Sering dituduh berafiliasi dengan (arwah) PKI rupanya membuat PDI Perjuangan geram. DPP PDIP mengeluarkan surat keterangan dan instruksi kepada seluruh kadernya untuk menegaskan PDIP setia kepada Pancasila serta tidak memiliki kaitan apa pun dengan PKI. Hal tersebut lantaran PDIP belakangan diserang isu soal PKI, khususnya menjelang Pilkada.
“Bahkan kita korban juga komunis ketika 1948, ketika mereka 1965, itu kan aktivis-aktivis GMNI justru diganyangi kan sama PKI. Bahkan ada yang digebukin juga di UI dan seterusnya. Jadi lihat sejarah jangan lihat hasutan untuk nggebuk kita semua ikut. Secara nggak paham bahwa kita pernah berseberangan bahwa kita pernah menjadi sasaran kekerasan tersebut,” papar Eva Sundari.
“Jadi asal bunyi orang-orang ini, tapi kupikir ini peringatan ke dalam kita nggak boleh diam dan melawan. Kalau selama ini kita diam sekarang kita diminta untuk melawan. Tak jelasin lho ini di dalam AD/ART kita punya Badan Muslim Indonesia (bamusi), kita bikin natalan setiap tahun, kita mensponsori pendirian pura-pura, dan seterusnya,” tambah Eva.
Terkait isu PKI, Ketua PDIP Megawati Soekarnoputri sampai mengeluarkan surat dan instruksi yang isinya menegaskan bahwa PDIP setia kepada Pancasila serta tidak memiliki kaitan apa pun dengan PKI dan ideologi komunisme. Penegasan itu tertuang dalam surat nomor DPP PDIP Nomor 2588/IN/DPP/II/2017.
Sikap PDI P tersebut memang tepat dan wajar, mengingat gelombang fitnah yang dilancarkan oleh sekelompok massa sudah melampaui batas. Pernyataan tersebut penting untuk memberi membersihkan nama PDI P yang akhir-akhir ini kerap dirusak oleh sekelompok orang dengan mengidentikkan PDIP dengan PKI. Padahal apa yang dikatakan kelompok tersebut sama sekali tidak benar dan cenderung berbau fitnah murahan. Meskipun PKI sudah jelas-jelas bubar, masih ada saja yang menggunakan isu PKI untuk menarik simpati massa.
Jika kita menengok pada masa lalu. Ketika saat itu masih ada PKI, GMNI maupun PNI. Ketiga organisasi tersebut memiliki landasan perjuangan yang hampir sama. PKI berlandaskan Marxisme, GMNI dan PNI berlandaskan Marhaenisme. kedua azas tersebut sangat mirip. Bung Karno, penggagas Marhaenisme bahkan mengatakan, “Marhaenisme adalah Marxisme yang diselenggarakan, dicocokkan,dilaksanakan di Indonesia.” Hal tersebut disampaikan Pada Kursus Presiden Sukarno tentang Pancasila di Istana Negara, Tanggal 3 September 1958.
Dengan kemiripan tersebut, apakah Soekarno pernah dituduh orang komunis ? Iya
AKan tetapi Bung Karno menjawab,
“Tidak, aku bukan Komunis. Aku seorang SosiaIis. Aku seorang Kiri. Orang Kiri adalah mereka yang menghendaki perubahan kekuasaan kapitalis, imperialis yang ada sekarang. Kehendak untuk menyebarkan keadilan sosial adalah kiri. Ia tidak perlu Komunis. Orang kiri bahkan dapat bercekcok dengan orang Komunis. Kiriphobi, penyakit takut akan cita‐cita kiri, adalah penyakit yang kutentang habis‐habisan seperti Islamophobi.”
Pernyataan Bung Karno di atas sekaligus menjelaskan pernyataan Eva Sundari perihal bentroknya GMNI (Marhaenisme ) dengan PKI (Komunis). Meskipun memiliki banyak persamaan, kedua organisasi tersebut sering terlibat bentrok.
Maka tak heran, jika hari ini PDI Perjuangan yang notabene merupakan Partai yang didirikan para aktivis GMNI maupun PNI kerap dituduh PKI. Wong Bung Karno yang jelas bukan PKI saja masih dituduh PKI. Ini membuktikan para penuduh tersebut tidak mempelajari sejarah dengan benar. Kecuali mereka memang sengaja menggunakan kemiripan tersebut untuk menekuk PDI P.
Lalu siapa yang kerap menuduh PDI Perjuangan berafiliasi dengan PKI. Siapa lagi kalau bukan Front Pembela Islam (FPI) pimpinan Riziq Shihab.
Di Indonesia ini tidak ada organisasi yang sedemikian takutnya dengan bayang-bayang masa lalu selain FPI. Bagaimana tidak? setiap ada yang mengusik mereka, FPI Ini akan otomatis bilang bahwa pelakunya adalah PKI. Pokoknya PKI adalah mimpi buruk bagi FPI, baik saat tidur maupun terjaga, aneh kan? padahal PKI kan sudah lama mati. Anak SMP yang rajin belajar tentu tahu fakta ini, bahwa PKI sudah digulung tahun 1965.
Nah, mimpi buruk FPI atas PKI ternyata juga dialamatkan pada PDI Perjuangan, parpol terbesar di tanah air Indonesia. PDI Perjuangan dicap PKI oleh FPI, Alfian Tanjung dan kelompok yang sezaman dengan mereka. Kata Alfian Tanjung, istana sudah menjadi sarang PKI. Lhah emangnya istana itu rumahnya Dimas Kanjeng yang biasa digunakan untuk ritual pemanggilan arwah orang yang telah mati ?
Ada-ada saja FPI dan Alfian Tanjung ini, meskipun cara mikir dan kegiatan mereka tidak masuk akal, tapi kok pengikutnya ada saja, militan lagi.
Kalau yang takut dengan PKI adalah ormas yang sezaman dengan mereka tentu merupakan hal yang sangat wajar. Lha FPI ? kok masih takut dengan PKI ? Apa jangan-jangan FPI ini secara fisik memang hidup pada zaman Presiden Joko Widodo, akan tetapi memori yang tertanam dalam otak mereka, adalah memori pada tahun 1955. Yaitu ketika PKI masih berjaya dengan meraih urutan urutan ke-empat pada pemilu 1955. posisi yang sama dengan posisi yang ditempati Partai Demokrat pada pemilu 2014 lalu. Awas jangan disamakan antara keduanya.
FPI kerap menyebarkan meme berisi tanda-tanda kebangkitan PKI, Misalnya FPI menganggap angka angka 42 ketika hari ulang tahun PDIP adalah simbol PKI. Juga “menduga” bahwa logo Bank Indonesia adalah simbol palu arit. Herannya, anak buah Riziq Shihab yang dikaruniai akal budi kok ya percaya dengan semua perkataan Riziq. Bayangkan, dengan kejernihan akal budi anda, angka 42 mengandung simbol PKI ? hanya orang cerdas yang memercayai hal tersebut ?
Lagipula, memangnya gampang menjadi seorang komunis pada zaman seperti ini. Di mana kapitalisme yang merupakan musuh yang harus disingkirkan oleh komunis telah menguasai jagat raya. Coba baca riwayat tokoh PKI, M.H.Lukman, anggota dewan dari PKI di bawah ini.
“Tidak satu pun dari barang-barang ini milik kita. Semua milik rakyat. Kita hanya dipinjami dan boleh memakainya. Kalau suatu hari harus pergi dari rumah ini, semua harus kita tinggalkan. Kita pergi dengan baju yang melekat di badan kita.”
Siapa yang mau meneladani M.H. Lukman ?
Kalaupun ada anggota dewan yang bersikap sederhana seperti itu, tentu bukan karena ingin meniru PKI. Karena bukan hanya PKI yang mengajarkan kesederhanaan. Pramuka juga mendapat pelajaran tentang kesederhanaan, “Hemat Cermat, dan Bersahaja.
Berarti, bukan hanya PKI yang mengajarkan sosialisme, bukan hanya PKI yang mengajarkan revolusi mental, bukan hanya PKI yang mengajarkan hidup sederhana, bukan hanya PKI yang punya palu dan arit. Tudingan FPI bahwa PDIP berafiliasi dengan PKI adalah salah arah.
(Jejak-Malam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email