Bagi kaum pembenci, cuma ada dua alasan buat menghina seseorang. Orang itu buruk rupa atau jelek perilaku dan orang itu kelewat mulia.
Alhasil, mudah saja menebak motif dari tabloid mingguan terbitan Prancis Charlie Hebdo saat melansir kartun nabi pada 2006. Mereka bukan sekadar iri, namun juga dengki melihat kebesaran dan kemuliaan Nabi Muhammad.
Perlu diingat. Rasulullah tidak pernah meminta dipuja dan dipuji. Dia dimuliakan oleh Allah Maha Mulia, diagungkan oleh Allah Maha Agung, dan disucikan oleh Allah Maha Suci.
Sampai-sampai dalam Alquran, Allah berfirman Dia sendiri bersama seluruh malaikat bersalawat kepada Nabi Muhammad. Karena itu wajar pula bila Allah memerintahkan kepada kaum beriman untuk bersalawat pula kepada junjungan alam itu.
Satu lagi bukti kemuliaan, kehormatan, dan keagungan Allah berikan kepada Nabi Muhammad. Allah menyebut semua nabi dan rasul dengan nama mereka masing-masing. Tapi Allah selalu menyebut Nabi Muhammad dengan sejumlah gelar indah.
Kalau Nabi Musa berbicara dengan Allah di Bukit Sinai, kedudukan Nabi Muhammad jauh lebih mulia. Allah memberi dia kesempatan bertemu langsung di singgasana-Nya.
Bukan sekadar kaum beriman mengakui kemuliaan dan keagungan Rasulullah. Michael Hart dalam bukunya berjudul The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, menempatkan Nabi Muhammad di nomor wahid sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.
“Saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Muhammad, satu-satunya manusia dalam sejarah berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama atau ruang lingkup duniawi,” kata Hart beralasan.
Alhasil, kemuliaan sang nabi sekaligus kemuliaan umatnya. Kalau ada yang berani menghina atau melecehkan Nabi Muhammad berarti siap dihina, dilukai, atau bahkan dibunuh.
Itulah yang menimpa kantor redaksi Charlie Hebdo di Ibu Kota Paris dua pekan lalu. Serangan bersenjata dilakoni dua Kouachi bersaudara itu menewaskan 12 orang.
Rupanya redaksi Charlie Hebdo tidak kapok. Sepekan kemudian mereka mencetak kembali kartun nabi kedua berjudul tangis sang nabi. Oplah tujuh juta eksemplar itu ludes sebagai bentuk simpati atas serbuan itu.
Mereka seolah tidak gentar memantik kemarahan umat Islam sejagat. Sekali lagi ingatlah: nabi kami kehormatan kami.
(Al-Balad/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email