Berita-Berita Saudi Nejed Sebelumnya Sangat Menarik Sekali Menuding Iran diantaranya:
Soal Haji, Arab Saudi dan Iran Saling Menghardik
Kerajaan Arab Saudi dan Iran saling menghardik mengenai masalah penyelanggaraan haji. Bahkan mufti besar Saudi mengatakan, para pemimpin Teheran bukan muslim. Perkataan keras itu disampaikan sehari setelah pemimpin agung Ayatullah Ali Khamenei menuding otoritas Saudi harus bertanggung jawab atas kematian umat muslim yang menjalankan ibadah haji tahun lalu.
Adu retorika dari dua negara yang saling bersaing pengaruh di Timur Tengah -Saudi dihuni mayoritas Sunni sedangan Iran berpenduduk Syiah- itu berlangsung pada awal dimulainya musim haji tahun ini dan menjelang hari raya Idul Adha pada Senin, 12 September 2016.
Dalam pernyataan kepada koran Mekkah yang terbit pada Selasa, 6 September 2016, Mufti Besar Saudi Abdulaziz Al Sheikh sebagaimana dikutip surat kabar tersebut mengatakan, tudingan yang disampaikan Khamenei terhadap Riyad mengenai tragedi tahun lalu tidaklah mengejutkan sebab bangsa Iran itu kerurunan Majusi.
"Majusi itu orang-orang yang percaya kepada Zoroaster dan menyembah api. Sebelum Kristen dan Islam datang, Zoroaster adalah agama yang mendominasi Persia ketika belum ditaklukan Arab," ucapnya kepada koran Mekkah, seperti diwartakan Al Jazeera, Rabu, 7 September 2016.
"Kita harus paham bahwa mereka bukanlah muslim karena mereka keturunan Yahudi dan selalu mengobarkan permusuhan terhadap kaum muslim, khususnya kaum Sunni yang lebih tua," katanya seperti ditulis kantor berita AFP.
Khamenei dalam kata sambutan kepada para calon jamaah haji di websitenya pada Senin, 5 September 2016, menuduh Arab Saudi menolak memberikan perawatan yang cukup kepada para korban tragedi haji tahun lalu,
"Arab Saudi tidak punya hati dan membunuh para jamaah yang mengalami kecelakaan sehinga menimbulkan banyak kematian dan luka-luka. Kerajaan juga tak menyediakan perawatan medis memadai guna membantu mereka yang celaka," kata Khamenei dalam websitenya seperti dikutip AP.
Pada sambutannya itu, Khamenei juga mendesak umat Islam di seluruh dunia mempertimbangkan kewenangan Arab Saudi menguasai seluruh kota-kota suci umat Islam, termasuk Mekkah. tempat umat Islam berhaji.
Pada 2015, telah terjadi musibah runtuhnya crane untuk pembangunan Masjidil Haram dan kawasan sekitarnya. Menurut Riyadh, akibat insiden tersebut sebanyak 769 orang tewas -jumlah tertinggi sejak musibah 1990. Namun demikian, menurut sejumlah negara yang warganya mengalami peristiwa tersebut lebih dari 2.000 orang meninggal, termasuk lebih dari 400 warga Iran.(Tempo)
Arab Saudi Tuduh Iran dan Houthi Menebar Kerusuhan di Yaman
Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan, Rabu (31/8), gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran tidak akan dibiarkan mengambil alih Yaman, dan menuduh Iran berupaya menebar kerusuhan di sekitar kawasan itu.
Kepala dewan tinggi politik yang didukung Houthi pada Senin menyatakan, kesiapannya untuk memulai kembali negosiasi guna mengakhiri perang Yaman, namun mensyaratkan hak melawan serangan pemerintahan terusir yang didukung Saudi, yang mencoba menggulingkannya.
Dialog disponsori PBB untuk mengakhiri pertempuran selama 18 bulan pada Agustus gagal, dan gerakan Houthi maupun pasukan sekutu yang setia pada mantan presiden Ali Abdullah Saleh kembali melancarkan penembakan ke arah negara tetangga Arab Saudi.
Dialog tersebut rusak setelah Houthi dan Kongres Rakyat Umum (GPC) yang dipimpin Saleh, mengumumkan pembentukan dewan pemerintahan beranggotakan 10 orang pada 6 Agustus, dan mengabaikan peringatan utusan Yaman untuk PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed bahwa langkah seperti itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai penyelesaian konflik tersebut.
Kepada Reuters di Beijing, Menlu Saudi Adel al-Jubeir mengatakan bola ada di tangan Houthi agar dialog damai bisa kembali dilakukan.
“Apa yang pasti, tidak dipertanyakan lagi, pasti, mereka tidak akan diperbolehkan mengambil alih Yaman. Titik. Jadi pemerintah yang sah akan dipertahankan,” kata al-Jubeir.
“Peluang yang mereka punya adalah memasuki proses politik, mencapai kesepakatan … untuk kepentingan seluruh rakyat Yaman termasuk Houthi,” katanya.
Arab Saudi dan sekutu-sekutu Arab menuding Houthi menjadi bidak bagi Iran dan melancarkan intervensi militer untuk mengembalikan kekuasaan Hadi.
Houthi bersikukuh, membentuk aliansi dengan Saleh yang mendapat dukungan dari sebagian besar militer.
Houthi dan GPC menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, sementara pasukan pemerintahan terusir menguasai sisa wilayah negara dengan suku-sukunya.
Setidaknya 10 ribu orang tewas dalam perang sipil Yaman selama 18 bulan, kata PBB, Selasa, hampir dua kali lipat estimasi lebih dari 6 ribu yang dikutip para pejabat dan pekerja bantuan selama 2016.
Sebelumnya dalam pidato di hadapan mahasiswa di sebuah universitas Beijing, al-Jubeir mengecam Iran.
“Kami lihat Iran mendukung Houthi di Yaman dan mencoba mengambil alih pemerintah, memasok senjata bagi Houthi, menyelundupkan bahan peledak ke Bahrain, Kuwait dan Arab Saudi,” katanya.
“Kami harap kami bisa menjadi tetangga yang baik seperti sebelum revolusi 1979,” kata al-Jubeir.
“Terserah pada Iran untuk memperbaiki sikapnya.” (Antara-News/Aktual)
Raja Arab Saudi, Salman Abdulaziz Al Saud, dalam sebuah pernyataan pada Selasa, 13 September 2016, mengharamkan setiap upaya dari pihak-pihak yang ingin mempolitisasi pelaksanaan ibadah haji. Dia mengalamatkan pernyataannya itu kepada Teheran, yang dinilai mempolitisasi ibadah haji sehingga hubungan dengan Riyadh menjadi tegang.
Untuk pertama kalinya dalam 30 tahun, sekitar 64 ribu calon haji dari Iran tidak menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut pada tahun ini setelah kedua negara bertetangga itu gagal mencapai kesepakatan dalam isu keamanan dan logistik. Menurut Raja Salman, hal yang paling disesalkan dalam perselisihan diplomatik dengan Iran adalah ketika Teheran mengeluarkan pernyataan memprotes Riyadh dengan mengajak negara muslim lain.
"Pemerintah Saudi menolak setiap upaya mengaitkan ibadah haji dengan setiap tujuan politik. Tugas memperlakukan tamu Allah merupakan penghargaan buat pemerintah Saudi," katanya, seperti dilaporkan Daily Mail.
Raja berusia 80 tahun tersebut juga menegaskan bahwa rakyat Iran masih bisa menunaikan haji jika mereka datang dari negara lain dan bukan secara langsung dari Iran.
Kemelut Riyadh-Teheran tercetus sejak masa haji tahun lalu, menyusul tragedi desak-desakan yang menewaskan sekitar 2.300 jiwa.
Jemaah Iran merupakan korban paling banyak dalam insiden itu dengan jumlah 464 orang, sehingga memicu ketidakpuasan Teheran terhadap tingkat keamanan yang diambil pemerintah Arab Saudi.
