Pesan Rahbar

Home » » Sebab Musabab Sakitnya Jenderal Soedirman Dan Kejadian Pada Saat-saat Terakhir Hidupnya

Sebab Musabab Sakitnya Jenderal Soedirman Dan Kejadian Pada Saat-saat Terakhir Hidupnya

Written By Unknown on Friday 25 March 2016 | 19:47:00


Rakyat Indonesia pasti mengenal Jenderal Soedirman. Setiap orang mengenal Soedirman sebagai seorang Jenderal bertubuh ringkih, kurus dan sakit-sakitan sehingga harus ditandu. Namun hal-hal tersebut, tidak menghalanginya untuk gigih berjuang melalui gerilya keluar masuk hutan selama berbulan-bulan yang membuatnya dihormati kawan dan disegani lawan.

Tetapi, tidak banyak yang tahu sebab-musabab mengapa seorang Jenderal Soedirman sampai mengalami sakit TBC yang amat parah dan membuat tubuhnya ringkih?

Di kalangan keluarga dan para prajuritnya, sang Jenderal dikenal sebagai seorang perokok kelas berat. Satu-satunya rokok kesukaannya adalah rokok kretek yang sudah ia hisap sejak remaja. Rokok kreteknya tak bermerek melainkan tingwe alias "ngelinting dhewe" atau membuat sendiri.

Sepulang bergerilya, kondisi kesehatan Jenderal Soedirman semakin memburuk yang membuatnya terpaksa masuk perawatan Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.

Mohamad Teguh Bambang Tjahjadi (putra bungsu Soedirman) amat ingat cerita ibunya, Siti Alfiah, bahwa saat sakit parah pun bapaknya tetap ingin merokok.

"Bapak dipaksa berhenti merokok oleh dokter. Karena perokok berat, Bapak tak bisa benar-benar meninggalkan rokok. Bapak meminta Ibu merokok dan meniupkan asap ke mukanya."

Menurut Teguh, belakangan ibunya menjadi perokok. "Barangkali terdengar konyol, tapi Ibu berprinsip menaati perintah Bapak," katanya.

Pada Minggu pagi tanggal 29 Januari 1950, setelah lama terkulai lemas sejak Oktober di rumah peristirahatan tentara di Magelang, mendadak wajah Soedirman tampak cerah. Pagi itu, Ahmad Yani, Gatot Soebroto, serta beberapa petinggi militer dan sipil hadir. Tidak diketahui apa yang dibicarakan.

"Waktu itu, menurut Ibu, tiba-tiba terdengar suara kaleng dan botol pecah mendadak. Bersamaan dengan itu, bendera di halaman melorot setengah tiang. Sampai Ibu bilang ke beberapa pengawal, ’Ah, itu hanya angin’."

Jenazah Jenderal Soedirman disemayamkan di rumah duka

Setelah salat Magrib, sebagaimana didengar dari Alfiah, Soedirman memanggil istrinya ke kamar. Di dalam, dia berkata, "Bu, aku sudah tidak kuat. Titip anak-anak. Tolong aku dibimbing tahlil.” Alfiah menuntunnya mengucap Laa Ilaha Illallah dan Soedirman mengembuskan napas terakhirnya.


Bagaimanapun juga, teladan Pak Dirman harus bisa ikuti. Seorang pejuang bertubuh kecil namun berjiwa besar yang tanpa pamrih berjuang demi Republik.

(Tempo/Memobee/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: