Pesan Rahbar

Home » » 37 Tahun Revolusi Iran; Upaya “To Build The World a New”

37 Tahun Revolusi Iran; Upaya “To Build The World a New”

Written By Unknown on Sunday 3 April 2016 | 01:37:00


“… Semangat anti-imperialisme berasal dari ajaran al-Quran dan agama Islam.”
(Rahbar Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei).

1 April 1979, lebih dari 98 persen rakyat Iran menyetujui “Republik Islam” sebagai sistem pemerintahan di negara itu. Sekali lagi, sejarah membuktikan bahwa keinginan dan tekad sebuah bangsa dapat menjadi sumber perubahan besar.

Sebelum revolusi tahun 1979, Iran berada di bawah kekuasaan tiran Shah Muhammad Reza Pahlevi. Meskipun Iran merupakan negara penghasil minyak terbesar nomor tiga di dunia, yang meraup keuntungan 40 miliar dollar lebih tiap tahun dari penjualan minyaknya, akan tetapi rakyatnya hidup sangat menderita di bawah pemimpin yang diktator dan negara yang disetir sepenuhnya oleh Amerika Serikat. Pemerintah Iran bahkan mempekerjakan 50 ribu orang yang berasal AS sebagai penasehat, dengan gaji total 4 miliar dollar tiap tahunnya. Namun di saat yang sama, rakyatnya hidup dalam keterpurukan dan kemiskinan.

Pada tahun 1957, pemerintah Iran dengan disokong Badan Intelejen Amerika Serikat dan Isreal membentuk badan intelejen nasional yang bernama SAVAK. Pada awalnya instansi ini didirikan untuk membendung Partai Tudeh yang berhaluan komunis. Akan tetapi, pada kenyataannya aktivitas Savak berfokus untuk menumpas seluruh anasir kritis terhadap rezim Shah Pahlevi.


Iran Baru yang Berdaulat

Revolusi Islam mengindikasikan pelepasan diri dari masa lalu, yang didefinisikan oleh pemutusan hubungan dengan Amerika serikat. Pemutusan hubungan ini didefinisikan dengan pengambilalihan kedutaan AS pada November 1979. Dan pengambilalihan kekuasaan diinterpretasikan dalam konteks campur tangan asing sepanjang lebih dari 150 tahun di negara itu, terutama keterlibatan AS dalam penggulingan Moshaddeq pada 1953.

Pendukung utama revolusi iran ini adalah kaum agamawan muslim terutama mereka yang berasal dari golongan Syi’ah. Kota-kota basis pendukung revolusi ini adalah Teheran, Qom dan Masyhad.

Dampak revolusi Iran dalam bidang politik adalah bergantinya bentuk monarkhi menjadi Republik Islam. Menurut Ayatullah Murtadha Muthahhari, salah satu konsolidator revolusi Iran 1979, Republik Islam adalah istilah yang mengandung arti nafi (penolakan) dan itsbat (penetapan) sekaligus. Yang dimaksud nafi adalah meniadakan sistem penguasa yang menetapkan masa jabatan untuk dirinya selama-lamanya, sedangkan itsbat berarti menetapkan Islam dan tauhid sebagai isi republik tersebut.


Konsistensi Menentang Imperialisme

Cyrus Vance, mantan menteri luar negeri AS era pemerintahan Jimmy Carter, terkait kemenangan Revolusi Islam Iran mengatakan, “Keluarnya Iran dari barisan negara-negara sekutu Amerika Serikat dan jatuhnya negara itu ke tangan pemerintahan yang bukan teman kita, merupakan pukulan telak bagi kepentingan politik-keamanan kita di Asia Barat Daya dan Timur Tengah”.

Oleh sebab itu, sejak awal kemenangan Revolusi Islam, dengan berbagai cara Amerika Serikat berusaha untuk menakut-nakuti Revolusi Islam Iran dan memaksanya menyerah dengan menunjukkan berbagai macam ancaman, makar kudeta, perang yang dipaksakan hingga sanksi.

Dengan bantuan rezim-rezim bonekanya di kawasan Timur Tengah, Amerika Serikat memimpin seluruh makar anti-Iran dengan memaksakan perang, blokade ekonomi dan pengucilan Republik Islam dari kancah internasional. Martin Indyk, mantan deputi di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dalam hal ini mengatakan, “Hukuman terhadap Republik Islam, adalah pelajaran bagi negara-negara yang ingin melangkah mengupayakan independensi dan terlepas dari kekuasaan Amerika Serikat”.

Kemenangan Revolusi Islam Iran sangat penting karena tiga alasan. Pertama, Revolusi Islam yang memiliki pengaruh multi dimensional, mampu menantang kekuasaan Barat atas negara-negara lemah dunia, dan menunjukkan bahwa sebuah bangsa bahkan dengan “tangan kosong” mampu melahirkan perubahan besar bahkan dalam perimbangan kekuatan dunia. Dan dalam konteks ini, Ayatullah Ali Khamenei menyatakan bahwa pidato Soekarno “To Build The World a New” pada tahun 1960 di PBB turut menginspirasi revolusi Iran 1979.

Kedua, esensi independen Revolusi Islam dalam gerakan maju tanpa mengandalkan dukungan dari kekuatan imperialis dunia, menunjukkan bahwa Republik Islam memiliki kapasitas besar yang mendapat dukungan dari rakyatnya.

Adapun alasan ketiga fakta pengaruh Revolusi Islam yang ternyata meleset dari perkiraan dan teori Barat bahwa pada akhirnya Revolusi Islam juga akan menjauh dari nilai-nilai dan tujuannya, karena lebih dari tiga dekade setelah kemenangannya, bukan hanya tidak tereduksi, melainkan nilai-nilainya semakin kokoh dan dekat dengan tujuannya.

(Empat-Pilar-MPR/Berbagai-Sumber-Sejarah/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: