Pesan Rahbar

Home » » Prof. Komar: Bukan Sertifikasi, Tapi Penataan Budaya Masjid Yang Diperlukan

Prof. Komar: Bukan Sertifikasi, Tapi Penataan Budaya Masjid Yang Diperlukan

Written By Unknown on Wednesday 8 February 2017 | 22:26:00


Meski telah lama diwacanakan, sertifikasi khatib Jumat kembali menjadi sorotan. Pasalnya, Kementerian Agama tengah menampung aspirasi sebagian umat Islam berupa keresahan terkait materi khotbah Jumat yang telah dinilai telah bergeser dari esensinya.

“Ini bukan gagasan pemerintah, Menteri Agama, untuk mengatur khatib. Ini bermula adanya keresahan, maka ini perlu ditata, dibenahi agar masyarakat bijak menyikapi perbedaan,” kata Menteri Lukman dalam perbicangan di tvOne, dan dikutip viva.co.id, Jumat, 3/2.

Laporan masyarakat yang didapat Kemenag, kata Lukman, terkait isi khotbah yang justru berisi cacian, celaan dan kedengkian, yang berpotensi meresahkan umat.

Sementara itu, Cendekiawan Muslim Prof. Komaruddin Hidayat mengatakan sertifikasi itu tidak diperlukan, karena para khatib berasal dari seleksi alam.

“Hendaknya pemerintah memfasilitasi masjid melakukan penataan, buat angket survei kepada jemaah, apa yang disenangi dari kurikulum itu,” katanya usai menghadiri kegiatan Festival Madania, di Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 4/2 seperti dilansir tempo.co.

Komaruddin melanjutkan, “Memberikan khutbah di masjid ada rambu-rambunya, konten dan budaya masjid harus dijaga, jangan dilepas begitu aja. Karena memang ada beberapa masjid yang bahasanya keras.”

Setiap masjid, bagi eks rektor UIN Jakarta ini, seharusnya menata diri termasuk penceramahnya agar pesan dakwah yang disampaikan kepada masyarakat untuk meningkatkan ilmu dan ketakwaan tersampaikan.

“Jadi bukan sertifikat yang dibutuhkan, tapi konten dan budaya masjid itu yang harus ditata. Masjid yang menjaga kedamaian, meningkatkan keilmuan, ketakwaan, jangan jadi mimbar politik,” katanya.

Misalnya, masjid-masjid menata khatib yang akan memberi khutbah seperti apa. Sesekali melakukan survei berupa pengisian angket kepada jamaah, untuk mengetahui kurikulum ceramah yang disukai seperti apa.

“Jadi ada peningkatan administrasinya,” tegas Komaruddin.

Komaruddin mengatakan, penataan masjid menjadi tanggungjawab moral dari ormas-ormas Islam yang dapat berafiliasi ke organisasi besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah atau ormas lain yang juga ikut menjaga.

“Karena khutbah ini juga bagian dari kebebasan beragama,” katanya.

(Viva-News/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: