Pesan Rahbar

Home » » Untung ada ISIS. ISIS bisa menjadi alat bagi Arab Saudi untuk menghancurkan pengaruh Iran di Timur Tengah

Untung ada ISIS. ISIS bisa menjadi alat bagi Arab Saudi untuk menghancurkan pengaruh Iran di Timur Tengah

Written By Unknown on Monday 21 March 2016 | 17:50:00


Juni tahun ini menandai ulang tahun pertama berdirinya khilafah islamiyah. Waktu itu, Jumat pertama bulan Ramadan, di masjid agung di Kota Mosul, utara Irak, pemimpin ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) Abu Bakar al-Baghdadi mengumumkan berdirinya khilafah islamiyah. Dia mengangkat pula dirinya sebagai khalifah atau pemimpin kaum muslim sejagat.

Dalam konteks politik di kawasan Timur Tengah, di mana terdapat dua kutub kekuatan saling bersaing dan berebut pengaruh – rezim Wahabi dikomandoi Arab Saudi dan kubu Syiah dipimpin Iran – kehadiran ISIS dimulai dari Suriah lalu berlanjut ke Irak bukanlah sebuah kebetulan. Milisi Islam brutal ini ikut mempengaruhi perkembangan konflik dan perseteruan di antara dua negara itu. Hingga setahun setelah mencaplok Mosul, ISIS telah menguasai setengah dari wilayah Suriah dan sebagian besar Irak.

Perlu diingat, Suriah dan Irak adalah dua basis Syiah kini di bawah pengaruh Iran. Di dua negara ini rezim berkuasa adalah orang Syiah. Satu negara lagi masuk dalam poros dengan Teheran adalah Libanon di mana di sini terdapat milisi Syiah Hizbullah.

Kian berkembangnya ISIS di Suriah dan Irak amat menguntungkan bagi Saudi dan para sekutunya. Sebab, kelompok dipimpin bikinan mendiang Abu Musab al-Zarqawi ini – bermula dari ISI (Negara Islam Irak) – amat menentang Syiah. Mereka memandang para pengikut Imam Ali bin Abi Thalib itu sebagai aliran sesat dalam Islam dan darah mereka halal ditumpahkan. Karena itu ISIS amat bernafsu menggulingkan pemerintahan Basyar al-Assad dan penguasa Syiah di Baghdad.

Karena itu wajar saja, Saudi dan sekutu istimewanya, Amerika Serikat, kelihatan ogah-ogahan menumpas kelompok Islam radikal itu. Riyadh pastinya akan memanfaatkan ISIS untuk menghancurkan rezim Syiah di Timur Tengah. Bahkan sejumlah laporan menyebut ada sokongan dana dari para pengeran Saudi kepada ISIS.

Mestinya, Saudi juga memiliki ambisi serupa mereka lakukan terhadap kelompok Al-Hutiyun di Yaman. Selama lebih dari bulan terakhir negara Kabah ini memimpin koalisi menggempur pemberontak Syiah itu dengan alasan sudah mengancam keamanan Saudi dan bisa membahayakan keselamatan jamaah haji dan umrah. Sedangkan ISIS sudah mengumumkan ingin menghancurkan Kabah ditanggapi dingin saja oleh negara ini. Saudi juga belum melihat dua serangan bom bunuh diri atas dua masjid Syiah di timur negara itu akhir bulan – menewaskan 25 orang – sebagai ancaman serius.

Iran sebaliknya menganggap ISIS sebagai kaki tangan Saudi untuk menghancurkan poros Teheran-Baghdad-Damaskus-Beirut. Karena itu, negeri Mullah itu meberi sokongan luar biasa, termasuk mengirim pejuang Hizbullah dan Garda Revolusi, serta bantuan militer dan ekonomi, untuk Irak dan Suriah.

Kecurigaan Teheran ini memang sangat pantas lantaran ideologi agama dianut oleh ISIS mirip Saudi, yakni Wahabi. Selain anti-Syiah, ISIS juga menolak sejarah. Mereka menghancurkan bangunan-bangunan kuno dengan alasan sebagai berhala dan takut dikultuskan. Atas alasan itu pula, Saudi menghancurkan peninggalan sejarah Islam di kota suci Makkah dan Madinah.

Sebagai gerakan politik berkedok agama, ISIS boleh jadi seperti dua sisi mata uang bisa mereka mainkan kapan saja untuk keuntungan mereka. Kali ini mereka bagai berpihak kepada Saudi, menyasar rezim-rezim Syiah di Timur Tengah. Boleh jadi mereka akan bersalin rupa jika berkiblat ke Iran bakal memperoleh keuntungan lebih besar.

Dimuat di Koran Tempo, 16 Juni 2015

(Tempo/Al-Balad/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: