Pesan Rahbar

Home » » Pengakuan semu buat negara palsu. Pengakuan telah diberikan lebih dari 130 negara tidak mampu mewujudkan negara Palestina merdeka dan berdaulat dalam arti sebenarnya

Pengakuan semu buat negara palsu. Pengakuan telah diberikan lebih dari 130 negara tidak mampu mewujudkan negara Palestina merdeka dan berdaulat dalam arti sebenarnya

Written By Unknown on Monday, 21 March 2016 | 18:12:00


Dua bulan terakhir menjelang pergantian tahun, isu Palestina menjadi pergunjingan dunia. Bukan lantaran Israel kembali membombardir Jalur Gaza, tapi yang muncul adalah kabar gembira.

Parlemen sejumlah negara Eropa – Inggris, Irlandia, Spanyol, Portugal, dan Prancis – memberi pengakuan simbolik terhadap kemerdekaan Palestina. Tapi perlu diingat resolusi itu tidak mengikat pemerintah mereka masing-masing. Hanya pemerintah Swedia menjadi satu-satunya negara Uni Eropa mengakui Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat.

Namun jangan dulu keburu senang. Itu sekadar pengakuan. Palestina sejatinya bukan sebuah negara. Pada kenyataannya Palestina belum merdeka dan berdaulat. Bangsa Palestina masih dijajah Israel.

Israel masih bebas melakukan operasi militer di Tepi Barat dengan alasan mencari teroris – istilah lain buat pejuang Palestina. Mereka juga tetap melanjutkan pembangunan Tembok Pemisah, mirip Tembok Berlin telah dihancurkan di awal 1990-an. Negara Zionis itu terus mengurung 1,6 juta warga Gaza dengan memblokade wilayah darat, laut, dan udara mereka.

Kalau Hamas, berkuasa penuh di Gaza sejak 2007, dianggap keterlaluan, Israel tidak segan menjadikan wilayah seluas 360 kilometer persegi itu menjadi ladang pembantaian. Sejak Israel mundur dari sana hampir satu dasawarsa lalu, negara Bintang Daud ini telah tiga kali menggempur Gaza 2008-2009, 2012, 2014).

Sebenarnya pengakuan bukan sekadar simbolik sudah jauh-jauh hari diberikan negara-negara Arab dan muslim. Tapi ya itu tadi, sekadar pengakuan. Mereka bukan hanya tidak berdaya menghadapi arogansi Israel. Bahkan lebih sering menutup mata dan telinga.

Sebagai contoh, hanya Iran dan Suriah mengakuai kemenangan Hamas dalam pemilihan umum Januari 2006. Mereka mematahkan dominasi Fatah selama empat dekade. Padahal, hasil itu dicapai lewat pemilihan bebas dan independen serta dihadiri para pemantau asing, termasuk Carter Foundation bikinan mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter.

Bahkan negara-negara katanya sudah mengakui Palestina sebagai negara tidak pernah mampu menghentikan – apalagi mencegah – kekejaman Israel. Bantuan baru datang setelah rakyat Palestina menjadi bangkai, properti mereka hancur, dan kenangan mereka lenyap.

Sokongan pengakuan dari sejumlah parlemen Eropa itu pun tidak mampu menolong resolusi diajukan Presiden Palestina Mahmud Abbas. Draf resolusi itu meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakhiri penjajahan Israel paling lambat dalam tiga tahun mendatang. Seeperti sudah dipastikan banyak pihak, konsep resolusi itu terganjal Amerika Serikat, sekutu istimewa Israel, melalui veto di pekan terakhir tahun lalu.

Kalau sudah begini, pengakuan sudah diberikan lebih dari 130 negara itu cuma pengakuan semu atas negara palsu. Pengakuan ini tidak mampu mewujudkan Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat dalam arti sebenarnya.

(Al-Balad/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: