Shalat Idulfitri yang diikuti masyarakat kota Mashhad dan para peziarah Makam Suci Imam Ridha as, diimami oleh Ayatullah Alamul Huda, Imam Jumat Mashhad, di Haram Suci Razavi.
Astan News melaporkan, Rabu (6/7) pagi bertepatan dengan tanggal 1 Syawal 1437 H, shalat Idulfitri di Haram Suci Razavi dipimpin oleh Ayatullah Alamul Huda dan diikuti oleh Muslimin kota Mashhad, para peziarah dan warga sekitar Haram Suci Razavi.
Jamaah shalat Idulfitri mengumandangkan Allahu Akbar dan Lailaha ilallah sejak terbit matahari sebagai bentuk syukur mereka setelah sebulan penuh berpuasa dan beribadah dan sebagai awal menjalankan shalat Idulfitri yang digelar di pelataran umum Imam Ridha as. Acara shalat Idulfitri dimulai pukul 6:30 pagi diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran, puji-pujian dan penjelasan masalah fikih, setelah itu shalat Idulfitri tahun 1437 H dimulai dengan dipimpin oleh Ayatullah Alamul Huda.
Ayatullah Sayid Ahmad Alamul Huda setelah memimpin shalat Idulfitri menyampaikan khutbah shalat Idulfitri dan menjelaskan bahwa setelah Ramadhan, lembaran-lembaran baru amal setiap manusia dibuka.
Ia menuturkan, sebulan penuh berpuasa dan beribadah, sudah berakhir dan hari ini adalah awal yang lain, yang membuka lembaran-lembaran baru kita setelah bulan suci dan ini adalah kewajiban besar bagi kita untuk menjaga lembaran-lembaran baru ini dengan menjauhi maksiat dan dosa.
Anggota Dewan Ahli Kepemimpinan Iran ini menilai prestasi terbesar yang diraih dari sebulan penghambaan di bulan suci Ramadhan adalah terputusnya kita dari selain Allah Swt dan berlindung kepada Tuhan di setiap sendi kehidupan kita.
“Setiap manusia harus menjadi pesuluk menuju Allah Swt dalam tiga dimensi, politik, budaya dan ekonomi, di jalan Islam dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Patut disyukuri di bidang politik berkat kepemimpinan Imam Khomeini, arahan-arahan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, atau Rahbar, dan darah para syuhada, hari ini, Iran adalah satu-satunya negara di dunia yang kebijakannya berlandaskan agama dan anti-imperialis serta berdiri melawan penindasan,” paparnya.
Menurut Alamul Huda, bidang budaya dan ekonomi, adalah dua hal yang menjadi pusat perhatian Iran dan para pecinta Islam.
Ia menuturkan, apa yang hari ini menjadi kegelisahan dan kekhawatiran serius, adalah budaya dan ekonomi negara. Di bidang budaya, kita pernah berkata kita terputus dari selain Tuhan, dimana tidak ada maksiat di tengah masyarakat Islam. Jika hijab sebagai salah satu pilar paling inti dalam sebuah masyarakat relijius Islam, itu karena tidak berhijab adalah menjauh dari Tuhan dan mengikuti setan. Masalah ini kemudian membuat kerusakan menjadi hal biasa di tengah masyarakat dan mengundang azab Ilahi.
Ayatullah Alamul Huda menyebut pagelaran konser-konser sebagai masalah budaya negara dan mengatakan, di bidang musik, setiap orang mengikuti pendapat Marji-marji Taklidnya masing-masing, akan tetapi ketika berbicara soal konser, maka masalahnya bukan lagi terbatas dalam ruang lingkup individu, pasalnya konser memiliki dampak-dampak yang bisa menimbulkan kerusakan sosial.
Ia menambahkan, digelarnya konser di Mashhad berarti tidak menghormati kedudukan agung Imam Ridha as.
Khatib shalat Idulfitri kota Mashhad di bagian lain ceramahnya menekankan beragam dimensi yang dimiliki olahraga dan menerangkan, meski dimensi-dimensi olahraga diketahui semua orang, namun jika dalam turnamen-turnamen ini kesucian harus diinjak-injak dan perempuan ikut hadir menunjukkan kegembiraannya dan berteriak-teriak, maka olahraga akan menjadi faktor kerusakan moral.
Alamul Huda kemudian menekankan implementasi slogan tahun ini, “ekonomi perlawanan, langkah dan praktik”.
“Arahan-arahan Rahbar di bidang ekonomi bagi kita adalah peta jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, dan wujud upaya mendekatkan diri kepada Tuhan di bidang ekonomi adalah dengan mengimplementasikan ekonomi perlawanan,” imbuhnya.
Imam Jumat kota Mashhad melanjutkan, ekonomi perlawanan adalah titik penghubung kehidupan ekonomi kita dengan Allah Swt. Jika yang diharapkan dari keteladanan masyarakat Islam adalah sebuah masyarakat yang kuat, maka keteladanan itu sedang mendekatkan diri kita kepada Tuhan.
Alamul Huda memprotes pemerintah dalam implementasi ekonomi perlawanan dan menuturkan, empat bulan telah berlalu dari tahun ini, namun tidak ada langkah dan praktik apapun dalam menjalankan ekonomi perlawanan oleh pemerintah. Makna slogan tahun ini tidak cukup hanya di lisan, tapi sekarang adalah saatnya praktik.
Menurutnya, pengangguran dan masalah-masalah ekonomi merupakan salah satu dampak tidak tercapainya ekonomi perlawanan.
“Impor produk-produk asing dan setelah itu menuliskan di bawahnya slogan tahun ini ‘ekonomi perlawanan, langkah dan praktik’, artinya sedang melawan Rahbar,” ujarnya.
Di akhir ceramahnya, Ayatullah Alamul Huda menyinggung peran masyarakat dalam mewujudkan ekonomi perlawanan.
Ia menegaskan, masyarakat tidak boleh menunggu pemerintah secara sepihak merealisasikan ekonomi perlawanan. Masyarakat juga harus menggunakan dan membeli produk-produk dalam negeri dan menghindari bermewah-mewah ala Barat dan mewujudkan ekonomi perlawanan di setiap langkah dan amalnya.
Di akhir acara dibacakan doa keselamatan untuk Imam Mahdi af dan akhir yang baik bagi para jamaah shalat yang telah melewati bulan Ramadhan sehingga menyucikan diri dengan rahmat Allah Swt dan terlahir kembali.
(Astan-News/News-AQR/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email