warga muslim Rohingya mengungsi dengan kapal kayu. (Foto: Reuters)
Hari ini tiga menteri luar negeri dari Malaysia, Indonesia, dan Thailand rencananya akan menggelar pertemuan darurat untuk membahas nasib imigran Rohingya. Pertemuan itu akan berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia.
Selama beberapa pekan terakhir ribuan imigran muslim Rohingya terlunta-lunta di perairan Malaysia setelah mereka ditinggalkan oleh para penyelundup. Mereka sudah beberapa bulan meninggalkan Myanmar, tempat asal mereka.
Sekitar 700 pengungsi Rohingya itu diselamatkan nelayan Aceh ketika mereka terapung-apung berdesakan di dua perahu ketika berada di perairan Indonesia.
Namun pekan lalu Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengklaim siap memfasilitasi para imigran ilegal tersebut untuk keluar dari Indonesia. Dalam waktu dekat, pengungsi yang siap berangkat akan diantar ke perairan Selat Malaka.
"Kami akan sediakan bahan bakar dan mengantar mereka keluar perairan Indonesia. Kami tidak akan memaksa mereka pergi ke Malaysia atau Australia, itu sudah bukan urusan kami," kata Jubir TNI Manahan Simorangkir seperti dikutip Channel News Asia, Selasa (12/5).
Setidaknya 50 orang kini dirawat pemerintah Negeri Serambi Makkah, lantaran mengalami kelaparan akut. Ratusan lainnya ditampung di Stadion Lhoksukon, Ibu Kota Aceh Utara. Ada 51 anak-anak dalam rombongan yang terlunta ini.
Lain suara dengan TNI, pihak Kementerian Luar Negeri justru mengatakan para imigran Rohingya itu tidak diusir karena alasan kemanusiaan.
"Indonesia tidak menaikkan mereka ke kapal dan mendorong mereka keluar atau menyebar mereka ke 17 ribu pulau kita, kita menganut prinsip hak lintas damai di daerah Selat Malaka," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir saat menjawab pertanyaan tentang pengungsi Rohingya, di Kementerian Luar Negeri, Rabu (13/5).
Tata, sapaan akrabnya menjelaskan para pengungsi Rohingya sebelumnya sudah bertemu dengan TNI Angkatan Laut dalam perjalanan mereka menuju Malaysia.
Pemerintah Indonesia membantah menolak kedatangan kapal-kapal imigran Rohingya. Lebih dari 700 orang kini tiba di Aceh Utara, akibat kapalnya kehabisan bahan bakar. Bantuan pun secara resmi diberikan pada mereka.
Namun, Jubir Kemlu akrab disapa Tata itu menyatakan Indonesia hanya bisa membantu semaksimal mungkin dari sisi perawatan manusia. Soal masa depan imigran Rohingya di Asia Tenggara, pemerintah menuntut Badan Penanggulangan Pengungsi (UNHCR) di bawah naungan PBB fokus menjalankan tugasnya.
"Kita sejauh ini memberi bantuan makanan, shelter, pengobatan, dan akan berkoordinasi ke badan UNHCR dan IOM yang merupakan badan PBB yg beetanggung jawab terhadap masalah seperti ini," kata Tata.
Menurut Tata, merujuk prosedur biasa dijalankan oleh UNHCR, ratusan warga Rohingya yang kini ada di Lhoksukon, Aceh Utara itu akan didata. Bila dianggap cuma penyelundup ilegal, maka penanganannya akan lain. "(UNHCR) selanjutnya akan mendata dan memilah apakah mereka benar pencari suaka, pengungsi, malah illegal migrant."
Seandainya ratusan Rohingya yang tiba di Aceh benar-benar pencari suaka, maka akan ada langkah lanjutan. Termasuk memberikan wilayah khusus agar mereka bisa tinggal sementara.
Selain di Aceh, lebih dari 2.500 pengungsi Rohingya tiba di Malaysia sejak pekan lalu. Sebagian besar pengungsi lari dari Myanmar, untuk menghindari pembantaian etnis mayoritas Rakhine yang terjadi pada 2012.
(Channel-News-Asia/Reuters/Merdeka/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email