Cara membaca Alquran dengan metode qiraati yang dilakukan para santri di Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan, menarik simpati ratusan ulama dan pimpinan pondok pesantren se-Pulau Jawa, Bali, dan Madura.
Ratusan ulama itu datang dan melihat langsung kegiatan belajar mengajar menggunakan metode qiraati, karena penasaran para santri itu dapat menguasai teknik membaca Alquran dengan baik dan benar, hanya dalam waktu sembilan bulan.Apalagi, pada umumnya untuk belajar qiraati minimal membutuhkan waktu dua tahun. Tetapi dengan adanya bukti para santri di Lampung Selatan yang dapat menguasai Alquran dalam tempo sembilan bulan, diharapkan dapat memotifasi santri lainnya.
Meski dengan fasilitas yang seadanya, santri di kawasan ini dapat menguasai cara membaca Alquran dengan baik dan benar. Bahkan, dalam waktu sembilan bulan mereka sudah dapat mengusai metode qiraati dengan fasih.
Salah satu kunci untuk dapat memahami metode qiraati ini, para ustadz hanya membutuhkan waktu satu jam per hari dan menggunakan tehnik m3, yaitu mangap, meringis, dan mecucu.
Hasilnya, para santri mampu menarik simpati ratusan ulama dan pimpinan pondok pesantren se Pulau Jawa, Bali, dan Madura, untuk dapat melihat langsung kegiatan belajar mengajar di Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan.
Menurut salah salah satu ulama asal Pulau Jawa, santri di Lampung, khususnya Desa Pematang Pasir, dan Berundung, bakal menjadi pioner metode qiraati di Indonesia. Sebab, dalam waktu sembilan bulan mereka sudah mengusai bacaan Alquran.
Padahal, pada umunya untuk belajar tehnik ini minimal membutuhkan waktu paling cepat 1,8 bulan. Dirinya juga mengakui jika santri di Lampung, jauh lebih lebih baik ketimbang santri daerah lain di Indonesia.
Rencananya, ratusan santri di Lampung selatan ini akan dijadikan pioner metode qiraati di Sumatera, bahkan di Indonesia, dan dalam waktu dekat ini, mereka akan dibawa ke Kota Palembang untuk mengenalkan metode qiraati.
Ironisnya, prestasi dan potensi yang dimiliki anak-anak ini belum pernah mendapatkan perhatian oleh pemerintah setempat. Padahal, para ustaz yang mengajar selama ini tidak mendapatkan upah sama sekali.
Namun begitu, para ustaz dan santri di Kecamatan Ketapang akan terus berupaya untuk mendalami dan mengembangkan qiraati di Lampung, dengan harapan dapat memotifasi seluruh santri di Indonesia.
(Sindo-News/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email