Menyusul kejadian itu, ketegangan di antara kedua negara terbesar di Timur Tengah tersebut semakin buruk dan gagal diselesaikan sebelum masa haji tahun ini berlangsung. (Tempo)
Pelaksanaan Haji Sukses, Pangeran Arab Saudi Ucapkan Selamat
Pangeran Arab Saudi, Faisal bin Salman mengucapkan selamat atas suksesnya pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Ucapan selamat ditujukan kepada semua pihak yang telah berupaya membuat para jemaah bisa melaksakan haji dengan lancar dan nyaman.
Dilansir arabnews Rabu (21/9/2016) Pangeran Salman mengucapkan selamat kepada kepala pengurus dua masjid suci atas suksesnya pelaksaan haji musim ini.
Kerajaan Arab telah membuktikan kemampuannya untuk mensukseskan musim haji ini dengan melayani jemaah di dua masjid suci dan memberikan pelayanan kepada para tamu Allah. Pangeran Faisal menyampaikan apresiasi kepada instansi pemerintah dan swasta atas usaha mereka melayani para jemaah.
Pangeran Faisal memerintahkan setiap orang untuk melipatgandakan usaha mereka untuk pelaksanaan pasca haji, memastikan pelayanan yang layak untuk para jemaah yang akan kembali ke negaranya masing-masing. Hal itu disampaikan Pangeran Faisal saat melakukan peninjaun di pusat penerimaan jemaah haji di Hijrah Road Madinah.
Dia mengatakan kesuksesan musim haji yang belum pernah terjadi sebelumnya ini merupakan hasil dari pengarahan putra mahkota Pangeran Mohammed bin Naif yang juga menjabat kepala komite pelaksanaan ibadah haji untuk memastikan keamanan dan kemantapan para jemaah.
Pangeran Faisal juga memuji kinerja supervisi pemerintah daerah Makkah Pangeran Khaled Al-Faisal yang berkontribusi memberikan keemanan selama musim haji meskipun banyak tantangan.
Selama melakukan tinjauan, Pangeran Faisal juga memberikan arahan kepada Wakil Menteri Kementerian Haji dan Umrah Mohammed Al-Bijawi tentang operasional pelaksanaan pasca haji.
Pusat penerimaan jemaah haji ini terdiri dari kantor-kantor pemerintahan, pusat kesehatan. Ada juga koneksi internet gratis, pusat pengurusan paspor jemaah dan lainnya.(Detik)
Iran Tuding Saudi Tak Pedulikan Keamanan Penyelenggaran Haji
Kepala Organisasi Haji Iran menuding Arab Saudi sengaja mengecualikan warga Iran untuk menunaikan ibadah haji tahun ini dan menolak untuk mendiskusikan keamanan setelah insiden Mina tahun lalu.
Puluhan ribu warga Iran biasanya ikut serta dalam ibadah haji, namun tahun ini negara itu tidak mengirimkan jemaah hajinya ke Saudi, setelah dialog kedua negara mandek pada Mei lalu.
“Bagaimana Anda akan mengundang 1,5 juta jemaah haji dan tidak membiarkan diri Anda untuk memikirkan soal keamanan?” kata Said Ohadi, kepala Organisasi Haji Iran.
Pemerintah Iran mengatakan warganya paling banyak menjadi korban dalam insiden Mina tahun lalu.
AFP menyebut total sebanyak 2.300 orang tewas dalam insiden Mina saat jemaah menunaikan ibadah haji tahun lalu, namun Iran mengatakan bahwa korban tewas jumlahnya lebih banyak.
“Tujuh ribu orang menjadi martir, tewas, dari 39 negara,” kata Ohadi.
Saudi mengatakan jumlah korban tewas sebanyak 769 orang, namun tidak mempublikasikan detail dari investigasi yang dilakukan terkait insiden Mina.
Ohadi mengatakan bahwa dalam dialog terakhir, Saudi menuntut jemaah haji asal Iran “tidak bisa melakukan kontak dengan Muslim dari negara lain.” Padahal, kata dia, Al-Quran menekankan pentingnya membaur dengan Muslim dari seluruh dunia saat menunaikan ibadah haji.
