen dari total produksi kobalt dunia.
"Tidak ada satu peristiwwa besar di Kongo tanpa jejak Dan Gertler dan Gertler tidak bisa berbuat apapun tanpa memainkan kartu Israelnya," seorang penasihat bagi sebuah konglomerasi pertambangan internasional. Gertler dia maksud adalah miliarder pertambangan asal Israel menguasai kehidupan ekonomi Republik Demokratik Kongo, negara berlimpah sumber daya alam tapi miskin secara ekonomi.
Gertler begitu berakar dalam keluarga Kabila, penguasa Kongo dalam dua dasawarsa belakangan. Namun taipan 42 tahun ini, pernah menjadi insipirasi untuk film Blood Diamond dengan bintang utama Leonardo Dicaprio, kini tengah dalam sorotan internasional karena terbelit korupsi.
Presiden Joseph Kabila begitu bergantung pada Gertler untuk tetap berkuasa. Situasi tidak menentu di negara Afrika Tengah ini bisa menarik keterlibatan militer Israel ke dalam sebuah konflik baru untuk membela kepentingan taipan Yahudi itu.
Pengaruh politik Gertler di Kongo dimulai tidak lama setelah dia masuk ke negara itu pada 1997. Dia menyumbang US$ 20 juta bagi pemerintahan Presiden Laurent Kabila untuk menumpas pemberontakan di wilayah timur Kongo. Sebagai balasan IDI Diamonds, perusahaan kepunyaan Gertler, mendapat hak ekslusif buat membeli berlian bermutu tinggi.
Monopoli ini dihentikan oleh Joseph Kabila setelah ayahnya dibunuh pada 2001. Namun kesepakatan itu dilanjutkan lagi setelah Gertler membayar US$ 15 juta untuk mendapatkan 88 persen dari total produksi perusahaan penghasil berlian La Société Minière de Bakwanga (MIBA). Shmuel Schnitzer, merupakan paman dari Gertler, adalah presiden kehormatan di Bursa Berlian Israel.
Seorang sumber di militer Israel mengklaim Gertler menggelontorkan fulus US$ 40 juta kepada pemerintahan Kabila untuk membayar mantan bos Mossad (dinas rahasia luar negeri Israel) dan para bekas tentara buat mempersenjatai, melatih, dan mengarahkan pasukan khusus Kongo dalam menumpas kelompok separatis M23 dukungan Rwanda dalam sebuah operasi dengan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2013. Menurut sumber ini, semua persenjataan dan perlengkapan dari Israel dan Rusia.
Operasi militer itu tidak secara resmi didukung oleh pemerintah Israel, namun skala keterlibatan militer Israel menunjukkan lampu hijau diberikan secara informal.
Milisi M23 - dikenal dengan kejahatan pemerkosaan dan pembantaian massal - beroperasi di luar Taman Nasional Virunga, terletak di Provinsi Kivu, wilayah bergolak di utara Kongo. Pemberontakan M23 ini mengganjal upaya untuk membangun Kivu kaya akan cadangan minyak. Melenyapkan M23 berarti membantu menghilangkan masalah bagi Kabila.
Sejak Raja Leopold II dari Belgia menjarah gading dan karet Kongo, baru Gertler menjadi orang asing pertama bisa mengontrol dan mempengaruhi negara di Benua Hitam ini.
Gertler mampu menjaga reputasinya untuk membeli hak penambangan dan minyak dari pemerintah melalui koneksi politik tingkat tinggi dia miliki dan menjual kembali produk-produk itu dengan harga harga sangat meroket. Selama dua dekade terakhir, posisinya sebagai penjaga gerbang telah membikin dia mampu mendominasi sektor pertambangan tembaga dan kobalt di Provinsi Katanga. Dia menguasai hampir sepuluh persen dari total produksi kobalt dunia.
Beberapa tahun terakhir, dia mengalihkan perhatiannya pada eksplorasi minyak. Lewat perusahaan rintisannya, Oil of DRC, dia sudah menemukan cadangan minyak sebesar tiga miliar barel di Danau Albert. Produksi minyak dari cadangan ini akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kongo sampai 25 persen, sehingga kian memperkuat basis kekuasaan Gertler di negara itu.
Lelaki berharta US$ 1,2 miliar versi majalah Forbes 2016 ini juga menguasai infrastruktur dan beragam aset di Kongo, lewat Gertler Family Trust atau di bawah bendera Fleurette Group, memiliki saham di berbagai pertambangan di Kongo.
Gertler meyakini kritik atas peran politiknya di Kongo tidak adil. Dia malahan bilang dirinya pantas mendapat Nobel Perdamaian. Namun hubungan simbiosis antara Gertler dan Presiden Kabila menuju jurang kehancuran lantaran rakyat marah terhadap usaha Kabila membelokkan konstitusi demi memperpanjang masa jabatannya.
Di saat sama, investigasi koorupsi global mengarah pada Gertler, sehingga dia terancam diadili. Ini bisa menjadi pukulan telak bagi Kongo setelah era Kabila berakhir. Kongo dikabarkan kehilangan pendapatan dalam jumlah sangat besar karena nilai aset-aset negara telah diprivatisasi dan banyak melibat Gertler di bawah rata-rata.
September tahun lalu, Och-Ziff Capital Management Group setuju membayar uang damai US$ 400 juta kepada pemerintah Amerika Serikat atas kasus penyuapan dilakukan Gertler kepada para pejabat Kongo sebesar US$ 100 juta buat mendapatkan hak penambangan. Gertler pun bebas dari dakwaan Departemen Kehakiman atau the US Securities and Exchange Commission.
Dua bulan kemudian, Global Witness, lembaga nirlaba memerangi korupsi dalam industri sumber daya alam global, melaporkan perusahaan pertambangan negara, Gecamines, meneken perjanjian hak pembayaran royalti kepada Gertler sebesar US$ 880 juta lewat perusahaan Africa Horizons di Kepulauan Cayman.
Ketika kerajaan bisnis Gertler tengah mendapat sorotan internasional, Kongo terancam diliit perang saudara ketiga setelah Kabila menolak mundur meski masa jabatan periode keduanya habis Desember lalu. Protes besar-besaran meletup di seantero negeri, memaksa gereja katolik menengahi.
Akhirnya dicapai kesepakatan Presiden Kabila mesti lengser akhir tahun ini, sebuah skenario diyakini kebanyakan rakyat Kongo tidak akan dilakukan oleh Kabila.
Bila Kabila, keluarga, dan kroni-kroninya mundur, siapapun penggantinya harus memberantas wabah korupsi buat menghapus pengaruh Kabila. Dokuemn dari the Pulitzer Center on Crisis Reporting menyebutkan Kabila dan keluarganya menguasai 120 izin pertambangan serta memiliki kaitan langsung dan tidak langsung pada beragam bisnis, termasuk perbankan, peternakan, distributor bahan bakar, pemasok obat-obatan, dan maskapai. Melucuti kerajaan bisnis Kabila sama saja menyapu bersih Gertler dan teman-teman Kabila lainnya.
Konglomerat tambang asal Israel itu tentu perlu dukungan para koneksi israelnya untuk menyelamatkan rezim Kabila dalam bentuk lain, termasuk berkuasa lewat saudari kembarnya, jaynet Kabila atau boneka lainnya. Sangat mungkin ini bisa memicu perang saudara baru. Dua konflik berdarah sebelum hya merenggut satu juta nyawa manusia.
Gertler relah merogoh kocek untuk itu dan Israel bakal terlibat. Dalam sebuah artikel di surat kabar Jerusalem Post April tahun lalu, Yossi Melman bilang Knesset (parlemen Israel) telah membentuk kelompok lobi pro-Afrika untuk membela kepentingan-kepentingan negara Zionis itu di Benua Arika.
