Saat publikasi gambar-gambar pelecehan kedutaan Arab Saudi di Maroko terhadap al-Quran dan buku-buku agama memiliki refleksi besar di jejaring sosial; Arab Saudi berlepas diri dari penistaan tersebut.
Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari The Huffington Post, setelah publikasi penumpukan gambar naskah-naskah al-Quran di kedutaan Arab Saudi di Maroko, yang menunjukkan kitab suci al-Quran ditinggalkan di dekat tempat pembuangan sampah, masyarakat Maroko merespon pelecehan kehormatan tersebut dan mengutuk aksi-aksi Saudi.
Media-media Maroko, Minggu (2/10) dengan merefleksikan berita penistaan Saudi, meminta jawaban para pengurus kedutaan Saudi di Rabat.
Setelah perefleksian besar-besaran penistaan tersebut, Saudi dalam sebuah laporan mengklaim bahwa setelah turunnya hujan dan rusaknya tempat penyimpanan al-Quran dan buku-buku agama kuno, para pengurus kedutaan meminta para staf supaya memindahkan buku-buku tersebut ke sebuah tempat aman dan membakarnya.
Para pejabat Saudi di Kedutaan tidak mau bertanggung jawab dan kesalahan keji ini dipikulkan di pundak para staf Maroko dan mengklaim, para staflah yang memindahkan buku-buku tersebut ke dekat tempat pengumpulan sampah dan tidak mau membakarnya.
Kedutaan Saudi di Maroko juga mengklaim, orang-orang ini dengan memublikasikan gambar naskah-naskah al-Quran yang ditinggalkan di jejaring sosial berusaha menghancurkan citra kedutaan.
Penistaan Saudi terhadap kalam suci Ilahi berlangsung, sementara Al Saud menyebut tanahnya sebagai tempat kelahiran Islam dan turunnya wahyu, sudah berlangsung lama dalam kinerjanya tidak mengkalim nilai-nilai untuk ajaran al-Quran dan Islam, sebagaimana para pengklaim Khadimul Haramain dalam belbagai hal telah melakukan kezaliman dan penganiayaan dalam hak kaum muslim dan dengan dukungan besar-besaran keuangan dan spiritual terhadap para teroris takfiri, telah membuat kondisi terburuk dan terkeji di negara-negara Suriah, Irak dan Yaman.
(The-Huffington-Post/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email