Menurutnya, Mohammed Bentin, menteri haji Iran, khawatir jemaah Iran berupaya untuk memengaruhi jemaah haji lain untuk berpindah menganut ajaran Syiah.
“Saya katakan, menteru, ini sungguh lucu. Jika Anda tidak siap untuk menerima orang Iran, jujur dan transparan saja bahwa Anda tidak akan mengizinkan porang Iran. Mengapa? Karena Anda takut mereka akan mengekspos apa yang terjadi tahun lalu.
Saudi, di lain pihak, mengatakan bahwa Teheran membuat tuntudan “yang tidak bisa diterima” dalam dialog itu, termasuk hak untuk melakukan demonstrasi “yang akan menyebabkan kekacauan.”
Saudi, kata Ohadi, “yakin bahwa mereka merupakan pemilik—Mekkah dan Madinah adalah properti mereka. Tidak—itu adalah milik umat Islam.” (CNN-Indonesia)
Iran Minta Arab Saudi Tidak Lagi Jadi Pengelola Penyelenggaraan Haji
Iran melalui pimpinan tertingginya Ayatollah Ali Khamenei menyerukan ajakan untuk menarik kekuasaan Arab Saudi dalam penyelenggaraan haji. Seruan itu disampaikan terkait dengan banyaknya korban tewas dalam penyelenggaran haji tahun lalu.
“Karena kebijakan Arab Saudi, yang menekan jamaah, negara islam mesti mempertimbangkan kembali pengelolaan dua kawasan suci dan penyelenggaran haji,” kata Khamenei dalam lamannya dan ikut disiarkan media pemerintah, Senin (5/9).
Khamenai juga meminta pemerintah Arab Saudi bertanggung jawab atas kecelakaan yang menewaskan satusan umat muslim tahun lalu.
“Mereka tak dapat memanfaatkan kedudukannya sebagai penguasa untuk lepas dari tanggung jawab, khususnya terkait kejahatan, yang dilakukan terhadap umat muslim,” katanya.
Khamenei turut menyebut keterlibatan Arab dalam sejumlah perang di Irak, Yaman, dan Suriah, terutama terkait sikapnya, yang bertentangan dengan Iran.
Arab Saudi dianggap mempertaruhkan reputasinya dalam penyelenggaraan haji dan pengelolaan dua kawasan suci di Mekkah dan Madinah.
Haji adalah satu dari lima ibadah wajib bagi umat Islam, khususnya untuk yang mampu. Tiap umat muslim diwajibkan menjalani haji minimal sekali.
Reputasi Arab Saudi sempat tercoreng oleh insiden kecelakaan pada 2015. Menurut pihak Riyadh, jamaah haji yang tewas mencapai 769 jiwa, angka tertinggi sejak kecelakaan pada 1990.
Meski demikian, perhitungan dari negara-negara yang ingin mengembalikan jasad warganya menunjukkan, korban mencapai dua ribu jiwa. Lebih dari empat ratus diantaranya merupakan warga Iran.
Inilah Faktanya:
Meninggalnya 90 ribu Jemaah Haji Selama 14 Tahun Saudi Menjadi Tuan Rumah + Dokumen
Dalam rangka mengenang musibah pahit Mina, sebuah harian Lebanon menyebarkan sebuah dokumen bocoran yang diperoleh dari departemen kesehatan Arab Saudi yang membuktikan bahwa 90 ribu jamaah haji telah meninggal dunia dalam beberapa kejadian selama 14 tahun terakhir, termasuk kejadian jatuhnya crane dan korban kecelakaan Mina.
Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari koran al-Akhbar, dengan penyebaran dokumen yang terdiri dari 3121 halaman ini menulis: sudah dari beberapa minggu yang lalu dokumen ini berada di tangan kami dan selama ini berada dalam pengecekan dan penelitian yang mencakup laporan-laporan departemen kesehatan Arab Saudi dari sensus para Jemaah haji yang meninggal dunia dalam 14 tahun terakhir, termasuk kejadian jatuhnya crane dan korban kecelakaan Mina.
