Jika arena politik kosong dari orang-orang yang beragama maka orang-orang yang tidak beragama akan menguasainya dan kelak akan melenyapkan agama.
Shabestan News Agency melaporkan dari Isfahan, Hujjatul Islam Nashir Shabiri dalam kajian akhlaq dengan tema “politik dan akhlaq tidak bisa dipisahkan”, yang diadakan di auditorium madrasah ilmiah Az-zahra, beliau menjelaskan bahwa kata politik merupakan kata yang sakral dan penuh dengan makna, dimana sebelumnya kata ini memiliki konotasi makna agama, namun saat ini berubah menjadi kata yang mengandung konotasi negatif dan duniawi.
Hujjatul Islam Shabiri melanjutkan, beberapa orang mencoba untuk merubah makna politik, salah satunya ialah Ma’mun yang ketika mengundang Imam Ali Ridha as ke “Marw”, dibalik undangannya tersebut Ma’mun memiliki banyak tujuan, di antara salah satu tujuan terpentingnya ialah dengan politik konvensionalnya ia berusaha untuk menciderai kesucian Imam Ridha as, dan begitu juga dengan politik jahatnya ia ingin memanfaatkan kesucian Imam Ridha as, dan dengan masuknya Imam as ke arena politiknya, maka kehormatan beliau di hadapan orang-orang semakin bertambah.
Hujjatul Islam Shabiri lebih lanjut menyampaikan, sebagian individu hanya memikirkan tentang politik saja dan mereka malah menyingkirkan agama, ini adalah sebuah kesalahan dan kerusakan besar. Sementara sebagian lainnya mereka memiliki agama, namun mereka enggan untuk masuk ke arena politik, hal ini juga membahayakan, karena jika arena politik kosong dari orang-orang yang beragama maka orang-orang yang tidak beragama akan menguasainya dan kelak akan melenyapkan agama.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email