Kepentingan Israel ini meliputi tiga area utama, yakni kepentingan politik diplomati untuk mencegah resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa anti-Israel, promosi hubungan ekonimi, dan kepentingan strategis serta militer untuk meningkatkan penjualan senjata dan memerangi terorisme.
Israel sudah biasa melatih dan mempersenjatai pasukan loyalis dimiliki para diktator di Afrika. Sejak 1970-an, industri militer, mantan pejabat militer dan intelijen Israel, dengan dukungan badan-badan keamanan Israel, memberikan bantuan pengamanan dan senjata bagi dikator-diktator Afrika, termasuk bekas Presiden Kongo Mobutu Sese Seko.
Dan Gertler memiliki hubungan akrab dengan para elite militer, ekonomi, dan politik di Israel, terutama Avigdor Lieberman, pendiri Partai Yisrael Beitenu dan kini menjadi pertahanan. Dia bisa menggunakan kedekatannya itu untuk mempertahankan status quo Kongo.
Tapi Israel mulai menunjukkan ketidaksabaran terhadap para miliarder penjelajah. Benny Steinmetz, kolega Gertler juga meraup banyak laba dari pertambangan berlian di Afrika, dikenakan status tahanan rumah karena dugaan penyuapan dan pencucian uang dalam proy
ek Simandou bernilai US$ 20 miliar di Guinea. Gertler bakal bernasib serupa jika kegiatan bisnisnya diselidiki.
Israel telah memperngatkan badan-badan keamanannya dan para bekas pejbata militer dan intelijen untuk tidak terlibat dalam konflik politik di Afrika. Ini berarti Gertler harus berusaha sendiri menyelamatkan pengaruhnya di Kongo sehabis rezim Kabila berakhir.
Boleh jadi, kilau berlian Kongo tidak lagi di tangan taipan Yahudi itu.
(Al-Arabiya/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Dan Gertler, konglomerat tambang berlian asal Israel. (Foto: africlandpost.com)
"Tidak ada satu peristiwwa besar di Kongo tanpa jejak Dan Gertler dan Gertler tidak bisa berbuat apapun tanpa memainkan kartu Israelnya," seorang penasihat bagi sebuah konglomerasi pertambangan internasional. Gertler dia maksud adalah miliarder pertambangan asal Israel menguasai kehidupan ekonomi Republik Demokratik Kongo, negara berlimpah sumber daya alam tapi miskin secara ekonomi.
Gertler begitu berakar dalam keluarga Kabila, penguasa Kongo dalam dua dasawarsa belakangan. Namun taipan 42 tahun ini, pernah menjadi insipirasi untuk film Blood Diamond dengan bintang utama Leonardo Dicaprio, kini tengah dalam sorotan internasional karena terbelit korupsi.
Presiden Joseph Kabila begitu bergantung pada Gertler untuk tetap berkuasa. Situasi tidak menentu di negara Afrika Tengah ini bisa menarik keterlibatan militer Israel ke dalam sebuah konflik baru untuk membela kepentingan taipan Yahudi itu.
Pengaruh politik Gertler di Kongo dimulai tidak lama setelah dia masuk ke negara itu pada 1997. Dia menyumbang US$ 20 juta bagi pemerintahan Presiden Laurent Kabila untuk menumpas pemberontakan di wilayah timur Kongo. Sebagai balasan IDI Diamonds, perusahaan kepunyaan Gertler, mendapat hak ekslusif buat membeli berlian bermutu tinggi.
Monopoli ini dihentikan oleh Joseph Kabila setelah ayahnya dibunuh pada 2001. Namun kesepakatan itu dilanjutkan lagi setelah Gertler membayar US$ 15 juta untuk mendapatkan 88 persen dari total produksi perusahaan penghasil berlian La Société Minière de Bakwanga (MIBA). Shmuel Schnitzer, merupakan paman dari Gertler, adalah presiden kehormatan di Bursa Berlian Israel.
Seorang sumber di militer Israel mengklaim Gertler menggelontorkan fulus US$ 40 juta kepada pemerintahan Kabila untuk membayar mantan bos Mossad (dinas rahasia luar negeri Israel) dan para bekas tentara buat mempersenjatai, melatih, dan mengarahkan pasukan khusus Kongo dalam menumpas kelompok separatis M23 dukungan Rwanda dalam sebuah operasi dengan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2013. Menurut sumber ini, semua persenjataan dan perlengkapan dari Israel dan Rusia.
Operasi militer itu tidak secara resmi didukung oleh pemerintah Israel, namun skala keterlibatan militer Israel menunjukkan lampu hijau diberikan secara informal.
Milisi M23 - dikenal dengan kejahatan pemerkosaan dan pembantaian massal - beroperasi di luar Taman Nasional Virunga, terletak di Provinsi Kivu, wilayah bergolak di utara Kongo. Pemberontakan M23 ini mengganjal upaya untuk membangun Kivu kaya akan cadangan minyak. Melenyapkan M23 berarti membantu menghilangkan masalah bagi Kabila.
Sejak Raja Leopold II dari Belgia menjarah gading dan karet Kongo, baru Gertler menjadi orang asing pertama bisa mengontrol dan mempengaruhi negara di Benua Hitam ini.
Gertler mampu menjaga reputasinya untuk membeli hak penambangan dan minyak dari pemerintah melalui koneksi politik tingkat tinggi dia miliki dan menjual kembali produk-produk itu dengan harga harga sangat meroket. Selama dua dekade terakhir, posisinya sebagai penjaga gerbang telah membikin dia mampu mendominasi sektor pertambangan tembaga dan kobalt di Provinsi Katanga. Dia menguasai hampir sepuluh persen dari total produksi kobalt dunia.
Beberapa tahun terakhir, dia mengalihkan perhatiannya pada eksplorasi minyak. Lewat perusahaan rintisannya, Oil of DRC, dia sudah menemukan cadangan minyak sebesar tiga miliar barel di Danau Albert. Produksi minyak dari cadangan ini akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kongo sampai 25 persen, sehingga kian memperkuat basis kekuasaan Gertler di negara itu.
Lelaki berharta US$ 1,2 miliar versi majalah Forbes 2016 ini juga menguasai infrastruktur dan beragam aset di Kongo, lewat Gertler Family Trust atau di bawah bendera Fleurette Group, memiliki saham di berbagai pertambangan di Kongo.
Gertler meyakini kritik atas peran politiknya di Kongo tidak adil. Dia malahan bilang dirinya pantas mendapat Nobel Perdamaian. Namun hubungan simbiosis antara Gertler dan Presiden Kabila menuju jurang kehancuran lantaran rakyat marah terhadap usaha Kabila membelokkan konstitusi demi memperpanjang masa jabatannya.
Di saat sama, investigasi koorupsi global mengarah pada Gertler, sehingga dia terancam diadili. Ini bisa menjadi pukulan telak bagi Kongo setelah era Kabila berakhir. Kongo dikabarkan kehilangan pendapatan dalam jumlah sangat besar karena nilai aset-aset negara telah diprivatisasi dan banyak melibat Gertler di bawah rata-rata.
September tahun lalu, Och-Ziff Capital Management Group setuju membayar uang damai US$ 400 juta kepada pemerintah Amerika Serikat atas kasus penyuapan dilakukan Gertler kepada para pejabat Kongo sebesar US$ 100 juta buat mendapatkan hak penambangan. Gertler pun bebas dari dakwaan Departemen Kehakiman atau the US Securities and Exchange Commission.
Dua bulan kemudian, Global Witness, lembaga nirlaba memerangi korupsi dalam industri sumber daya alam global, melaporkan perusahaan pertambangan negara, Gecamines, meneken perjanjian hak pembayaran royalti kepada Gertler sebesar US$ 880 juta lewat perusahaan Africa Horizons di Kepulauan Cayman.
