Pesan Rahbar

Home » » Alasan Mengapa Soekarno Cinta Muhammadiyah

Alasan Mengapa Soekarno Cinta Muhammadiyah

Written By Unknown on Wednesday 6 April 2016 | 19:05:00


“Sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah. Kata-kata ini bukan untuk Muhammadiyah saja, tapi juga untuk saya. Saya harap kalau dibaca lagi nama-nama anggota Muhammadiyah yang 175.000 orang banyaknya, nama saya masih tercantum di dalamnya. Saya harap nama saya tidak dicoret dari daftar keanggotaan Muhammadiyah.” (Soekarno, 1957)

Ketua PP Muhammdiyah, Haedar Nasir, dalam orasi kebangsaan yang berjudul “Dari Muhammadiayah Untuk Bangsa, Soekarno: Makin Lama Makin Cinta Muhammadiyah” yang ia sampaikan di Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 17 Juni 2014, mengungkapkan bahwa ketertarikan dan keterikatan Soekarno dengan Muhammadiyah semakin kental setelah memutuskan diri bergabung dengan oganisasi Islam modern terbesar ini. Sejak tahun 1938 ketika di Bengkulu, Soekarno resmi menjadi anggota dan pengurus bidang Pendidikan Muhammadiyah. Sejak bekenalan dengan Kiai Dahlan di Rumah HOS. Tjokroaminoto di Surabaya, sampai perkembangan Muhammadiyah sesudahnya, Soekarno mengakui memiliki ikatan yang sepesial dengan gerakan Islam ini.


Islam dengan Ide Kebaruan

Islam Sontoloyo adalah istilah yang pernah dilontarkan oleh Soekarno. Menurutnya, secara harfiah istilah sontoloyo yang berasal dari bahasa Jawa itu bisa bermakna sebagai kekonyolan, ketidakbecusan, ataupun kebodohan. Penggunaan kata sontoloyo oleh Soekarno lebih untuk merujuk kepada muslim (kelompok) yang memandekkan perkembangan pemikiran Islam melalui penafsiran tunggal untuk kepentingan diri atau kelompoknya semata.

Melalui istilah Sontoloyo, Soekarno sesungguhnya tidak bermaksud ingin mengecilkan makna Islam itu sendiri. Akan tetapi, pada dasarnya ingin mengajak umat Islam untuk memahami Islam secara kontekstual sesuai dengan tuntutan jaman. Atau dengan bahasa yang lain seperti dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi (1963) Soekarno berharap agar kaum muslim dan muslimat dapat “memudakan pengertian Islam” agar lebih bijaksana. Demikian ungkapannya meminjam istilah pemikir Islam terkemuka Sayid Amir Ali.

Soekarno jatuh hati kepada Muhammadiyah karena identik dengan ide pembaruan. Ketertarikannya dengan Muhammadiyah sejalan dengan ikhtiar Soekarno untuk membuka tabir kemajuan peradaban Islam dari tokoh-tokoh pencerahan Islam seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, Kemal Attaturk, proklamator kebangkitan Islam Ali Pasha, Arabi Pasha, Ahmad Bey Agayeff, dan Mohammad Ali, yang menghiasi wawasan keislaman dan kemuhammadiyahannya.

Hari ini Muhammadiyah telah berkembang semakin pesat, seperti dipaparkan Haedar Nasir, bahwa organisasi yang didirikan Ahmad Dahlan ini telah memiliki 172 perguruan tinggi di antaranya 40 universitas termasuk 13 perguruan tinggi yang dikelola Aisyiyah, 1143 SMA/SMK/MA, 1772 SM/MTs, 2604 SD/MI, 7623 TK ABA, 6723 PAUD, 71 SLB, 82 pondok pesantren, 457 Rumah Sakit dan Rumah Bersalin, 318 Panti Asuhan, 82 Panti Berkebutuhan Khusus, 54 Panti Jompo, 437 BMT, 762 BPRS, 25 penerbitan, dan berbagai amal usaha lainnya sebagai kiprah nyata Muhammadiyah untuk bangsa.

(Empat-Pilar-MPR/Berbagai-Sumber-Sejarah/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: