Islam adalah agama minoritas di Jepang. Dengan tidak adanya statistik resmi tentang Muslim di Jepang, perkiraan demografis berkisar antara 70.000 sampai 120.000 penduduk Muslim. Sekitar 10 persen dari jumlah tersebut menjadi warga negara Jepang. Mayoritas perkiraan populasi Muslim di Jepang sekitar 100.000. Menurut beberapa sumber, ada 30.000 Muslim di Jepang pada tahun 1982.
Pada abad ke-14, Islam masuk ke Jepang melalui pedagang dari negara-negara Arab dan China. Kontak penting lainnya terjadi pada tahun 1890 ketika Kekaisaran Ottoman mengirimkan sebuah kapal angkatan laut ke Jepang untuk memulai hubungan diplomatik antara kedua kerajaan tersebut serta saling mengenal antara Muslim dan Jepang satu sama lain. Saat hendak kembali, kapal angkatan laut ini, Ertuğrul, terbalik dan tenggelam bersama dengan 609 orang penumpangnya, menenggelamkan 540 di antaranya.
Pada akhir 1870-an, sebuah biografi Nabi Muhammad diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Ini membantu Islam menyebar dan menjangkau orang-orang Jepang. Pada awal 1900-an ketika kaum Muslim Tatar melarikan diri dari ekspansionisme Rusia.
Ratusan pengungsi Muslim Tatar dari Asia Tengah dan Rusia datang ke Jepang pada saat terjadi Revolusi Oktober di awal tahun 1900an. Orang-orang Muslim ini diberi suaka di Jepang dan menetap di beberapa kota utama Jepang dan membentuk komunitas kecil. Beberapa orang Jepang masuk Islam melalui kontak dengan orang-orang Muslim ini.
Selama Perang Dunia II, lebih dari 100 buku dan jurnal tentang Islam diterbitkan di Jepang. Saat terjadi krisis minyak tahun 1970-an, media massa Jepang telah memberi ruang kepada dunia Muslim secara umum, dan dunia Arab pada khususnya, setelah menyadari pentingnya negara-negara ini untuk ekonomi Jepang.
Pada tahun 1960-an, ratusan Muslim Pakistan dan Bangladesh bermigrasi untuk bekerja di Jepang. Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), populasi pekerja asing di Jepang hampir dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir, mencapai lebih dari 2 juta pada akhir tahun 2011. Namun, Muslim dari Pakistan dan Bangladesh meningkat pada akhir 1980-an karena program pengabaian visa oleh pemerintah Jepang. Ada sekitar 60 komunitas Muslim yang tinggal di Jepang, 40 di antaranya bukan orang Jepang.
Ada banyak yayasan Islam di Jepang termasuk Islamic Center Jepang, Asosiasi Muslim Jepang, Federasi Perdamaian Muslim Jepang, Islamic Trust Jepang, Lingkaran Islam Jepang, Masjid Tokyo, Masjid Muslim Kobe, Masjid Nagoya, Komunitas Muslim Kanazawa, Asosiasi Residen Muslim Tsukuba, Pusat Kebudayaan Islam Masjid Mie, Islamic Culture Center Sendai, Asosiasi Muslim Kitakyush dan Asosiasi Budaya Muslim Tohoku.
Masjid pertama di Jepang, Masjid Kobe, dibangun pada tahun 1935 dengan kontribusi dukungan keuangan India, Tatar dan Jepang. Masjid pertama di ibukota Tokyo dan masjid kedua di Jepang, Masjid Tokyo dibangun oleh para migran Tatar yang melarikan diri dari revolusi Rusia yang merupakan kelompok etnis Muslim terbesar di Jepang. Namun pada tahun 1983, Masjid Tokyo dirubuhkan dan dibangun kembali oleh Kepresidenan Urusan Agama Turki dalam dua tahun dan dibuka untuk ibadah pada tahun 2000.
Pada tahun 1970, hanya ada dua masjid di negara ini. Sekarang, ada sekitar 200 masjid di seluruh Jepang. Banyak komunitas Muslim memiliki rencana untuk membangun masjid dalam waktu dekat. Hanya ada lima imam Jepang yang bertugas di masjid. Tidak ada satu SD atau SMP Islam di Jepang.
Masjid Otsuka di bangsal Toshima berencana mendaftarkan diri sebagai lembaga pendidikan dan mendirikan sekolah Islam.
Shumei Okawa, ilmuwan Islam terkemuka di pemerintahan Jepang dan akademisi dalam hal pertukaran dan kajian Jepang-Islam, berhasil menyelesaikan terjemahan Quran-nya di penjara dengan tuduhan sebagai penjahat perang yang ditudukanh oleh pasukan Sekutu yang menang.
Toshihiko Izutsu adalah tokoh penting lainnya yang merupakan profesor emeritus di Keio University yang menguasai lebih dari 10 bahasa termasuk bahasa Prancis, Persia, Sanskerta, Cina, Rusia dan Yunani. Pada tahun 1958, Izutsu menyelesaikan terjemahan langsung pertama Quran dari bahasa Arab ke bahasa Jepang. Ini adalah poin penting bagi orang Jepang untuk mengerti Islam.
Jumlah wisatawan Muslim ke Jepang telah meningkat setiap tahunnya. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak memberikan sebuah keynote speech pada pertemuan meja bundar World Islamic Economic Forum Foundation (WIEF) dan Alliance Forum Foundation (AFF) di Tokyo. Razak telah mencapai kesepakatan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk meningkatkan kerjasama di bidang industri makanan halal dan keuangan Islam.
(Daily-Sabah/Seraa-Media/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email