Pesan Rahbar

Home » » Lima Wajah Kafir Dalam Al-Quran

Lima Wajah Kafir Dalam Al-Quran

Written By Unknown on Wednesday 5 April 2017 | 00:32:00


Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Wahai orang-orang kafir. Aku tidak beribadah kepada apa yang kamu ibadahi. Dan kamu tidak mengabdi kepada apa yang aku ibadahi. Dan aku tidak mengabdi kepada apa yang kamu ibadahi. Dan kamu tidak mengabdi kepada apa yang aku ibadahi. Bagi kamu ajaranmu dan bagiku ajaranku. [Terjemah Sûrah Al-Kâfirûn]

Berdasarkan firman Allah dalam sûrah tersebut, kita pahami bahwa ummat manusia yang punya akal semuanya pasti beribadah. Hanya saja ibadah itu terbagi kepada tiga bagian:
1. Ibadah kepada Allah semata.
2. Ibadah kepada selain Allah, dan
3. Memadukan antara ibadah kepada Allah dan kepada selain Allah.

Jika hidup dan kehidupan seseorang semata-mata disandarkan kepada ajaran Allah ‘azza wa jalla, maka dia semata-mata beribadah kepada-Nya dan dijuluki mu`min (orang yang bermuka satu). Jika hidup dan kehidupannya semata-mata disandarkan kepada selain Allah, maka dia telah beribadah kepada selain Allah dan dijuluki kâfir (orang yang tidak punya muka). Dan jika dari hidup dan kehidupannya sebagiannya disandarkan kepada Allah dan sebagiannya lagi kepada selain Allah, maka dia telah memadukan antara ibadah kepada Allah dan kepada selain Allah dan dijuluki munâfiq (orang yang bermuka dua).

Tipologi manusia di awal-awal sûrah Al-Baqarah dibagi menjadi tiga golongan: Yang pertama golongan orang-orang yang beriman atau yang bertaqwâ yang dinyatakan sebagai orang-orang yang berada di atas petunjuk dari Tuhannya dan mereka dinyatakan sebagai orang-orang yang beruntung. Yang keduanya adalah orang-orang kafir, bagi mereka sama saja diberi peringatan ataupun tidak, maka tetap saja tidak beriman. Dan yang ketiganya adalah orang-orang munafik yang ciri khasnya mengklaim dan mengaku-ngaku beriman kepada Allah dan hari akhir padahal mereka bukanlah orang-orang beriman.

Bila kita kaum muslim, maka lakukanlah instrosfeksi, karena kita punya potensi untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa yang berada di atas petunjuk Allah dan mendapatkan keberuntungan, atau malah kita menjadi orang-orang munâfiq yang mengaku-ngaku beriman yang merasa ahli surga padahal hakikatnya kita telah kufur kepada Allah; yang merasa bertauhid padahal syirik; yang mengklaim diri suci padahal sebenarnya kotor; yang merasa dekat kepada Allah padahal sejatinya jauh; yang merasa saléh padahal perbuatan kita selalu salah.


Munâfiq

Kata ini diambil dari kata nafaq yang berarti terowongan, maka terowongan itu sekurang-kurangnya mempunyai dua muka; muka untuk masuk dan muka untuk keluar. Maka orang-orang munâfiq itu adalah orang yang mempunyai dua muka: Muka iman dan muka kufur. Namun mereka tidak boleh dijuluki atau diberikan istilah kâfir dalam arti non muslim, sebab mereka itu orang-orang muslim yang dihalalkan pernikahan dan sembelihannya, diperbolehkan pewarisan dan hubungan Islam lainnya.


Wajah Kufur

Kufur (kufr) perbuatannya dan pelakunya kâfir. Marilah kita perhatikan wajah-wajah kufur yang terdapat dalam Kitab Allah ‘azza wa jalla. Ada keterangan dari Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh keluarga sucinya. Abu Abdillah Ja’far Al-Shâdiq salâmullâhi ‘alaih mengatakan bahwa kufur di dalam Kitab Allah terbagi kepada lima wajah: Satu dan dua kufrul juhûd (ada dua macam kufur juhûd), tiga kufur tarku mâ amarallâh (meninggalkan perintah Allah), empat kufrul barâ`ah, dan lima kufrun ni’am (kufur nikmat).


Kufur Juhud

Kufur juhûd (yang pertama) yaitu juhûd (menentang, menolak) rubûbiyyah (kerububiyyahan Allah subhânah), yaitu ucapan orang-orang yang mengatakan: Tidak ada tuhan, tidak ada surga dan tidak ada neraka, dan yang demikian itu ucapan kaum zindîq yang disebut kaum dahriyyah (pemahaman bahwa tidak ada yang membinasakan selain waktu). Ucapan mereka disebutkan dalam Al-Quran: Tidak ada yang akan membinakasakan kami selain masa [Sûrah Al-Jâtsiyah ayat 23] Itu adalah ajaran yang telah diletakkan oleh mereka yang dipandang baik oleh mereka untuk diri-diri mereka tanpa argumentasi dan hanya sebatas sangkaan semata. Allah ‘azza wa jalla berfirman tentang mereka, Tidak lain mereka itu melainkan sangkaan. Bahwa yang demikian itu sebagaimana yang mereka katakan. Dia berfirman, Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama saja atas mereka kamu beri peringatan ataupun tidak, mereka tidak beriman. Yaitu tidak mentauhidkan Allah Yang Maha Tinggi.

Kufur juhûd (yang kedua) adalah kekufuran karena ma’rifat (mengenal Allah), yaitu seseorang menentang sedangkan dia tahu bahwa Dia itu benar. Tidak sedikit ayat Al-Quran yang mungkin kita menentangnya; baik yang mengenai aqîdah maupun syarî’ah. Allah ‘azza wa jalla telah berfirman, Dan mereka menentangnya karena kezaliman dan kesombongan padahal diri-diri mereka menyakininya. [Sûrah Al-Naml 14] Dan firman-Nya Yang Maha Tinggi, Padahal sebelumnya mereka biasa memohon kemenangan, maka setelah datang kepada mereka apa yang mereka telah ketahui, lalu mereka kufur kepadanya, maka laknat Allah atas orang-orang yang kafir. [Sûrah Al-Baqarah 2/89] Inilah dua wajah kufur juhûd.


Kufur Nikmat

Wajah ketiga kufur nikmat. Allah mengkisahkan ucapan Nabi Sulaimân as, Ini dari karunia Tuhanku untuk mengujiku; apakah aku bersyukur ataukah aku kufur, dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia telah mensyukuri dirinya, dan siapa yang kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia. [Sûrah Al-Naml 27/40] Dan firman-Nya Yang Maha Tinggi, Apabila kalian syukur, niscaya Aku tambahkan (kenikmatan) kepadamu, dan bila kalian kufur sesungguhnya siksa-Ku maha keras. [Sûrah Ibrâhîm 14/7] Dan firman-Nya, Maka ingatlah kamu kepada-Ku pasti Aku ingat kepadamu, dan bersyukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kamu kufur. [Sûrah Al-Baqarah 2/152]


Kufur karena Meninggalkan Perintah Allah

Wajah keempat kekufuran adalah kufur karena meninggalkan perintah Allah ‘azza wa jalla. Firman-Nya Yang Maha Tinggi, Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian kamu, yaitu kamu tidak menumpahkan darah-darah kamu dan tidak mengusir diri-diri kamu dari kampung halaman kamu, kemudian kamu berikrar sedang kamu bersaksi. Kemudian kamu ini membunuh diri-diri kamu dan kamu mengusir sebagian dari kamu dari kampung halamannya, kamu tampakkan atas mereka dosa dan permusuhan, dan jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka sedang mengusir mereka itu diharamkan atas kamu; mengapa kamu beriman kepada sebagian Al-Kitab dan kufur kepada sebagian, maka tidak ada balasan bagi orang yang melakukan yang demikian dari kamu selain kehinaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka diseret kepada siksa yang paling keras; dan Allah tidak lalai dari apa-apa yang mereka lakukan. [Sûrah Al-Baqarah 2/84-85] Allah ‘azza wa jalla mengkafirkan mereka karena meninggalkan apa yang telah diperintahkan Allah ‘azza wa jalla. Orang-orang muslim yang hanya mengimani sebagian dari isi Al-Quran dan kufur kepada sebagiannya lagi termasuk kufur karena meninggalkan sebagian perintah-Nya yang terdapat di dalam kitab-Nya.


Kufur Bara`ah

Wajah kufur kelima adalah kufur barâ`ah (berlepas diri). Sebagaimana Nabi Ibrâhîm as telah kafir kepada kaum yang zalim, Allah ta’âlâ mengkisahkannya, Kami telah kafir kepada kamu, dan telah nyata di antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk selamanya sehingga kamu beriman kepada Allah saja. [Sûrah Al-Mumtahânah ayat 60/4] Jadi Nabi Ibrahim as melakukan kufur barâ`ah yaitu berlepas diri dari kaum yang zalim. Atau sebagaimana kafirnya Iblis dari para walina dari kalangan manusia pada hari kiamat nanti, Sesungguhnya aku telah kafir kepada perbuatanmu yang telah menyekutukanku (dengan Allah) sejak dulu. [Sûrah Ibrâhîm 14/22] Kufur barâ`ah ini sangat terpuji jika kita mengkufuri yang batil. Allah ‘azza wa jalla berfirman, Karena itu siapa yang kafir kepada thaghût dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Sûrah Al-Baqarah 2/256].

Maka orang muslim itu ada yang beriman dan ada yang yang kafir jika menentang sebagian perintah Allah ‘azza wa jalla atau meninggalkan sebagian ajaran-Nya, atau tidak mensyukuri nikmat dan karunia-Nya. Muslim yang kafir itu lazimnya disebut munâfiq, dan walaupun banyak perintah Allah yang dilanggar tidak boleh disebut sebagai non muslim, dia tetap saja muslim sebab masih halal hubungan pernikahan, pewarisan, sembelihan hewan dan hubungan Islam yang lainnya. Dan ada kekafiran yang positif, yaitu jika berlepas diri atau barâ`ah dari segala macam bentuk kebatilan.

(Abu-Zahra/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: