Dampak dari konflik dan perang pada 2014, ditambah kecenderungan merosotnya kondisi ekonomi dinilai dapat membuat Jalur Gaza menjadi tak berpenghuni paling lambat pada 2020. Laporan tersebut disampaikan Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD).
Laporan UNCTAD mengenai bantuan untuk rakyat Palestina menunjukkan bahwa delapan tahun blokade ekonomi oleh Israel telah menambah parah dampak dari operasi militer yang menjadi pukulan keras dan makin menghilangkan kemampuan wilayah tersebut untuk mengekspor serta memproduksi berbagai kebutuhan untuk pasar dalam negerinya.
Menurut perkiraan yang disampaikan dalam laporan UNCTAD, konflik tahun
lalu benar-benar menghancurkan 247 pabrik, 300 pusat komersial, 20.000
rumah warga Palestina, 148 sekolah, 15 rumah sakit, dan 45 pusat
perawatan kesehatan primer, serta membuat sebanyak 500.000 warga
kehilangan tempat tinggal.
UNCTAD melaporkan, kerusakan parah juga diderita oleh satu-satunya
pembangkit listrik di Jalur Gaza, sementara sektor pertaniannya
menderita kerugian hingga USD550 juta. Demikian laporan Xinhua, Rabu (2/9/2015).
Tiga operasi besar militer dilancarkan oleh pasukan Israel antara 2008
dan 2014. Banyak data memperlihatkan angka pengangguran di Jalur Gaza
mencapai angka tertinggi pada 2014, dan 44 persen penduduknya kehilangan
pekerjaan. Sementara itu, produk domestik kotor per kapita merosot
sampai 30 persen jika dibandingkan pada 1994.
Ekspor dari Jalur Gaza nyaris sepenuhnya terhalang, sedangkan impor
serta pengiriman uang kontan sangat dibatasi. UNCTAD memperingatkan
bantuan donor tak akan bisa mengubah kerusakan pembangunan dan
kemiskinan yang terus terjadi di Jalur Gaza.
(Okezone/Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email