Heshamtullah Falahatpisheh kemarin menjadi tamu stand Kantor Berita Shabestan pada Festival Media dan Kantor Berita Iran XXIII di Tehran. Ia adalah salah satu anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran.
Ketika menilai kunjungan Vladimir Putin, Presiden Rusia, yang berlangsung kemarin lusa, Falahatpisheh menjelaskan, “Setelah keruntuhan Uni Sovyet, muncul tuntutan antara Iran dan Rusia untuk melakukan kerja sama. Hanya saja kerja sama antara kedua negara ini saat itu belumbersifat strategik.”
“Kerja sama tersebut belum bersifat strategik,” lanjut Falahatpisheh, “karena hal itu masih dilandasi kebutuhan satu pihak. Setelah runtuh, Rusia merasa perlu membangun lantaran krisis politik dan ekonomi yang telah dialami. Nah, setelah Iran diboikot, rasa saling membutuhkan kerja sama itu pun muncul.”
Menurut penjelasan Falahatpisheh, dalam pertemuan Putin dan Ruhani kemarin, Putin mengungkapkan kerja sama strategik dengan penekanan yang belum pernah ia lakukan sebelum ini. Ia merasa ada kebutuhan bersama untuk saling bekerja sama, dan masalah ini juga dibarengi dengan peristiwa Suriah.
“Ini adalah kerja sama Iran dan Iran yang sebelum ini belum pernah ada. Yaitu sebuah krisis global yang bisa ditangani dengan strategi bersama yang mereka miliki; yaitu krisis Suriah,” ujar Falahatpisheh.
“Sekarang, Iran dan Rusia telah mampu mengatasi krisis Suriah dan berhasil mengalahkan para dedengkot terorisme. Secara praktis, realita yang menyiapkan lahan empuk untuk kerja sama strategik bagi kedua negara,” tandasnya.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email