Oleh: Emi Nur Hayati
Bila di bulan ini kita bangun karena semangat untuk makan sahur, alangkah baiknya bila kita manfaatkan juga kesempatan yang ada ini meski hanya beberapa detik untuk berkhalwat dengan Allah. Pada waktu itu kita berusaha menghilangkan noda-noda batin dalam upaya mendapatkan karunia batiniah dan lahiriah di waktu sahur.
Tahajud sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan lahir dan batin manusia. Bahkan tahajud dapat menjadi pendorong manusia mencapai kesempurnaan. Sekalipun salat tahajud dalam Islam hukumnya sunnah, tapi sangat ditekankan dalam Islam. Ketika memasuki bulan Ramadan, ibadah ini mendapat perhatian khusus, terutama ketika memasuki waktu sahur. Berbeda dengan siang hari yang lebih memerhatikan urusan duniawi dan lahiriah, malam hari, khususnya waktu sahur memiliki posisi spesial saat seseorang ingin bermunajat kepada Allah Swt.
Dalam surat Dzariyat di sebutkan:
إِنَّ الْمُتَّقِینَ فِی جَنَّاتٍ وَ عُیُونٍ * آخِذِینَ ما آتاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ کانُوا قَبْلَ ذلِکَ مُحْسِنِینَ * کانُوا قَلِیلاً مِنَ اللَّیْلِ ما یَهْجَعُونَ * وَ بِالْأَسْحارِ هُمْ یَسْتَغْفِرُون
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan.
Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.
Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (QS. Dzariyat: 15-18)
Di dalam ayat-ayat tersebut pertama menyinggung tentang pahala muttaqin [orang-orang yang bertakwa] dan apa yang menyebabkan mereka mendapat pahala. Sebabnya tidak lain dikarenakan mereka bangun di waktu malam dan memohon ampun kepada Allah di waktu sahur.
Ada poin menarik mengenai masalah waktu pelaksanaan salat tahajud. Sekalipun waktunya diperbolehkan dari pertengahan malam hingga azan Subuh, namun sepertiga malam terakhir memiliki kedudukan sangat spesial. Sepertiga malam terakhir inilah yang dalam al-Quran disebut waktu sahur.
Sekaitan dengan hal ini, Rasulullah Saw menyinggung sebagian dari ayat-ayat di atas dan bersabda:
اِنَّ آخِرَ الَّلَیلِ فِىِ التَّهَجُّدِ اَحَبُّ اِلَىَّ مِن اَوَّلِهِ، لِاَنَّ اللَّهَ یَقولُ وَ بِالاَسحَارِ هُم یَستَغفِرُون
Sesungguhnya akhir malam untuk tahajjud lebih saya sukai dari awalnya, karena Allah Swt berfirman, “Orang-orang yang bertakwa memohon ampunan di waktu sahur.”
Bangun di waktu sahur dan munajat kepada Allah tidak saja memiliki pengaruh batiniah, tapi juga keberkahan lahiriah. Karena bangun di waktu malam dan menyerap udara segar di waktu sahur tentu bermanfaat bagi tubuh manusia dan racun-racun yang mengendap dalam tubuh manusia akan keluar.
Imam Shadiq as terkait masalah ini berkata:
عَلَیْکُمْ بِصَلَاةِ اللَّیْلِ، فَإِنَّهَا سُنَّةُ نَبِیِّکُمْ وَ دَأْبُ الصَّالِحِینَ قَبْلَکُمْ وَ مَطْرَدَةُ الدَّاءِ عَنْ أَجْسَادِکُمْ
Lalukanlah salat malam. Karena ia adalah Sunnah Nabi kalian dan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian dan ia bisa menjauhkan penyakit dari badan kalian.
Ayatullah Shahabadi, guru akhlak dan irfan Imam Khomeini ra berkata, “Bangun di waktu sahur baik untuk badan dan ruh.”
Bulan Ramadan tentu merupakan kesempatan terbaik untuk mewujudkan masalah ini. Selama bulan Ramadan, ketika seseorang bangun untuk makan sahur, semestinya ia dapat menyisihkan waktunya untuk bermunajat kepada Allah. Melaksanakan salat tahajud dan berkhalwat dengan Allah. Dengan demikian, ia perlahan-lahan dapat menghilangkan noda-noda batin dan kegelapan yang menghinggapi jiwanya membuatnya kembali bersih. Terlebih lagi bila disertai dengan taubat untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa yang dilakukannya selama ini.
(Pars-Today/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email