Jika kita menghayati apa yang terdapat dalam Shahifah Sajjadiyah Imam Sajjad as, maka kita akan melihat bahwa Sahifah Sajjadiyah tidak seperti kitab-kitab doa pada umumnya.
Salah seorang peneliti sirah Imam Sajjad as, Hujjatul Islam Ridha Karimi menjelaskan bahwa pasca terjadinya peristiwa Asyura dan berbagai kejadian yang menima Imam Sajjad as setelah peristiwa Asyura, khususnya kezhaliman dan penindasan yang dilakukan penguasa kala itu kepada beliau as, Imam Sajjad as memutuskan untuk menuangkan segala permasalahan politik, sosial dan akhlaq ke dalam doa.
Menurut Hujajtul Islam Karimi, penguasa pada saat itu berusaha mengawasi Imam Sajjad as dengan berbagai cara. Hubungan masayrakat dengan Imam Sajjad as diputus, dan bahkan sahabat-sahabat Imam as sekalipun tidak bisa bertemu dengan Imam as, dengan kondisi seperti itu Imam Sajjad as mengatakan “di penjuru Mekkah dan Madinah tidak sampai 20 orang yang mereka menemani kami”. Beliau as mengutarakan hal ini di awal-awal masa Imamah beliau yakni pasca tragedi karbala.
Lebih jauh Hujjatul Islam Ridha Karimi memaparkan, hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan, Imam Sajjad as menjelaskannya kepada masyarakat melalui doa-doa. Sebagai contoh di dalam doa-doa Shahifah Sajjadiyah terdapat doa untuk penjaga perbatasan Islam.
Pada hakikatnya, jika kita menghayati apa yang terdapat dalam Shahifah Sajjadiyah Imam Sajjad as, maka kita akan melihat bahwa Shahifah Sajjadiyah tidak seperti kitab-kitab doa pada umumnya, di dalamnya Imam Sajjad as mengajarkan tentang cara mengatur pemerintahan, bersosial dengan masyarakat dan bagaimana cara menunaikan kewajiban, pungkas Hujjatul Islam Karimi.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email