Majelis aliran kepercayaan kaharingan Kabupaten Kotabaru, Kalsel menggelar rapat
Persoalan keyakinan ternyata berimbas ke dunia pendidikan. Buntutnya, bagi siswa yang berkeyakinan di luar enam agama yang diakui pemerintah tidak mendapat nilai alias kosong.
Ini dialami siswa Sekolah Menengah Kejuruan 7 Semarang, yang berinisial ZN. Ia menangguhkan kenaikan kelas siswanya, karena memiliki nilai pelajaran Agama 0 alias kosong.
Kepala Sekolah SMK 7 Semarang, M Sudarmanto, menuturkan ZN yang pada saat masuk sekolahnya dua tahun lalu menuliskan Agama Islam pada formulir pendaftaran online. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung ZN enggan mengikuti pelajaran prakter baca Alquran dan Salat dengan alasan menganut Aliran Kepercayaan.
“Pada saat kelas 10 yang bersangkutan mengikuti pelajaran Agama Islam, tapi teori. Pada saat kelas 11 dia mengikuti pelajaran Agama Islam tapi pada saat pelajaran praktik Baca Alquran dan Salat, dia tidak bersedia. Alasannya Penganut Kepercayaan,” kata Sudarmanto, Semarang, Jateng, Selasa 27 Juli 2016.
Menurut Sudarmanto, pihak SMK 7 Semarang beberapa kali memanggil Taswidi sebagai ayah ZN ke sekolah memberitahu soal anaknya yang tidak mau mengikuti pelajaran praktek. Taswidi diingatkan bahwa ZN bakal tidak bisa naik kelas apabila pelajaran Agamanya tidak memiliki nilai.
“Saat itu orang tuanya menjawab tidak masalah kalau tidak naik kelas. Sesuai dengan kriteria kenaikan kelas, yang bersangkutan tidak memiliki nilai Pelajaran Agama, akhirnya tidak bisa naik kelas,” terang Sudarmanto.
Sudarmanto pun membantah pihaknya sempat memaksa agar ZN masuk Islam agar bisa naik kelas. “Tapi, yang bersangkutan tidak mengikuti Pelajaran Agama Islam sehingga nilai agamanya kosong,” tegas Sudarmanto.
ZN sempat diminta memilih salah satu dari enam agama yang diakui pemerintah sebagai salah satu Pelajaran Agama yang harus diikuti. Tujuannya, agar syarat kompetensi untuk bisa naik ke kelas XII bisa terpenuhi.
“Kurikulum juga belum memfasilitasi pendidikan aliran kepercayaan. Adanya, pendidikan enam agama, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu,” terang Sudarmanto.
(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email