Ketika kerajaan bisnis Gertler tengah mendapat sorotan internasional, Kongo terancam diliit perang saudara ketiga setelah Kabila menolak mundur meski masa jabatan periode keduanya habis Desember lalu. Protes besar-besaran meletup di seantero negeri, memaksa gereja katolik menengahi.
Akhirnya dicapai kesepakatan Presiden Kabila mesti lengser akhir tahun ini, sebuah skenario diyakini kebanyakan rakyat Kongo tidak akan dilakukan oleh Kabila.
Bila Kabila, keluarga, dan kroni-kroninya mundur, siapapun penggantinya harus memberantas wabah korupsi buat menghapus pengaruh Kabila. Dokuemn dari the Pulitzer Center on Crisis Reporting menyebutkan Kabila dan keluarganya menguasai 120 izin pertambangan serta memiliki kaitan langsung dan tidak langsung pada beragam bisnis, termasuk perbankan, peternakan, distributor bahan bakar, pemasok obat-obatan, dan maskapai. Melucuti kerajaan bisnis Kabila sama saja menyapu bersih Gertler dan teman-teman Kabila lainnya.
Konglomerat tambang asal Israel itu tentu perlu dukungan para koneksi israelnya untuk menyelamatkan rezim Kabila dalam bentuk lain, termasuk berkuasa lewat saudari kembarnya, jaynet Kabila atau boneka lainnya. Sangat mungkin ini bisa memicu perang saudara baru. Dua konflik berdarah sebelum hya merenggut satu juta nyawa manusia.
Gertler relah merogoh kocek untuk itu dan Israel bakal terlibat. Dalam sebuah artikel di surat kabar Jerusalem Post April tahun lalu, Yossi Melman bilang Knesset (parlemen Israel) telah membentuk kelompok lobi pro-Afrika untuk membela kepentingan-kepentingan negara Zionis itu di Benua Arika.
Kepentingan Israel ini meliputi tiga area utama, yakni kepentingan politik diplomati untuk mencegah resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa anti-Israel, promosi hubungan ekonimi, dan kepentingan strategis serta militer untuk meningkatkan penjualan senjata dan memerangi terorisme.
Israel sudah biasa melatih dan mempersenjatai pasukan loyalis dimiliki para diktator di Afrika. Sejak 1970-an, industri militer, mantan pejabat militer dan intelijen Israel, dengan dukungan badan-badan keamanan Israel, memberikan bantuan pengamanan dan senjata bagi dikator-diktator Afrika, termasuk bekas Presiden Kongo Mobutu Sese Seko.
Dan Gertler memiliki hubungan akrab dengan para elite militer, ekonomi, dan politik di Israel, terutama Avigdor Lieberman, pendiri Partai Yisrael Beitenu dan kini menjadi pertahanan. Dia bisa menggunakan kedekatannya itu untuk mempertahankan status quo Kongo.
Tapi Israel mulai menunjukkan ketidaksabaran terhadap para miliarder penjelajah. Benny Steinmetz, kolega Gertler juga meraup banyak laba dari pertambangan berlian di Afrika, dikenakan status tahanan rumah karena dugaan penyuapan dan pencucian uang dalam proy
ek Simandou bernilai US$ 20 miliar di Guinea. Gertler bakal bernasib serupa jika kegiatan bisnisnya diselidiki.
Israel telah memperngatkan badan-badan keamanannya dan para bekas pejbata militer dan intelijen untuk tidak terlibat dalam konflik politik di Afrika. Ini berarti Gertler harus berusaha sendiri menyelamatkan pengaruhnya di Kongo sehabis rezim Kabila berakhir.
Boleh jadi, kilau berlian Kongo tidak lagi di tangan taipan Yahudi itu.
(Al-Arabiya/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email