Pesan Rahbar

Home » » Sultan Agung dan Perlawanan Mataram Terhadap VOC

Sultan Agung dan Perlawanan Mataram Terhadap VOC

Written By Unknown on Thursday, 3 March 2016 | 02:41:00


Pada tahun 1619 sebuah persekutuan dagang Hindia Belanda bernama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), berhasil merebut Jayakarta (di bagian Barat pulau Jawa yang belum ditaklukkan Kerajaan Mataram) dari Kesultanan Banten, dan mengganti namanya menjadi “Batavia”. VOC yang sebelumnya bermarkas di Ambon, Kepulauan Maluku, memindahkan markasnya ke kota Batavia.

Pada mulanya hubungan antara Kerajaan Mataram dengan VOC berjalan baik. Hal ini dibuktikan dengan hubungan yang mulai terjalin dengan VOC Pada tahun 1621. Kedua pihak saling mengirim duta besar.

Namun, akhirnya VOC menunjukkan sikap yang tidak baik, ingin memonopoli perdagangan di Jepara. Tuntutan VOC tersebut ditolak oleh Bupati Kendal yang namanya melegenda sampai detik ini, yaitu Tumenggung Bahurekso.


Atas Nama Monopoli

Alkisah, pada zaman Sultan Agung, Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaannya, hal ini bisa dilihat dari luasnyanya daerah taklukan. Beberapa wilayah satu-persatu berhasil “di-mataram-kan”, Andaka (1614), Warasaba (1615, Siwalan (1616), Lasem (akhir 1616), Pasuruan (1617), Pajang (1617), Tuban (1619), Surabaya (1620-1625), Sukadana (1622), Madura (1624), Cirebon (1615), dan daerah Jawa Barat(1625).

Hampir seluruh wilayah Pulau jawa telah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram, kecuali Banten, serta Batavia, yang dikuasai oleh Banten dan VOC, serta daerah Blambangan di ujung timur Jawa. Pada tahun 1613, tepatnya 22 September 1613 serombongan utusan VOC, yang dipimpin Jan Pieterszoon Coen merapat di pelabuhan penting Kerajaan Mataram yaitu, Jepara dan Kudus. Utusan tersebut ingin menjalin kerjasama dengan Kerajaan Mataram untuk memenuhi ketersediaan beras di wilayah-wilayah kekuasaan VOC, saat itu daerah-daerah kekuasaan Kerajaan Mataram terkenal sebagai penghasil beras.

Benih-benih perseteruan menuju konflik berkepanjangan mulai terlihat jelas pada saat tentara Kerajaan Mataram menyerbu kantor dagang VOC di Jepara 1618.Serangan ini menewaskan tiga orang Belanda, bererapa serdadu VOC lainnya di tawan. VOC pun tidak tinggal diam, pada bulan November di tahun yang sama, VOC melakukan pembalasan dengan membakar semua kapal Jawa yang sedang berlabuh di beberapa pelabuhan besar. Hal ini diperparah karena saat itu terjadi masa paceklik tanaman padi di daerah Mataram. Bahkan, Sultan Agung pernah memberlakukan ekspor beras kepada VOC.

Hubungan “hangat” antara VOC dan Kerajaan Mataram kembali terjalin pada tahun 1621, beberapa orang Belanda yang ditawan dikembalikan ke Batavia dan beras pun kembali dikirim, VOC pun tidak ketinggalan mengirimkan dutanya kepada Sultan Agung periode 1622, 1623 sampai 1624.

Salah satu sumber menyebutkan bahwa “persabahatan taktis” ini dilandasi oleh kepentingan pihak Kerjaan Mataram yang mengharapkan bantuan angkatan laut VOC untuk menaklukkan Banten dan Banjarmasin. Akan tetapi hal itu tidak pernah terjadi, pupuslah kerjasama yang (diharapkan) saling menguntungkan itu. Setelah Suarabaya berhasil dikuasai 1625, digagaslah serangan ke jantung VOC di Batavia.


Babat Tanah Jawi (edisi Meinsma Noordhoff, Gravenhag 1941) menjelaskan bahwa perang dipimpin oleh para Senapati Kerajaan Mataram antara lain, Mandurareja, Bahureksa dan Sura Agul Agul di bawah koordinator Panembahan Purubaya, yang sangat terkenal kesaktiannya.

Sambil mengisap pipa, Panembahan Purubaya terbang memonitor jalannya pertempuran, yang sekali-kali menyerang tembok benteng VOC hingga jebol seukuran tubuh manusia. Sehingga penyerangan di tahun 1628 dan 1629 itu seakan-akan hanya sekali saja, juga tidak dijelaskan pihak mana yang menang atau kalah. Yang jelas pasukan Mataram mundur teratur karena kelicikan tentara Belanda dalam berperang, setelah mereka kehabisan mesiu, meriam-meriamnya diisi dengan tinja dan ditembakan ke arah pasukan Mataram.

Serangan ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629 itu sama-sama terjadi pada bulan September, yang saat itu musim kemarau. Masuk akal bahwa, sungai Ciliwung mudah dibendung dan arah airnya dibelokkan ke sungai lain. Akibatnya sungai Ciliwung kering, penuh dengan bangkai hewan dan menyebarkan penyakit antara lain kolera, yang menjadi korban di antaranya Jan Pietersz Coen (Murjangkung), walaupun terdapat dua versi yang berbeda mengenai penyebab kematian Coen. Menurut versi Belanda, Coen meninggal karena kolera yang kini lebih dikenal dengan muntah darah, sedangkan versi lainnya meyakini bahwa kematian Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang keempat dan keenam ini akibat serangan bala tentara Sultan Agung dari Mataram.

Musim kemarau ini juga memudahkan armada kapal yang berasal dari Jepara dan Tegal digerakkan ke Batavia, dikarenakan arus laut dominan ke Barat.

Penyerangan akan dilakukan pada bulan Agustus. Jarak Mataram – Batavia memerlukan waktu 90 hari, ditambah waktu untuk istirahat dan persiapan penyerangan. Rute yang ditempuh pasukan Mataram adalah via Pantura Jawa Tengah yakni Pekalongan – Tegal – Cirebon, lalu membelok ke Sumedang, Cianjur dan Buitenzorg atau Bogor atau Pakuan. Dari sana, mereka menuju Batavia menyusuri sungai Ciliwung.


Batavia Gagal Ditaklukkan

Agustus 1928, delapan tahun setelah VOC berhasil merebut kota pelabuhan Jayakarta dari kekuasaan Kesultanan Banten, pada 1619. Armada pasukan Mataram yang dipimpin Senopati Bahureksa, membawa sebanyak 150 ekor sapi, 5.900 karung gula, 26.600 buah kelapa dan 12.000 karung beras. Pihak Mataram menyampaikan hal ini sebagai alasan keinginan Mataram berdagang dengan Batavia. Namun kedatangan armada Mataram ini dicurigai pihak VOC. Hari berikutnya, VOC menyetujui sapi diturunkan, namun dengan syarat kapal Mataram hanya diperbolehkan menepi satu demi satu. Sekitar 100 prajurit bersenjata dari garnisun Kasteel (benteng) keluar untuk menjaga-jaga.

Hari ketiga, sebanyak tujuh kapal Mataram muncul lagi. Kali ini pihak Mataram beralasan ingin minta surat jalan dari pihak VOC agar dapat berlayar ke Melaka. Melihat situasi ini VOC, Belanda memperkuat penjagaan di dua benteng kecil utara dan menyiapkan artilerinya. Sore hari itu, sebanyak dua puluhan kapal Mataram menurunkan pasukannya di depan Kasteel.

Pada 25 Agustus 1628, sebanyak 27 kapal Mataram lagi masuk teluk, namun berlabuh agak jauh dari Kasteel. Di sebelah selatan Batavia, prajurit Mataram mulai tiba, dengan panji perang berkibar. Pihak Kesultanan Mataram bersiap menyerang VOC, 1.000 prajurit Mataram memasang kuda-kuda di depan benteng Batavia.

Pasukan kedua Kesultanan Mataram tiba pada Oktober 1628, dipimpin Pangeran Mandurareja (cucu Ki Juru Martani). Total jumlah semua pasukan Mataram sebanyak 10.000 prajurit. Perang besar terjadi di benteng Holandia. Terjadilah pertempuran yang terbilang dahsyat. Setelah kelelahan karena semakin terkurasnya amunisi dan logistik, pasukan Mataram menemui kegagalan.

Keberhasilan VOC mempertahankan Batavia tidak membuat Sultan Agung latas patah arang, gelombang serangan berikutnya dikerahkan pada tahun 1629.

Pasukan pertama dipimpin Adipati Ukur , yang berangkat pada Mei 1629, sementara pasukan kedua dipimpin Adipati Juminah berangkat pada Juni 1629. Jumlah total pasukan Mataram sebanyak 14.000 orang prajurit. Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras yang tersembunyi di Karawang dan Cirebon.

Pasukan VOC pun bergerak cepat dengan membakar semua lumbung beras itu. Musnahnya lumbung beras ini berakibat pasukan Mataram mengalami kekurang perbekalan. Terlebih lagi ketika pasukan Mataram akan menyerang Batavia timbul wabah penyakit malaria dan kolera yang menyerang para prajurit. Serangan kedua pasukan Mataram ini berhasil membendung dan mengotori Kali Ciliwung. Tercermarnya Kali Ciliwung ini mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera yang melanda Batavia.

(Empat-Pilar-MPR/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI