Dubes Safzen ungkapkan seluk-beluk ISIS di Irak dan keterlibatan WNI.
Kemunculan kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) membuat publik dunia tersentak. Betapa tidak, kelompok yang mengatasnamakan agama itu bertindak sangat kejam dan ingin mendirikan kekhalifan atau negara.
Duta Besar RI untuk Republik Irak, Safzen Noerdin mengatakan, kemunculan ISIS bermula sejak Amerika Serikat masih menempatkan pasukannya di Baghdad tahun 2003 silam. Ditemui wartawan VIVAnews,Adrianus Mandey dan Santi Dewi, di Hotel Borobudur, pada Kamis, 16 Oktober lalu, dia menjelaskan lebih dari separuh pasukan elit Irak yang loyal terhadap Saddam Hussein dipecat oleh pemerintah berkuasa.
Merasa sakit hati, mereka diduga turut bergabung bersama kelompok pimpinan Abu Bhakar Al-Baghdadi itu.
“Sebelumnya, warga lokal menganggap ISIS adalah kelompok yang baik, lantaran dikira berpahamkan Muslim Sunni biasa. Ternyata, mereka malah masuk ke dalam Muslim ekstrim,” ungkap Dubes yang memiliki latar belakang militer ini.
Safzen mulai bertugas di Baghdad sebagai Dubes pada Maret 2012. Sebelum terjun di bidang diplomasi, dia merupakan Komandan Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Pangkat terakhir yang dia emban yakni sebagai Letnan Jenderal.
Pengalamannya di bidang militer selama 37 tahun membuat Safzen begitu jeli dalam menganalisis dan menilai pergerakan ISIS. Bahkan, dia tegas menyebut ISIS merupakan kelompok yang berbahaya, karena bisa membunuh orang secara membabi buta.
Justru dia mengaku bingung, di saat publik dunia mengecam ISIS, mengapa Pemerintah Indonesia semula mendiamkan sel gerakan ini berkembang di Indonesia.
Dia pun menilai, akar masalah ISIS tidak hanya karena ada kehadiran kaum Muslim Sunni dan Syiah.
Berikut hasil wawancara lengkap VIVAnews dengan Safzen:
Awalnya, ISIS ini organisasi massa biasa atau kelompok tertentu?
Kalau dilihat dari cerita awalnya, ISIS terbentuk dari Irak masih dikuasai oleh Amerika Serikat di tahun 2003. Lalu muncul lah, kelompok Al-Qaeda yang ada di Afghanistan. Pemimpinnya adalah Abu Musab al-Zarqawi dan berasal dari Yordania. Dia berangkat dari sana dan menggalang kekuatan di Irak untuk mengusir AS. Setelah itu, mereka mendirikan Negara Islam Irak yang berpusat di Baqubah. Lalu, kemudian kepemimpinannya berganti ke Abu Umar al-Baghdadi. Dia mati ditembak, lalu kepemimpinan bergeser ke Abu Bakar al-Baghdadi.
Abu Bakar al-Baghdadi itu baru menjabat di tahun 2006. Semua kelompok militan itu terkait, karena keinginan mereka ingin berjihad. Salah satu contoh, ketika mereka ingin menjatuhkan Bashar al-Assad, maka mereka bergabung dengan Al-Qaeda yang ada di Irak.
Setelah mereka mulai menguat di wilayah itu, kemudian dipukul oleh Kelompok Hizbullah di kota Aleppo, mereka lalu turun ke Irak. Begitu tiba di sana, disambut warga lokal, karena dikira Muslim Sunni. Namun, belakangan warga lokal mengetahui, bahwa mereka bukanlah Muslim Sunni biasa, tetapi masuk ke kategori ekstrim.
ISIS kemudian menyerang ke kota Mosul jam tiga pagi dalam keadaan yang paling aman. Mengapa bisa begitu? Karena rupanya semua itu telah disiapkan. Kelompok yang mendukung ISIS di Irak adalah orang-orang loyalis Saddam yang merasa kecewa.
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, ada sebuah kesalahan besar dalam Pemerintahan Baghdad, yakni ketika awal dibentuk pemerintahan koalisi oleh Organisasi Atlantik Utara (NATO), separuh tentara Irak dipecat.
Itulah awal mula yang menyebabkan orang-orang menjadi kecewa. Kemudian ketika pemerintahan dipegang oleh mantan Perdana Menteri Nouri al-Maliki lebih fokus kepada kaum Syiah– alasan untuk menurunkan Maliki itu semakin kuat. Padahal di dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlihat ada tekanan terhadap kaum Sunni. Semuanya terlihat normal.
Makanya saya katakan, masalah Sunni dan Syiah lebih difokuskan ke politik, sedangkan hubungan antar warganya tidak ada masalah. Anak Syiah sekolah di sekolah yang sebagian besar dituju kaum Sunni ada. Di dalam Partai Syiah ada Sunni dan sebaliknya. Tetapi, ketika isu ini sampai di tingkat atas, mereka menjadikan masalah ini komoditas politik.
Jadi, kembali lagi ketika mereka masuk ke kota Mosul bisa tenang pada jam tiga pagi itu, karena sudah ada arahan sebelumnya yaitu apabila pejuang ISIS masuk, maka tinggalkan peralatan dan buka baju seragam. Di dalam pikiran tentara Irak, bertanya-tanya mengapa jadi begini? Tapi, pasukan Irak itu mau apa? Karena pejuang ISIS masuk dengan kekuatan yang cukup besar.
Paginya, ISIS merampok sebuah bank di kota Mosul, yang memiliki dana simpanan hingga US$400 juta atau Rp4,8 triliun. Jadi, masuknya mereka ke Mosul itu sudah seperti disiapkan. Dari sana, ISIS lalu beranggapan mereka sudah memiliki basis. Mereka lalu bergerak ke kota Samara dan Kirkuk. Kirkuk, merupakan daerah yang tengah menjadi sengketa antara Pemerintah Baghdad dengan Kurdistan.
Sementara, Kurdistan ini merupakan daerah otonomi penuh yang sudah menyiapkan diri untuk merdeka. Persyaratan untuk menjadi sebuah negara sudah mereka kantongi, misalnya dia sudah memiliki tentara dan polisi sendiri, ada wilayah, ada pemerintahan. Tentara mereka itulah yang kini disebut Peshmerga dan masih lebih militan dibandingkan tentara Irak yang sudah kadung kocar-kacir.
Awalnya, ada dua keluarga asal Indonesia yang bermukim di kota Mosul. Mereka mengabarkan, sejak kota itu dikuasai, keadaan baik-baik saja. Justru, sejak mereka masuk, tidak ada lagi ledakan bom, harga barang-barang menjadi lebih murah. Tidak heran jika harganya menjadi murah, karena ISIS memang memaksakan agar barang-barang di sana turun harga. Kesannya di mata warga lokal, ISIS ini baik.
Tapi, kedua keluarga itu sudah berhasil kami evakuasi dan kini berada di luar kota Mosul.
Selain itu, kami juga memperoleh laporan, justru warga Mosul sendiri diduga ikut menjadi bagian dari pejuang ISIS. Karena, jika didengar dari cara mereka berkomunikasi, aksennya itu aksen orang Mosul.
ISIS itu sebenarnya ada dua yaitu ISIS yang terdiri dari warga lokal dan pendatang. Justru anggota ISIS pendatang inilah yang lebih kejam dan jahat. Mereka yang datang dari Inggris dan Australia. Alasannya paham radikal itu sudah begitu melekat di pikiran mereka, sehingga sudah sulit untuk membuat kalkulasi tempur dengan mereka. Karena para pejuang ISIS itu sudah memiliki niat untuk mati. Jadinya kan repot kalau seperti itu.
Bagaimana dengan situasi negara-negara yang berbatasan dengan Irak sejak ISIS muncul?
Irak ini dikelilingi oleh negara-negara yang semua punya kaitan. Ada Iran di area sepanjang ini, kemudian di bawahnya ada Kuwait, lalu ada Arab Saudi. Saudi merasa takut sekali. Sekarang 30 ribu pasukan telah digelar di sini. Mereka takut sekali jika ISIS ini turun ke bawah.
Apakah benar para pejuang ISIS ini masuknya bukan dari Turki, melainkan dari Yordania?
Ya, belakangan saja mereka masuknya dari Turki. Awalnya memang dari Yordania. Itu alasan mereka ingin lepas garis batas ini, misalnya dari Aleppo sampai Berghuba. Jadi ditarik garis lurus dan itu yang menggambarkan kekhalifannya.
Kenapa ISIS saat ini bisa makmur dan nyaman? Karena mereka pertama sekali mulai dari kota Ramadi dan Fallujah, Irak. Di situ awal mula mereka datang. Semula, ISIS merupakan kelompok yang baik dan bagus. Lalu, kemudian, ISIS ini mulai berulah dan menjadi jahat. Buktinya apa? Mereka cegat truk-truk pengangkut yang melintas dari Yordania ke Baghdad. Kalau tidak sesuai dengan paham ISIS, maka akan dibunuh.
Yang Anda maksudkan baik itu seperti apa?
Ya, mereka baik, karena berasal dari kaum Sunni. Mereka itu kan Muslim Sunni.
Jadi WNI yang diisukan berangkat ke sana dan bergabung dengan ISIS juga memiliki ideologi serupa?
Persis. Ketika mereka berangkat ke Irak dan Suriah, yang ada di pikirannya kan kapan saya akan mati. Untuk bisa menghadapi kekuatan seperti itu, mana ada yang bisa mengimbanginya. ISIS lalu mulai menghancurkan situs-situs bersejarah dan memiliki nilai budaya. Karena, kelompok itu paling anti dengan kuburan, sampai kuburan Nabi Yunus pun ikut dihancurkan.
Kalau memang ada orang lokal terlibat, apakah itu berarti kebudayaan setempat tidak melekat di dalam karakter mereka?
Seperti yang tadi saya bilang, kita berbicara mengenai hal ini, karena ada orang-orang Sunni. Ada beberapa daerah yang memang dikuasai oleh kaum Sunni, namun juga terdapat orang Syiah, seperti misalnya Syekh Abdul Qodir yang bermukim di Baghdad. Tapi ada Abdul Qodir Jaelani ini orang Sunni. Sementara, orang-orang sufi juga termasuk Sunni. Tapi mereka itu tergolong kaum Sunni yang ekstrim. Mereka tidak mengizinkan mendatangi kuburan. Kami berpikir, mereka memiliki paham yang terlalau ekstrim.
Itu mencakup mayoritas atau minoritas?
Itu yang minoritas.
Tapi yang mayoritas beranggapan seperti apa?
Mereka mulai menilai ada yang tidak benar, sehingga melawan. Jadi, gerakan kelompok suku Sunni berperang melawan mereka. Jika dilihat dari latar belakangnya, mereka kan datang ke sana memang untuk membangun kerajaan, namun ke belakangnya ternyata memiliki kepentingan-kepentingan tertentu. Publik tidak begitu jeli, karena terpengaruh istilah pemurnian agama.
Itulah menurut saya, paham yang saat ini sedang disebarkan, bahkan sampai ke Indonesia. Maka mereka yang membela kelompok ini kerap mengklaim bahwa ISIS melakukan sesuatu sesuai dengan Al-Quran.
Paham ini, mungkin belum sampai untuk di level saya. Tetapi secara umum melihat di mana benarnya jika semua orang dibunuh secara membabi buta? Kelompok ini membunuh orang dengan begitu mudahnya. Padahal, ajaran mana pun saya rasa tidak ada yang mengajarkan seperti itu.
Inilah gerakan ISIS. Lalu mereka mulai masuk ke Erbil yang berbatasan dengan Kurdistan dan mulai membuat AS marah, karena merasa terancam. Lalu, militer AS mengirimkan dua pesawat jet F-18 untuk menghajar mereka. Di sana terdapat sebuah bendungan yang memiliki banyak manfaat.
ISIS kembali dipukul mundur hingga ke daerah Sinjar. Di sinilah terdapat kaum minoritas bernama Yazidi yang menyembah Zoroaster. Mereka dibantai oleh ISIS. Ada juga yang diperkosa lalu dikubur hidup-hidup.
Diduga wartawan AS bernama James Foley dieksekusi di sebuah gurun dekat sana. Sebenarnya, AS pernah menggelar operasi untuk menyelamatkan Foley, namun gagal. Ada saksi mata yang mengatakan melihat pasukan AS berupaya untuk menyelamatkan sandera. Namun, sekitar 12 jam sebelum pasukan AS tiba, penjara itu sudah dikosongkan ISIS.
Setelah dipindahkan itu, Foley dieksekusi. Kelompok ini tidak bisa dianggap enteng, karena ada unsur militer loyalis Saddam yang jago berperang itu. Kemampuan mereka sudah tidak perlu diragukan lagi, karena tahun 2013 mereka pernah menyerang sebuah penjara di kota Abu Ghraib yang terletak di utara Baghdad dan membebaskan 600 napi dengan sempurna hanya dalam waktu satu malam.
Saya pribadi sebagai tentara merasa salut dengan kemampuan mereka mengeksekusi operasi itu. Hanya dalam waktu dua jam kemudian, mereka sudah tidak bisa dikejar lagi.
Terkait dengan hal itu, kelompok ISIS kan pasti telah melalui proses perencanaan yang panjang. Menurut Anda, peta dan skenario yang telah mereka siapkan seperti apa?
Pasti semua kelompok seperti itu membutuhkan perencanaan ya. Karena itu terlihat dari caranya yang mengirim orang terlebih dahulu ke Mosul sebelum diserang. Tetapi, saya tidak tahu juga skenario besarnya mereka seperti apa. Tujuannya apa. Tapi, itu bisa dilihat setelah nanti negara-negara besar itu melakukan serangan.
Tapi sebagai mantan perwira, pasti ada perencanaan matang dan panjang untuk bergerak. Apakah tidak terlihat?
Kita tidak sampai sejauh untuk bisa menganalisis itu. Karena orang-orang seperti mereka itu termasuk ke dalam kategori gerilya.
Tapi, sampai gubernurnya ikut terlibat?
Iya, itu tadi. Isu kehadiran ISIS ini dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Pertama, ada sekelompok orang yang tidak senang dengan kepemimpinan Nur Maliki, karena banyak yang beranggapan mantan PM itu terlalu berpihak kepada kaum Syiah. Akibatnya, kaum Sunni diabaikan.
Walau pada zaman di bawah rezim Saddam pun, Syiah juga terabaikan. Tapi pada saat ini, mereka merasa begitu.
Partai-partai oposisi Maliki memanfaatkan kehadiran ISIS untuk menekan. Pada kenyataannya, mereka hanya menginginkan Maliki supaya turun.
Kedua, Maliki berupaya untuk melawan, namun ternyata gagal dan membuat mentalnya jatuh. Maliki bahkan ikut waktu dikerahkan pasukan ke wilayah Fallujah dan Ramadi untuk memukul mundur ISIS. Hal itu untuk menunjukkan bahwa saya peduli.
Tetapi, saya tidak tahu juga mengapa tentara yang disiagakan di daerah yang kini dikuasai ISIS pro kepada mereka.
Nah, sekarang saya akan masuk ke dalam sisi politiknya. AS tidak menghendaki kehadiran Presiden Suriah Bashar al Assad. Mengapa? Karena Suriah itu ancaman untuk Israel. Dia tidak suka dan mengajak negara sekutu untuk memperkuat kelompok oposisi Bashar al-Assad. Bashar itu kan berasal dari kaum minoritas Syiah tetapi malah memimpin negara yang didominasi kaum Sunni.
Tetapi, AS ingin mengerahkan bantuan kepada kelompok oposisi, ternyata di dalamnya ada unsur Al-Qaeda, yang namanya Front Al Nusra. Nah, saat itu mata dunia mulai bertanya: “Kok AS malah membantu teroris?” Di situ lah mereka mulai mundur. Arab Saudi pun mulai merasa malu, karena menganggap kemunduran ini sebagai kekalahan.
Sementara Bashar tetap bersikukuh untuk memimpin. Alhasil, koalisi yang sempat dibangun untuk menggulingkan dia terpaksa bubar.
Tetapi kan Inggris dan Prancis kan masih tetap bergabung?
Tapi, itu kan belakangan. Kelompok oposisi, termasuk ISIS yang ada di sana kan sakit hati, karena tidak jadi dibantu. Sampai akhirnya keluar kalimat dari mereka akan menyerang Saudi. Makanya Saudi sempat ketakutan. Karena, Saudi ketahuan pernah mengirimkan bantuan dan bentuk fisiknya seperti mobil-mobil militer masih ada.
Maka AS serba salah, karena jika kelompok oposisi dibantu, maka di situ ada unsur Al-Qaeda. Jika tidak dibantu, maka Bashar akan tetap berkuasa. Nah, dengan adanya insiden ISIS, AS memiliki alasan kuat untuk bisa melanjutkan misinya itu.
Tapi, Presiden Barack Obama masih tetap bersikeras belum akan menurunkan pasukan ke darat. Banyak yang memprediksi, lama kelamaan arahnya juga akan ke sana.
Sementara, Iran mengatakan Suriah adalah sekutu yang tidak bisa diganggu gugat. Rusia juga berpikir begitu. Suriah dianggap Rusia adalah lahan di kawasan Timur Tengah yang tidak boleh dikutak-kutik. Itulah politik besarnya.
Namun, jika ditarik kembali kesimpulannya, apa pun ISIS itu sadisnya bukan main. Jadi, kami saat inienggak habis pikir, akidah apa? Mazhab apa yang digunakan, sehingga bisa dijadikan pembenaran untuk membunuh orang seenaknya.
Ada yang bilang bahwa kekejaman ISIS hanya sekedar karangan belaka. Tidak, kami memiliki banyak sekali informasi dari orang-orang yang selamat. Kami memperoleh informasi dan gambar-gambar yang dibuat oleh ISIS sendiri. Lalu, mereka kirim ke media lokal.
Apa alasan Pemerintah Irak meminta bantuan kepada AS dan negara sekutu? Apakah karena tidak memiliki kualifikasi untuk melawan ISIS atau ada alasan lain?
Mereka memang tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi pasukan ISIS yang beraksi seperti kaum gerilyawan. Seperti yang saya katakan sebelumnya, ISIS kan juga terdiri dari separuh pasukan Saddam yang dipecat. Irak memang kembali membentuk pasukan, tetapi tidak sehebat anggota pasukan yang dipecat dulu.
Itu kan dulu pasukan yang pernah melawan AS.
Kemudian, terus terang AS berhasil menjatuhkan Maliki, padahal dia memenangkan pemilu. Sebenarnya, dia meraih suara terbanyak, dengan memperoleh 92 kursi. Tetapi, dia diminta agar tidak mencalonkan diri lagi sebagai PM. Maliki sadar dan bersedia tidak mencalonkan diri lagi demi keutuhan negara.
Apakah lokasi KBRI di Baghdad jauh dari daerah yang saat ini dikuasai ISIS?
Kalau kota Baghdad, adalah kota terbesar yang ada di Irak dan memiliki 6 juta penduduk. Mereka sudah terbiasa melihat peristiwa pengeboman.
Jadi, apa yang terjadi saat ini dengan apa yang berlangsung dua tahun yang lalu itu sama. Saya selalu terima laporan dari staf saya, pada jam sekian terjadi pengeboman di mana dan jumlah korban tewas mencapai sekian orang. Dan itu terjadi setiap hari. Jadi, bukan terjadi saat ini saja. Sejak AS berada di sana, hingga mereka keluar dari Irak pada 16 Desember pun aksi pengeboman terus berlangsung.
Bahkan staf lokal di KBRI pun mengaku juga bingung dan ingin mecari tahu apa penyebab kerap terjadi pengeboman di sana.
Dulu warga Irak kukuh beranggapan Arab Saudi yang menjadi dalang di balik banyaknya aksi pengeboman di Baghdad. Saya pun bertanya kepada mereka alasan di balik kesimpulan itu. Satu, warga Irak berpendapat, Saudi tidak menyukai demokrasi di Irak berhasil, karena akan turut mempengaruhi sistem Kerajaan di sana. Dua, Irak itu berbeda. Saudi memang diketahui tidak menyukai kaum Syiah.
Cara mereka memperoleh sandera itu dari mana?
Mudah sekali, para calon sandera diculik di Suriah. Kan, sekarang tingga dicari di mana para jurnalis atau pekerja kemanusiaan itu berdiri. Tidak mungkin calon sandera masuk ke Irak.
Cerita seperti James Foley, dia malah meliput dengan membaur bersama kelompok oposisi, Al-Nusra. Dia diizinkan untuk ikut. Jadi, begitu ada kesalahan, langsung diculik. Kalau di Irak, mereka pasti ketakutan, sementara kalau di Suriah, tidak ada front yang jelas.
Turki dan Mesir, saat ini terlihat ingin menjadi sentral di Timur Tengah. Ini ada kaitannya dengan Kurdi kah? Mereka kan juga tidak mau menyerang ISIS di Suriah dan Irak?
Kurdi yang paling besar itu berada di Irak dan Turki. Tetapi, mereka tidak sebagus perlakuan Kurdi yang di Irak. Mereka berada di tiga provinsi: Erbil, Dohuk, dan Sulamania. Tiga provinsi ini adalah kota-kota Kurdi dan semua itu dihuni oleh orang Kurdistan. Dan saya sudah mendatangi kota-kota itu.
Mereka sudah memahami bahwa dia bukan suku Arab, berpaham Sunni dan mereka itu niatnya cuma satu: kapan mereka akan merdeka. Semua persyaratan untuk mereka merdeka sudah ada: mereka punya tanah air, rakyat, pemerintahan, Presiden sendiri, tentara, bendera, lagu kebangsaan, dan UU. Semua itu sudah mereka miliki.
Yang belum tinggal satu: mereka tidak memiliki pengakuan dari dunia internasional. Kalau sampai Kurdi di Irak diakui merdeka, maka Kurdi di tempat lainnya, akan menuntut hal yang sama. Dalam sejarahnya, Kurdi tidak boleh dibiarkan bersatu, karena akan lebih berbahaya dibandingkan Israel.
Sekarang, pada faktanya masih belum ada negara yang bersedia mengakui kemerdekaan Kurdi. Sampai Presiden Kurdi, sudah capek untuk mengupayakan itu.
Mengapa negara-negara barat turut menolak kehadiran Kurdi?
Karena mereka berpikir kalau dibiarkan menyatu maka bisa menjadi satu ancaman baru yang sulit dikendalikan. Kemudian, orang tidak begitu suka Kurdi di Iran. Pun hal yang sama juga begitu terhadap keberadaan Kurdi di Turki. Sama juga Kurdi di Irak. Tapi itu sudah dibentuk sejak perang yang lalu, bahwa mereka harus open terhadap Kurdi.
Irak sekarang dibagi tiga: Sunni, Syiah dan Kurdi. Presiden Irak sekarang berasal dari Kurdi.
Tapi belakangan, disinyalir, banyak WNI yang melewati Turki agar bisa ke Suriah dan Irak. Mereka menggunakan pesawat kecil, lalu mendarat di bandara perintis yang kecil. Saat ini, saya melihat Turki masih membatasi, hanya sebatas bantuan kemanusiaan.
Pembebasan 49 diplomat itu, tayangan di televisi, hanya bagaimana mereka mendarat di Istanbul. Rupanya yang saya dengar, para sandera ini berjalan kaki dulu, lalu baru naik pesawat di satu tempat menuju ke Turki.
Apakah Pemerintah RI sudah meminta kepada Turki, agar tidak memberikan visa bagi WNI yang disinyalir akan berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS?
Kami sudah meminta kepada semua perwakilan di Timur Tengah, supaya selektif dalam memberikan izin untuk mencari kerja. Karena, terus terang di Saudi, satu WNI tertangkap oleh Pemerintah Saudi tengah berjalan kaki untuk menuju ke Suriah. Dia bekerja di perusahaan Grup Bin Laden, yang berlokasi di Jeddah dan masuk pemberitaan di Saudi.
Pemerintah Saudi kan ketat sekali mengawasi perbatasan. Berbagai peralatan modern digelar.
Tapi buktinya masih ada WNI yang bisa lolos ke Turki. Celahnya ada di mana?
Saya melihat pemberitaan yang saat ini beredar di Tanah Air merupakan cerita-cerita yang telah lewat. Kadang pemberitaan yang masuk ke Tanah Air kan suka terlambat nih, sementara dinamikanya begitu cepat. Misalnya kita sudah mengejar di poin A, sementara kenyataan di lapangan sudah sampai di poin B.
Jadi, yang ingin kami ketahui sekarang, dari mana ada 60 WNI yang ada di Suriah dan Irak. Dan kami telah mengetahui jalurnya melalui Turki. Tapi, kalau sekarang sudah tidak lagi setelah kita mengetatkan pengawasan.
Dari Indonesia bisa saja ketat, tapi di sana bagaimana?
Itu tadi. Di sana kan WNI bisa menggunakan visa kedatangan (Visa on Arrival). Mereka kalau tahu, tentu ditangkap juga. Apalagi jika ada sindikat-sindikat yang mengaturnya.
Termasuk pengetatan pemberian visa bagi warga asing yang ingin masuk ke Indonesia?
Iya. Supaya mereka bisa masuk kemari, tetap kita berlakukan wawancara. Tetapi, kalau misalnya yang saya bawa adalah para pengusaha untuk hadir di acara Trade Expo Indonesia (TEI), itu jelas bertolak belakang. Tetap, kami selektif.
Tapi, menurut saya semangat itu tidak lah mereka berangkat ke Indonesia untuk menyebarkan paham. Hal itu sudah bisa lakukan, melalui sel-sel mereka yang sudah lebih dulu dibangun dan tersebar, seperti yang ada di Tanah Air.
Contoh: apabila ada satu WNI yang tewas karena ikut berperang bersama ISIS, saya malah tidak tahu informasi awalnya. Tetapi, sesama rekannya di Tanah Air mungkin bisa lebih tahu. ISIS-nya sendiri yang sering kali mengabarkan hal itu.
Contohnya yang baru-baru ini terjadi. Dia mengabarkan ada WNI yang meledakkan di pangkalan militer. Namanya si A. Kami juga punya data-datanya.
Tapi Anda kerap kali mengatakan kesulitan untuk memverifikasi jika ada WNI yang tewas akibat berperang bersama ISIS?
Karena kami tidak mungkin untuk datang ke sana. Tapi, biasanya anggota ISIS akan mengabarkan kepada keluarganya. Contohnya seperti WNI bernama Wildan. Dia tewas di kota Fallujah. Dia meninggal pada bulan Juli, lalu satu bulan kemudian, temannya mengabarkan kepada keluarga Wildan di Tanah Air.
Pada umumnya, dari saya tahu, pihak keluarga mereka juga sudah ikhlas. Sepertinya. Jadi, tidak ada semacam protes.
Tapi Anda mengatakan kalau Pemerintah Indonesia kesulitan menanyakan kepada Pemerintah Irak?
Pemerintah Irak telah kami desak. Mereka berjanji akan disampaikan. Lalu, tiba-tiba di saat janjinya itu, ada lagi satu WNI yang tewas. Karena kabarnya ada yang tertangkap.
Jadi, ada satu WNI yang diduga bergabung dengan ISIS dan ditangkap Pemerintah Irak?
Kami masih belum tahu, namun katanya ada. Tapi, kami masih belum tahu, karena mereka belum memberikan namanya.
Kalau seandainya Pemerintah Irak memutuskan akan mendeportasi, apakah Indonesia akan menerima mereka?
Justru itu masalah yang saya bawa kemari. Saya ingin tahu, jika benar ada WNI yang tertangkap, lalu bagaimana kelanjutannya. Apakah mereka ingin menghukum sesuai dengan hukum di Irak atau akan dideportasi?
Saya sudah berkoordinasi dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai. Kan ada pasal di KUHAP, bahwa seorang WNI tidak boleh berperang di negara sah. Lalu kalau kenyataannya mereka berperang? Kita harus tangkap dan ada hukumannya. Namun, dalam prosesnya, harus bisa dibuktikan TKP nya. Itu yang membuat kami repot juga.
Inilah yang tengah kami koordinasikan.
Insya Allah jika tidak ada halangan, pada bulan Oktober, saya akan membawa pemuka agama (ulama-ulama Sunni) dari Irak, supaya jangan ada publik Indonesia yang mengira ISIS itu merupakan bagian dari Sunni. Supaya publik di sini jangan mengambil langkah yang keliru, seperti Abu Bakar Baasyir. Kami juga akan melibatkan orang-orang dari Pemerintah Indonesia untuk berdialog dengan mereka.
Bagaimana kalau WNI yang terlibat ISIS ini bisa kembali ke Tanah Air?
Justru itu lah yang ditakuti saat ini. Tidak hanya Indonesia yang khawatir, tetapi juga AS, Inggris, Australia. Kekhawatiran mereka yakni gaya mereka yang mudah membunuh orang di sana, dibawa kemari.
Bisakah mereka ditangkap dan dituntut ketika sudah kembali ke Indonesia?
Kalau mereka ketahuan, sesuai dengan janji Pemerintah yakni mencabut paspor. Artinya, tidak diakui sebagai warga negara, lalu mau dikemanakan? Kalau seandainya WNI itu masih berada di luar negeri, oke terserah mereka mau ke mana. Tapi, kalau sudah masuk kembali ke Tanah Air.
Kalau sudah terbukti dia ikut peperangan, mungkin bisa dihukum dengan menggunakan hukum yang tadi.
Bagaimana cara untuk membuktikan WNI ikut terlibat peperangan di Irak dan Suriah?
Ya itu tadi. Ini yang akan dibahas nanti. Kalau Pemerintah Irak yang menangkap, saya yakin juga sudah ketat. Tapi, Pemerintah Irak menegaskan, mereka tidak pernah mengaitkan individu yang ditangkap dengan pemerintah mereka. Tujuannya untuk menjaga hubungan baik antar negara. Kasus ini, hanya antar individu saja.
Lalu, setelah mereka menangkap orang yang diduga terlibat ISIS, apa yang akan mereka lakukan?
Kalau untuk WNI kami masih belum mengetahui. Tapi kan mereka telah mengumumkan telah menangkap warga Saudi. Terhadap warga Saudi itu, Pemerintah Irak berjanji, sekecil apa pun kesalahan yang mereka buat, maka akan dihukum.
Jadi kalau seandainya ada WNI yang berhasil kembali dari Suriah dan Irak, akan disangkakan pasal apa?
Saya masih belum tahu. Namun, yang selama ini didiskusikan kan pasal yang ada di KUHAP menyebut makar di luar negeri. Ada hukumannya.
Tinggal masalah pembuktiannya. Tapi menurut dia, intelijen dan BNPT menjaga semua kemungkinan terjadi. Namun, bagi saya yang terpenting adalah, bagaimana memagari dan mencegah jangan sampai ada yang berhasil berangkat ke sana. Perlu diberikan semacam kesadaran. Untuk apa mereka berangkat ke sana?
Makanya, ketika kemarin saya memberikan ceramah, saya mengajak publik untuk bekerja sama dan menyadarkan bahwa tindakan mereka tidak benar. Jadi, jangan sampai ada publik di sini yang membenarkan.
Sebelumnya saya sempat protes kepada Pemerintah di dalam, karena ketika semua orang di seluruh dunia mengecam ISIS, ko malah di sini, mereka bisa berorasi di Bunderan HI?
Saya rapat dengan Kemenlu dan memaparkan semua fakta yang ada mengenai ISIS. Bahkan, di PBB, sudah dikeluarkan resolusinya. Loh, kita malah mendukung? Saya sampaikan, saya memiliki bukti berupa video sel kelompok ini memiliki kesempatan untuk berlatih di Solo, menyampaikan orasi di Bunderan HI, belum lagi pernyataan di Makasar dan di Bekasi.
Setelah semuanya disepakati, maka menyatakan akan membawa semua ulama besar dari Irak untuk memberikan ceramah di Indonesia. Tujuannya, supaya ulama-ulama, cendekiawan-cendikiawan di Tanah Air yang masih abu-abu, agar bisa memahami dan memperoleh gambaran.
Walaupun pada umumnya ulama-ulama di Indonesia kan berkiblatnya ke Saudi, sehingga pertama sekali ketika berbicara mengenai Irak, maka yang disebut sama seperti ketika mereka menyebut Iran yakni soal paham Syiah. Padahal, saya sudah menyatakan, sebenarnya tidak ada perbedaan seperti itu. Kenapa, malah hal itu dipermasalahkan di sini?
Tapi, nanti ulama-ulama yang akan saya undang merupakan pemuka agama Sunni dan belajar dari Saudi.
Kalau menurut Anda bagaimana prediksi akhir terhadap kelompok ISIS ini?
Prediksi saya, ISIS ini akan hilang secara lahir, namun tidak secara ajarannya. Coba, lihat saja, mereka sudah hengkang, tapi sel-selnya masih ada. Jadi, saya lihat, ISIS bisa seketika hilang dari permukaan. Tapi, mereka ada di bawah tanah.
Berarti akan muncul lagi dalam bentuk lain?
Seperti yang saya katakan tadi, bahwa mereka bercita-cita untuk mendirikan satu negara kekhalifahan, itu menjadi salah satu pakem mereka. Dasarnya, mereka semua berasal dari Al-Qaeda. Hanya, ISIS ini sekarang lebih hebat dari Al-Qaeda. Al-Qaeda kan tidak memiliki wilayah. Sementara, Al-Qaeda sendiri kan mobile.
Tetapi bukan kah Al-Qaeda sendiri tidak menitik beratkan untuk memiliki kekhalifan?
Saya memang tidak pernah mendengar Al-Qaeda mengharuskan memiliki wilayah untuk membentuk kekhalifan. Tapi, ISIS mengharuskan sebaliknya. Herannya saya, bagaimana cara ISIS bisa merekrut pendukung dari Jerman, AS, Inggris, Australia. Notabene, jumlah para pejuang asing tersebut lebih banyak dari jumlah WNI yang ikut berperang di sana.
Bahkan, terdapat sekitar 300 warga Inggris yang direkrut ISIS. Terus dari China. Filipina kemarin sempat mengatakan tidak memiliki warga yang terlibat di ISIS, namun saya tidak yakin.
Itu yang saya katakan tadi, kok bisa orang-orang tertarik? Ya, mungkin itu jaman ya? Orang-orang selalu mencari sesuatu yang baru.
Berangkat dari mana sebenarnya paham untuk penguasaan wilayah? Padahal kan kelompok Al-Qaeda sejak awal ingin menciptakan teror.
Ya, seperti yang tadi saya ceritakan. Al-Qaeda ingin menciptakan Negara Islam Irak. Dari sini muncul cikal bakal, bahwa mereka ingin punya satu negara. Namun, saya tidak tahu persis munculnya. Pemimpin ISIS saat ini, Abu Bhakar al-Baghdadi itu kan berasal dari kota Samarra.
Kemudian, di dalam gerakan mereka, semula tercipta konsep Irak ingin dibelah tiga: wilayah Syiah, Sunni, dan Kurdi. Konsep tersebut dicetuskan oleh para politisi di sana. Isu ini sempat mencuat. Sehingga, kami menduga apakah itu cara untuk membangun NII.
Rupanya, AS tidak mendukung cara-cara seperti itu. Mereka ingin supaya ketiga wilayah tersebut tetap bersatu. Maka, dicari cara supaya mantan PM Maliki diganti dan merangkul semua wilayah tersebut. (ren)
(Viva/ABNS)
Kemunculan kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) membuat publik dunia tersentak. Betapa tidak, kelompok yang mengatasnamakan agama itu bertindak sangat kejam dan ingin mendirikan kekhalifan atau negara.
Duta Besar RI untuk Republik Irak, Safzen Noerdin mengatakan, kemunculan ISIS bermula sejak Amerika Serikat masih menempatkan pasukannya di Baghdad tahun 2003 silam. Ditemui wartawan VIVAnews,Adrianus Mandey dan Santi Dewi, di Hotel Borobudur, pada Kamis, 16 Oktober lalu, dia menjelaskan lebih dari separuh pasukan elit Irak yang loyal terhadap Saddam Hussein dipecat oleh pemerintah berkuasa.
Merasa sakit hati, mereka diduga turut bergabung bersama kelompok pimpinan Abu Bhakar Al-Baghdadi itu.
“Sebelumnya, warga lokal menganggap ISIS adalah kelompok yang baik, lantaran dikira berpahamkan Muslim Sunni biasa. Ternyata, mereka malah masuk ke dalam Muslim ekstrim,” ungkap Dubes yang memiliki latar belakang militer ini.
Safzen mulai bertugas di Baghdad sebagai Dubes pada Maret 2012. Sebelum terjun di bidang diplomasi, dia merupakan Komandan Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Pangkat terakhir yang dia emban yakni sebagai Letnan Jenderal.
Pengalamannya di bidang militer selama 37 tahun membuat Safzen begitu jeli dalam menganalisis dan menilai pergerakan ISIS. Bahkan, dia tegas menyebut ISIS merupakan kelompok yang berbahaya, karena bisa membunuh orang secara membabi buta.
Justru dia mengaku bingung, di saat publik dunia mengecam ISIS, mengapa Pemerintah Indonesia semula mendiamkan sel gerakan ini berkembang di Indonesia.
Dia pun menilai, akar masalah ISIS tidak hanya karena ada kehadiran kaum Muslim Sunni dan Syiah.
Berikut hasil wawancara lengkap VIVAnews dengan Safzen:
Awalnya, ISIS ini organisasi massa biasa atau kelompok tertentu?
Kalau dilihat dari cerita awalnya, ISIS terbentuk dari Irak masih dikuasai oleh Amerika Serikat di tahun 2003. Lalu muncul lah, kelompok Al-Qaeda yang ada di Afghanistan. Pemimpinnya adalah Abu Musab al-Zarqawi dan berasal dari Yordania. Dia berangkat dari sana dan menggalang kekuatan di Irak untuk mengusir AS. Setelah itu, mereka mendirikan Negara Islam Irak yang berpusat di Baqubah. Lalu, kemudian kepemimpinannya berganti ke Abu Umar al-Baghdadi. Dia mati ditembak, lalu kepemimpinan bergeser ke Abu Bakar al-Baghdadi.
Abu Bakar al-Baghdadi itu baru menjabat di tahun 2006. Semua kelompok militan itu terkait, karena keinginan mereka ingin berjihad. Salah satu contoh, ketika mereka ingin menjatuhkan Bashar al-Assad, maka mereka bergabung dengan Al-Qaeda yang ada di Irak.
Setelah mereka mulai menguat di wilayah itu, kemudian dipukul oleh Kelompok Hizbullah di kota Aleppo, mereka lalu turun ke Irak. Begitu tiba di sana, disambut warga lokal, karena dikira Muslim Sunni. Namun, belakangan warga lokal mengetahui, bahwa mereka bukanlah Muslim Sunni biasa, tetapi masuk ke kategori ekstrim.
ISIS kemudian menyerang ke kota Mosul jam tiga pagi dalam keadaan yang paling aman. Mengapa bisa begitu? Karena rupanya semua itu telah disiapkan. Kelompok yang mendukung ISIS di Irak adalah orang-orang loyalis Saddam yang merasa kecewa.
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, ada sebuah kesalahan besar dalam Pemerintahan Baghdad, yakni ketika awal dibentuk pemerintahan koalisi oleh Organisasi Atlantik Utara (NATO), separuh tentara Irak dipecat.
Itulah awal mula yang menyebabkan orang-orang menjadi kecewa. Kemudian ketika pemerintahan dipegang oleh mantan Perdana Menteri Nouri al-Maliki lebih fokus kepada kaum Syiah– alasan untuk menurunkan Maliki itu semakin kuat. Padahal di dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlihat ada tekanan terhadap kaum Sunni. Semuanya terlihat normal.
Makanya saya katakan, masalah Sunni dan Syiah lebih difokuskan ke politik, sedangkan hubungan antar warganya tidak ada masalah. Anak Syiah sekolah di sekolah yang sebagian besar dituju kaum Sunni ada. Di dalam Partai Syiah ada Sunni dan sebaliknya. Tetapi, ketika isu ini sampai di tingkat atas, mereka menjadikan masalah ini komoditas politik.
Jadi, kembali lagi ketika mereka masuk ke kota Mosul bisa tenang pada jam tiga pagi itu, karena sudah ada arahan sebelumnya yaitu apabila pejuang ISIS masuk, maka tinggalkan peralatan dan buka baju seragam. Di dalam pikiran tentara Irak, bertanya-tanya mengapa jadi begini? Tapi, pasukan Irak itu mau apa? Karena pejuang ISIS masuk dengan kekuatan yang cukup besar.
Paginya, ISIS merampok sebuah bank di kota Mosul, yang memiliki dana simpanan hingga US$400 juta atau Rp4,8 triliun. Jadi, masuknya mereka ke Mosul itu sudah seperti disiapkan. Dari sana, ISIS lalu beranggapan mereka sudah memiliki basis. Mereka lalu bergerak ke kota Samara dan Kirkuk. Kirkuk, merupakan daerah yang tengah menjadi sengketa antara Pemerintah Baghdad dengan Kurdistan.
Sementara, Kurdistan ini merupakan daerah otonomi penuh yang sudah menyiapkan diri untuk merdeka. Persyaratan untuk menjadi sebuah negara sudah mereka kantongi, misalnya dia sudah memiliki tentara dan polisi sendiri, ada wilayah, ada pemerintahan. Tentara mereka itulah yang kini disebut Peshmerga dan masih lebih militan dibandingkan tentara Irak yang sudah kadung kocar-kacir.
Awalnya, ada dua keluarga asal Indonesia yang bermukim di kota Mosul. Mereka mengabarkan, sejak kota itu dikuasai, keadaan baik-baik saja. Justru, sejak mereka masuk, tidak ada lagi ledakan bom, harga barang-barang menjadi lebih murah. Tidak heran jika harganya menjadi murah, karena ISIS memang memaksakan agar barang-barang di sana turun harga. Kesannya di mata warga lokal, ISIS ini baik.
Tapi, kedua keluarga itu sudah berhasil kami evakuasi dan kini berada di luar kota Mosul.
Selain itu, kami juga memperoleh laporan, justru warga Mosul sendiri diduga ikut menjadi bagian dari pejuang ISIS. Karena, jika didengar dari cara mereka berkomunikasi, aksennya itu aksen orang Mosul.
ISIS itu sebenarnya ada dua yaitu ISIS yang terdiri dari warga lokal dan pendatang. Justru anggota ISIS pendatang inilah yang lebih kejam dan jahat. Mereka yang datang dari Inggris dan Australia. Alasannya paham radikal itu sudah begitu melekat di pikiran mereka, sehingga sudah sulit untuk membuat kalkulasi tempur dengan mereka. Karena para pejuang ISIS itu sudah memiliki niat untuk mati. Jadinya kan repot kalau seperti itu.
Bagaimana dengan situasi negara-negara yang berbatasan dengan Irak sejak ISIS muncul?
Irak ini dikelilingi oleh negara-negara yang semua punya kaitan. Ada Iran di area sepanjang ini, kemudian di bawahnya ada Kuwait, lalu ada Arab Saudi. Saudi merasa takut sekali. Sekarang 30 ribu pasukan telah digelar di sini. Mereka takut sekali jika ISIS ini turun ke bawah.
Apakah benar para pejuang ISIS ini masuknya bukan dari Turki, melainkan dari Yordania?
Ya, belakangan saja mereka masuknya dari Turki. Awalnya memang dari Yordania. Itu alasan mereka ingin lepas garis batas ini, misalnya dari Aleppo sampai Berghuba. Jadi ditarik garis lurus dan itu yang menggambarkan kekhalifannya.
Kenapa ISIS saat ini bisa makmur dan nyaman? Karena mereka pertama sekali mulai dari kota Ramadi dan Fallujah, Irak. Di situ awal mula mereka datang. Semula, ISIS merupakan kelompok yang baik dan bagus. Lalu, kemudian, ISIS ini mulai berulah dan menjadi jahat. Buktinya apa? Mereka cegat truk-truk pengangkut yang melintas dari Yordania ke Baghdad. Kalau tidak sesuai dengan paham ISIS, maka akan dibunuh.
Yang Anda maksudkan baik itu seperti apa?
Ya, mereka baik, karena berasal dari kaum Sunni. Mereka itu kan Muslim Sunni.
Jadi WNI yang diisukan berangkat ke sana dan bergabung dengan ISIS juga memiliki ideologi serupa?
Persis. Ketika mereka berangkat ke Irak dan Suriah, yang ada di pikirannya kan kapan saya akan mati. Untuk bisa menghadapi kekuatan seperti itu, mana ada yang bisa mengimbanginya. ISIS lalu mulai menghancurkan situs-situs bersejarah dan memiliki nilai budaya. Karena, kelompok itu paling anti dengan kuburan, sampai kuburan Nabi Yunus pun ikut dihancurkan.
Kalau memang ada orang lokal terlibat, apakah itu berarti kebudayaan setempat tidak melekat di dalam karakter mereka?
Seperti yang tadi saya bilang, kita berbicara mengenai hal ini, karena ada orang-orang Sunni. Ada beberapa daerah yang memang dikuasai oleh kaum Sunni, namun juga terdapat orang Syiah, seperti misalnya Syekh Abdul Qodir yang bermukim di Baghdad. Tapi ada Abdul Qodir Jaelani ini orang Sunni. Sementara, orang-orang sufi juga termasuk Sunni. Tapi mereka itu tergolong kaum Sunni yang ekstrim. Mereka tidak mengizinkan mendatangi kuburan. Kami berpikir, mereka memiliki paham yang terlalau ekstrim.
Itu mencakup mayoritas atau minoritas?
Itu yang minoritas.
Tapi yang mayoritas beranggapan seperti apa?
Mereka mulai menilai ada yang tidak benar, sehingga melawan. Jadi, gerakan kelompok suku Sunni berperang melawan mereka. Jika dilihat dari latar belakangnya, mereka kan datang ke sana memang untuk membangun kerajaan, namun ke belakangnya ternyata memiliki kepentingan-kepentingan tertentu. Publik tidak begitu jeli, karena terpengaruh istilah pemurnian agama.
Itulah menurut saya, paham yang saat ini sedang disebarkan, bahkan sampai ke Indonesia. Maka mereka yang membela kelompok ini kerap mengklaim bahwa ISIS melakukan sesuatu sesuai dengan Al-Quran.
Paham ini, mungkin belum sampai untuk di level saya. Tetapi secara umum melihat di mana benarnya jika semua orang dibunuh secara membabi buta? Kelompok ini membunuh orang dengan begitu mudahnya. Padahal, ajaran mana pun saya rasa tidak ada yang mengajarkan seperti itu.
Inilah gerakan ISIS. Lalu mereka mulai masuk ke Erbil yang berbatasan dengan Kurdistan dan mulai membuat AS marah, karena merasa terancam. Lalu, militer AS mengirimkan dua pesawat jet F-18 untuk menghajar mereka. Di sana terdapat sebuah bendungan yang memiliki banyak manfaat.
ISIS kembali dipukul mundur hingga ke daerah Sinjar. Di sinilah terdapat kaum minoritas bernama Yazidi yang menyembah Zoroaster. Mereka dibantai oleh ISIS. Ada juga yang diperkosa lalu dikubur hidup-hidup.
Diduga wartawan AS bernama James Foley dieksekusi di sebuah gurun dekat sana. Sebenarnya, AS pernah menggelar operasi untuk menyelamatkan Foley, namun gagal. Ada saksi mata yang mengatakan melihat pasukan AS berupaya untuk menyelamatkan sandera. Namun, sekitar 12 jam sebelum pasukan AS tiba, penjara itu sudah dikosongkan ISIS.
Jurnalis AS, James Foley
Setelah dipindahkan itu, Foley dieksekusi. Kelompok ini tidak bisa dianggap enteng, karena ada unsur militer loyalis Saddam yang jago berperang itu. Kemampuan mereka sudah tidak perlu diragukan lagi, karena tahun 2013 mereka pernah menyerang sebuah penjara di kota Abu Ghraib yang terletak di utara Baghdad dan membebaskan 600 napi dengan sempurna hanya dalam waktu satu malam.
Saya pribadi sebagai tentara merasa salut dengan kemampuan mereka mengeksekusi operasi itu. Hanya dalam waktu dua jam kemudian, mereka sudah tidak bisa dikejar lagi.
Terkait dengan hal itu, kelompok ISIS kan pasti telah melalui proses perencanaan yang panjang. Menurut Anda, peta dan skenario yang telah mereka siapkan seperti apa?
Pasti semua kelompok seperti itu membutuhkan perencanaan ya. Karena itu terlihat dari caranya yang mengirim orang terlebih dahulu ke Mosul sebelum diserang. Tetapi, saya tidak tahu juga skenario besarnya mereka seperti apa. Tujuannya apa. Tapi, itu bisa dilihat setelah nanti negara-negara besar itu melakukan serangan.
Tapi sebagai mantan perwira, pasti ada perencanaan matang dan panjang untuk bergerak. Apakah tidak terlihat?
Kita tidak sampai sejauh untuk bisa menganalisis itu. Karena orang-orang seperti mereka itu termasuk ke dalam kategori gerilya.
Tapi, sampai gubernurnya ikut terlibat?
Iya, itu tadi. Isu kehadiran ISIS ini dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Pertama, ada sekelompok orang yang tidak senang dengan kepemimpinan Nur Maliki, karena banyak yang beranggapan mantan PM itu terlalu berpihak kepada kaum Syiah. Akibatnya, kaum Sunni diabaikan.
Walau pada zaman di bawah rezim Saddam pun, Syiah juga terabaikan. Tapi pada saat ini, mereka merasa begitu.
Partai-partai oposisi Maliki memanfaatkan kehadiran ISIS untuk menekan. Pada kenyataannya, mereka hanya menginginkan Maliki supaya turun.
Kedua, Maliki berupaya untuk melawan, namun ternyata gagal dan membuat mentalnya jatuh. Maliki bahkan ikut waktu dikerahkan pasukan ke wilayah Fallujah dan Ramadi untuk memukul mundur ISIS. Hal itu untuk menunjukkan bahwa saya peduli.
Tetapi, saya tidak tahu juga mengapa tentara yang disiagakan di daerah yang kini dikuasai ISIS pro kepada mereka.
Nah, sekarang saya akan masuk ke dalam sisi politiknya. AS tidak menghendaki kehadiran Presiden Suriah Bashar al Assad. Mengapa? Karena Suriah itu ancaman untuk Israel. Dia tidak suka dan mengajak negara sekutu untuk memperkuat kelompok oposisi Bashar al-Assad. Bashar itu kan berasal dari kaum minoritas Syiah tetapi malah memimpin negara yang didominasi kaum Sunni.
Tetapi, AS ingin mengerahkan bantuan kepada kelompok oposisi, ternyata di dalamnya ada unsur Al-Qaeda, yang namanya Front Al Nusra. Nah, saat itu mata dunia mulai bertanya: “Kok AS malah membantu teroris?” Di situ lah mereka mulai mundur. Arab Saudi pun mulai merasa malu, karena menganggap kemunduran ini sebagai kekalahan.
Sementara Bashar tetap bersikukuh untuk memimpin. Alhasil, koalisi yang sempat dibangun untuk menggulingkan dia terpaksa bubar.
Tetapi kan Inggris dan Prancis kan masih tetap bergabung?
Tapi, itu kan belakangan. Kelompok oposisi, termasuk ISIS yang ada di sana kan sakit hati, karena tidak jadi dibantu. Sampai akhirnya keluar kalimat dari mereka akan menyerang Saudi. Makanya Saudi sempat ketakutan. Karena, Saudi ketahuan pernah mengirimkan bantuan dan bentuk fisiknya seperti mobil-mobil militer masih ada.
Maka AS serba salah, karena jika kelompok oposisi dibantu, maka di situ ada unsur Al-Qaeda. Jika tidak dibantu, maka Bashar akan tetap berkuasa. Nah, dengan adanya insiden ISIS, AS memiliki alasan kuat untuk bisa melanjutkan misinya itu.
Tapi, Presiden Barack Obama masih tetap bersikeras belum akan menurunkan pasukan ke darat. Banyak yang memprediksi, lama kelamaan arahnya juga akan ke sana.
Sementara, Iran mengatakan Suriah adalah sekutu yang tidak bisa diganggu gugat. Rusia juga berpikir begitu. Suriah dianggap Rusia adalah lahan di kawasan Timur Tengah yang tidak boleh dikutak-kutik. Itulah politik besarnya.
Namun, jika ditarik kembali kesimpulannya, apa pun ISIS itu sadisnya bukan main. Jadi, kami saat inienggak habis pikir, akidah apa? Mazhab apa yang digunakan, sehingga bisa dijadikan pembenaran untuk membunuh orang seenaknya.
Ada yang bilang bahwa kekejaman ISIS hanya sekedar karangan belaka. Tidak, kami memiliki banyak sekali informasi dari orang-orang yang selamat. Kami memperoleh informasi dan gambar-gambar yang dibuat oleh ISIS sendiri. Lalu, mereka kirim ke media lokal.
Apa alasan Pemerintah Irak meminta bantuan kepada AS dan negara sekutu? Apakah karena tidak memiliki kualifikasi untuk melawan ISIS atau ada alasan lain?
Mereka memang tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi pasukan ISIS yang beraksi seperti kaum gerilyawan. Seperti yang saya katakan sebelumnya, ISIS kan juga terdiri dari separuh pasukan Saddam yang dipecat. Irak memang kembali membentuk pasukan, tetapi tidak sehebat anggota pasukan yang dipecat dulu.
Itu kan dulu pasukan yang pernah melawan AS.
Kemudian, terus terang AS berhasil menjatuhkan Maliki, padahal dia memenangkan pemilu. Sebenarnya, dia meraih suara terbanyak, dengan memperoleh 92 kursi. Tetapi, dia diminta agar tidak mencalonkan diri lagi sebagai PM. Maliki sadar dan bersedia tidak mencalonkan diri lagi demi keutuhan negara.
Apakah lokasi KBRI di Baghdad jauh dari daerah yang saat ini dikuasai ISIS?
Kalau kota Baghdad, adalah kota terbesar yang ada di Irak dan memiliki 6 juta penduduk. Mereka sudah terbiasa melihat peristiwa pengeboman.
Jadi, apa yang terjadi saat ini dengan apa yang berlangsung dua tahun yang lalu itu sama. Saya selalu terima laporan dari staf saya, pada jam sekian terjadi pengeboman di mana dan jumlah korban tewas mencapai sekian orang. Dan itu terjadi setiap hari. Jadi, bukan terjadi saat ini saja. Sejak AS berada di sana, hingga mereka keluar dari Irak pada 16 Desember pun aksi pengeboman terus berlangsung.
Bahkan staf lokal di KBRI pun mengaku juga bingung dan ingin mecari tahu apa penyebab kerap terjadi pengeboman di sana.
Dulu warga Irak kukuh beranggapan Arab Saudi yang menjadi dalang di balik banyaknya aksi pengeboman di Baghdad. Saya pun bertanya kepada mereka alasan di balik kesimpulan itu. Satu, warga Irak berpendapat, Saudi tidak menyukai demokrasi di Irak berhasil, karena akan turut mempengaruhi sistem Kerajaan di sana. Dua, Irak itu berbeda. Saudi memang diketahui tidak menyukai kaum Syiah.
Cara mereka memperoleh sandera itu dari mana?
Mudah sekali, para calon sandera diculik di Suriah. Kan, sekarang tingga dicari di mana para jurnalis atau pekerja kemanusiaan itu berdiri. Tidak mungkin calon sandera masuk ke Irak.
Cerita seperti James Foley, dia malah meliput dengan membaur bersama kelompok oposisi, Al-Nusra. Dia diizinkan untuk ikut. Jadi, begitu ada kesalahan, langsung diculik. Kalau di Irak, mereka pasti ketakutan, sementara kalau di Suriah, tidak ada front yang jelas.
Turki dan Mesir, saat ini terlihat ingin menjadi sentral di Timur Tengah. Ini ada kaitannya dengan Kurdi kah? Mereka kan juga tidak mau menyerang ISIS di Suriah dan Irak?
Kurdi yang paling besar itu berada di Irak dan Turki. Tetapi, mereka tidak sebagus perlakuan Kurdi yang di Irak. Mereka berada di tiga provinsi: Erbil, Dohuk, dan Sulamania. Tiga provinsi ini adalah kota-kota Kurdi dan semua itu dihuni oleh orang Kurdistan. Dan saya sudah mendatangi kota-kota itu.
Mereka sudah memahami bahwa dia bukan suku Arab, berpaham Sunni dan mereka itu niatnya cuma satu: kapan mereka akan merdeka. Semua persyaratan untuk mereka merdeka sudah ada: mereka punya tanah air, rakyat, pemerintahan, Presiden sendiri, tentara, bendera, lagu kebangsaan, dan UU. Semua itu sudah mereka miliki.
Yang belum tinggal satu: mereka tidak memiliki pengakuan dari dunia internasional. Kalau sampai Kurdi di Irak diakui merdeka, maka Kurdi di tempat lainnya, akan menuntut hal yang sama. Dalam sejarahnya, Kurdi tidak boleh dibiarkan bersatu, karena akan lebih berbahaya dibandingkan Israel.
Sekarang, pada faktanya masih belum ada negara yang bersedia mengakui kemerdekaan Kurdi. Sampai Presiden Kurdi, sudah capek untuk mengupayakan itu.
Mengapa negara-negara barat turut menolak kehadiran Kurdi?
Karena mereka berpikir kalau dibiarkan menyatu maka bisa menjadi satu ancaman baru yang sulit dikendalikan. Kemudian, orang tidak begitu suka Kurdi di Iran. Pun hal yang sama juga begitu terhadap keberadaan Kurdi di Turki. Sama juga Kurdi di Irak. Tapi itu sudah dibentuk sejak perang yang lalu, bahwa mereka harus open terhadap Kurdi.
Irak sekarang dibagi tiga: Sunni, Syiah dan Kurdi. Presiden Irak sekarang berasal dari Kurdi.
Tapi belakangan, disinyalir, banyak WNI yang melewati Turki agar bisa ke Suriah dan Irak. Mereka menggunakan pesawat kecil, lalu mendarat di bandara perintis yang kecil. Saat ini, saya melihat Turki masih membatasi, hanya sebatas bantuan kemanusiaan.
Pembebasan 49 diplomat itu, tayangan di televisi, hanya bagaimana mereka mendarat di Istanbul. Rupanya yang saya dengar, para sandera ini berjalan kaki dulu, lalu baru naik pesawat di satu tempat menuju ke Turki.
Apakah Pemerintah RI sudah meminta kepada Turki, agar tidak memberikan visa bagi WNI yang disinyalir akan berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS?
Kami sudah meminta kepada semua perwakilan di Timur Tengah, supaya selektif dalam memberikan izin untuk mencari kerja. Karena, terus terang di Saudi, satu WNI tertangkap oleh Pemerintah Saudi tengah berjalan kaki untuk menuju ke Suriah. Dia bekerja di perusahaan Grup Bin Laden, yang berlokasi di Jeddah dan masuk pemberitaan di Saudi.
Pemerintah Saudi kan ketat sekali mengawasi perbatasan. Berbagai peralatan modern digelar.
Tapi buktinya masih ada WNI yang bisa lolos ke Turki. Celahnya ada di mana?
Saya melihat pemberitaan yang saat ini beredar di Tanah Air merupakan cerita-cerita yang telah lewat. Kadang pemberitaan yang masuk ke Tanah Air kan suka terlambat nih, sementara dinamikanya begitu cepat. Misalnya kita sudah mengejar di poin A, sementara kenyataan di lapangan sudah sampai di poin B.
Jadi, yang ingin kami ketahui sekarang, dari mana ada 60 WNI yang ada di Suriah dan Irak. Dan kami telah mengetahui jalurnya melalui Turki. Tapi, kalau sekarang sudah tidak lagi setelah kita mengetatkan pengawasan.
Dari Indonesia bisa saja ketat, tapi di sana bagaimana?
Itu tadi. Di sana kan WNI bisa menggunakan visa kedatangan (Visa on Arrival). Mereka kalau tahu, tentu ditangkap juga. Apalagi jika ada sindikat-sindikat yang mengaturnya.
Termasuk pengetatan pemberian visa bagi warga asing yang ingin masuk ke Indonesia?
Iya. Supaya mereka bisa masuk kemari, tetap kita berlakukan wawancara. Tetapi, kalau misalnya yang saya bawa adalah para pengusaha untuk hadir di acara Trade Expo Indonesia (TEI), itu jelas bertolak belakang. Tetap, kami selektif.
Tapi, menurut saya semangat itu tidak lah mereka berangkat ke Indonesia untuk menyebarkan paham. Hal itu sudah bisa lakukan, melalui sel-sel mereka yang sudah lebih dulu dibangun dan tersebar, seperti yang ada di Tanah Air.
Contoh: apabila ada satu WNI yang tewas karena ikut berperang bersama ISIS, saya malah tidak tahu informasi awalnya. Tetapi, sesama rekannya di Tanah Air mungkin bisa lebih tahu. ISIS-nya sendiri yang sering kali mengabarkan hal itu.
Contohnya yang baru-baru ini terjadi. Dia mengabarkan ada WNI yang meledakkan di pangkalan militer. Namanya si A. Kami juga punya data-datanya.
Tapi Anda kerap kali mengatakan kesulitan untuk memverifikasi jika ada WNI yang tewas akibat berperang bersama ISIS?
Karena kami tidak mungkin untuk datang ke sana. Tapi, biasanya anggota ISIS akan mengabarkan kepada keluarganya. Contohnya seperti WNI bernama Wildan. Dia tewas di kota Fallujah. Dia meninggal pada bulan Juli, lalu satu bulan kemudian, temannya mengabarkan kepada keluarga Wildan di Tanah Air.
Pada umumnya, dari saya tahu, pihak keluarga mereka juga sudah ikhlas. Sepertinya. Jadi, tidak ada semacam protes.
Tapi Anda mengatakan kalau Pemerintah Indonesia kesulitan menanyakan kepada Pemerintah Irak?
Pemerintah Irak telah kami desak. Mereka berjanji akan disampaikan. Lalu, tiba-tiba di saat janjinya itu, ada lagi satu WNI yang tewas. Karena kabarnya ada yang tertangkap.
Jadi, ada satu WNI yang diduga bergabung dengan ISIS dan ditangkap Pemerintah Irak?
Kami masih belum tahu, namun katanya ada. Tapi, kami masih belum tahu, karena mereka belum memberikan namanya.
Kalau seandainya Pemerintah Irak memutuskan akan mendeportasi, apakah Indonesia akan menerima mereka?
Justru itu masalah yang saya bawa kemari. Saya ingin tahu, jika benar ada WNI yang tertangkap, lalu bagaimana kelanjutannya. Apakah mereka ingin menghukum sesuai dengan hukum di Irak atau akan dideportasi?
Saya sudah berkoordinasi dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai. Kan ada pasal di KUHAP, bahwa seorang WNI tidak boleh berperang di negara sah. Lalu kalau kenyataannya mereka berperang? Kita harus tangkap dan ada hukumannya. Namun, dalam prosesnya, harus bisa dibuktikan TKP nya. Itu yang membuat kami repot juga.
Inilah yang tengah kami koordinasikan.
Insya Allah jika tidak ada halangan, pada bulan Oktober, saya akan membawa pemuka agama (ulama-ulama Sunni) dari Irak, supaya jangan ada publik Indonesia yang mengira ISIS itu merupakan bagian dari Sunni. Supaya publik di sini jangan mengambil langkah yang keliru, seperti Abu Bakar Baasyir. Kami juga akan melibatkan orang-orang dari Pemerintah Indonesia untuk berdialog dengan mereka.
Bagaimana kalau WNI yang terlibat ISIS ini bisa kembali ke Tanah Air?
Justru itu lah yang ditakuti saat ini. Tidak hanya Indonesia yang khawatir, tetapi juga AS, Inggris, Australia. Kekhawatiran mereka yakni gaya mereka yang mudah membunuh orang di sana, dibawa kemari.
Bisakah mereka ditangkap dan dituntut ketika sudah kembali ke Indonesia?
Kalau mereka ketahuan, sesuai dengan janji Pemerintah yakni mencabut paspor. Artinya, tidak diakui sebagai warga negara, lalu mau dikemanakan? Kalau seandainya WNI itu masih berada di luar negeri, oke terserah mereka mau ke mana. Tapi, kalau sudah masuk kembali ke Tanah Air.
Kalau sudah terbukti dia ikut peperangan, mungkin bisa dihukum dengan menggunakan hukum yang tadi.
Bagaimana cara untuk membuktikan WNI ikut terlibat peperangan di Irak dan Suriah?
Ya itu tadi. Ini yang akan dibahas nanti. Kalau Pemerintah Irak yang menangkap, saya yakin juga sudah ketat. Tapi, Pemerintah Irak menegaskan, mereka tidak pernah mengaitkan individu yang ditangkap dengan pemerintah mereka. Tujuannya untuk menjaga hubungan baik antar negara. Kasus ini, hanya antar individu saja.
Lalu, setelah mereka menangkap orang yang diduga terlibat ISIS, apa yang akan mereka lakukan?
Kalau untuk WNI kami masih belum mengetahui. Tapi kan mereka telah mengumumkan telah menangkap warga Saudi. Terhadap warga Saudi itu, Pemerintah Irak berjanji, sekecil apa pun kesalahan yang mereka buat, maka akan dihukum.
Jadi kalau seandainya ada WNI yang berhasil kembali dari Suriah dan Irak, akan disangkakan pasal apa?
Saya masih belum tahu. Namun, yang selama ini didiskusikan kan pasal yang ada di KUHAP menyebut makar di luar negeri. Ada hukumannya.
Tinggal masalah pembuktiannya. Tapi menurut dia, intelijen dan BNPT menjaga semua kemungkinan terjadi. Namun, bagi saya yang terpenting adalah, bagaimana memagari dan mencegah jangan sampai ada yang berhasil berangkat ke sana. Perlu diberikan semacam kesadaran. Untuk apa mereka berangkat ke sana?
Makanya, ketika kemarin saya memberikan ceramah, saya mengajak publik untuk bekerja sama dan menyadarkan bahwa tindakan mereka tidak benar. Jadi, jangan sampai ada publik di sini yang membenarkan.
Sebelumnya saya sempat protes kepada Pemerintah di dalam, karena ketika semua orang di seluruh dunia mengecam ISIS, ko malah di sini, mereka bisa berorasi di Bunderan HI?
Saya rapat dengan Kemenlu dan memaparkan semua fakta yang ada mengenai ISIS. Bahkan, di PBB, sudah dikeluarkan resolusinya. Loh, kita malah mendukung? Saya sampaikan, saya memiliki bukti berupa video sel kelompok ini memiliki kesempatan untuk berlatih di Solo, menyampaikan orasi di Bunderan HI, belum lagi pernyataan di Makasar dan di Bekasi.
Setelah semuanya disepakati, maka menyatakan akan membawa semua ulama besar dari Irak untuk memberikan ceramah di Indonesia. Tujuannya, supaya ulama-ulama, cendekiawan-cendikiawan di Tanah Air yang masih abu-abu, agar bisa memahami dan memperoleh gambaran.
Walaupun pada umumnya ulama-ulama di Indonesia kan berkiblatnya ke Saudi, sehingga pertama sekali ketika berbicara mengenai Irak, maka yang disebut sama seperti ketika mereka menyebut Iran yakni soal paham Syiah. Padahal, saya sudah menyatakan, sebenarnya tidak ada perbedaan seperti itu. Kenapa, malah hal itu dipermasalahkan di sini?
Tapi, nanti ulama-ulama yang akan saya undang merupakan pemuka agama Sunni dan belajar dari Saudi.
Kalau menurut Anda bagaimana prediksi akhir terhadap kelompok ISIS ini?
Prediksi saya, ISIS ini akan hilang secara lahir, namun tidak secara ajarannya. Coba, lihat saja, mereka sudah hengkang, tapi sel-selnya masih ada. Jadi, saya lihat, ISIS bisa seketika hilang dari permukaan. Tapi, mereka ada di bawah tanah.
Kelompok militan Filipina memberi dukungan untuk ISIS
Berarti akan muncul lagi dalam bentuk lain?
Seperti yang saya katakan tadi, bahwa mereka bercita-cita untuk mendirikan satu negara kekhalifahan, itu menjadi salah satu pakem mereka. Dasarnya, mereka semua berasal dari Al-Qaeda. Hanya, ISIS ini sekarang lebih hebat dari Al-Qaeda. Al-Qaeda kan tidak memiliki wilayah. Sementara, Al-Qaeda sendiri kan mobile.
Tetapi bukan kah Al-Qaeda sendiri tidak menitik beratkan untuk memiliki kekhalifan?
Saya memang tidak pernah mendengar Al-Qaeda mengharuskan memiliki wilayah untuk membentuk kekhalifan. Tapi, ISIS mengharuskan sebaliknya. Herannya saya, bagaimana cara ISIS bisa merekrut pendukung dari Jerman, AS, Inggris, Australia. Notabene, jumlah para pejuang asing tersebut lebih banyak dari jumlah WNI yang ikut berperang di sana.
Bahkan, terdapat sekitar 300 warga Inggris yang direkrut ISIS. Terus dari China. Filipina kemarin sempat mengatakan tidak memiliki warga yang terlibat di ISIS, namun saya tidak yakin.
Itu yang saya katakan tadi, kok bisa orang-orang tertarik? Ya, mungkin itu jaman ya? Orang-orang selalu mencari sesuatu yang baru.
Berangkat dari mana sebenarnya paham untuk penguasaan wilayah? Padahal kan kelompok Al-Qaeda sejak awal ingin menciptakan teror.
Ya, seperti yang tadi saya ceritakan. Al-Qaeda ingin menciptakan Negara Islam Irak. Dari sini muncul cikal bakal, bahwa mereka ingin punya satu negara. Namun, saya tidak tahu persis munculnya. Pemimpin ISIS saat ini, Abu Bhakar al-Baghdadi itu kan berasal dari kota Samarra.
Kemudian, di dalam gerakan mereka, semula tercipta konsep Irak ingin dibelah tiga: wilayah Syiah, Sunni, dan Kurdi. Konsep tersebut dicetuskan oleh para politisi di sana. Isu ini sempat mencuat. Sehingga, kami menduga apakah itu cara untuk membangun NII.
Rupanya, AS tidak mendukung cara-cara seperti itu. Mereka ingin supaya ketiga wilayah tersebut tetap bersatu. Maka, dicari cara supaya mantan PM Maliki diganti dan merangkul semua wilayah tersebut. (ren)
(Viva/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email