Harian al-Akhbar menulis: Haji tahun ini adalah haji ke-1460 yang dilaksanakan kaum Muslimin setelah wafatnya Nabi (saw) dan terhitung pelaksanaan ibadah haji yang ke-93 setelah penyerahan manajemen ke Arab Saudi, dalam pemerintahan Raja Abdulaziz di atas tanah suci, yang didirikan dengan pedang.
Menurut laporan itu, dokumen departemen kesehatan Arab berjudul "Para Jemaah Haji yang Meninggal dari Seluruh Bangsa " dari tahun 1423-1437 H, yang meliputi nama, kebangsaan, usia dan tanggal kematian selama 14 tahun terakhir, tidak dijelaskankan bahwa angka-angka ini milik ibadah umroh dan Haji Tamattu' atau hanya Haji Tamattu' saja.
1321 halaman adalah nama-nama para Jemaah yang meninggal dunia. 90,267 nama jemaah haji yang meninggal di tanah suci selama 14 tahun; sebuah statistik yang tidak dapat dibandingkan dengan statistik bencana Mina meskipun jika kita gambarkan demikian bahwa yang meninggal kebanyakan dari orang-orang yang berusia lanjut yang tidak mampu menahan desakan masyarakat dan kematian mereka karena qadha dan qadar mereka namun angka ini dari Jemaah haji yang meninggal sangat dahsyat dan mengerikan dan satu persatu statistic yang meninggal dunia melebihi korban perang.
Menurut statistik resmi, Arab Saudi, jemaah yang meninggal karena desak-desakan sejak tahun 1990-2015, sekitar 3.200 jemaah Haji. Jika statistic diambil dari kejadian-kejadian yang berbeda-beda di Arab Saudi seperti kebakaran (tempat akomodasi jamaah), kolaps (bangunan) dan bentrokan yang terjadi antara tahun 1975 dan 2015, jumlahnya mencapai 4.500 jemaah Haji, namun statistik tersembunyi menunjukkan bahwa ibadah haji yang berada di bawah pengelolaan keluarga Saud, yang hanya 14 tahun, telah menewaskan lebih dari 90 ribu Jemaah Haji. telah
Apa arti dari statistik ini? Satu hal, yaitu hanya tentang bencana Mina yang opini publik Arab tidak berbohong, tapi menyembunyikan dan secara diam-diam, telah menjadi kebijakan konstan Saudi selama beberapa dekade untuk menutupi kegagalannya dalam mengelola haji yang secara efektif setelah pengelolaan minyak, yang merupakan modal pemberdayaan tingkat regional dan internasional Arab Saudi, yang akan dijaga oleh keluarga Saud.
Statistik Jemaah Haji yang Meninggal dalam Dokumen Bocor
Dokumen yang bocor, dan bertentangan dengan apa yang diumumkan Arab Saudi, statistik yang diumumkan oleh beberapa pihak tentang angka kematian para Jemaah haji Mina, sangat jelas, tidak jauh dari kenyataan. Arab Saudi mengatakan jumlah para korban yang tewas adalah 769 orang, namun berita internasional mengatakan 2.221 orang. Tetapi menurut statistik bocor, lebih dari 7.000 orang telah tewas (pada haji tahun 1436), yang sebagian besar berkaitan dengan bencana "Mina" kemudian peristiwa "derek".
Tragedi itu tidak berakhir di sini. Dalam dokumen, hamper 1.600 orang sebagai "orang yang tidak diketahui" disebutkan nama atau kebangsaannya, atau kedua-duanya, tidak diketahui.
Dan yang paling tragisnya adalah sebagian dari mereka mengisyaratkan dengan ungkapan "potongan-potongan" atau "beberapa potongan yang terkumpul" dari badan Jemaah haji.
Permasalahan lainnya adalah bahwa sebagian besar korban adalah para Jemaah haji Iran juga laporannya tidak akurat. Karena, selain statistik di atas yang tidak diketahui telah ditetapkan, dokumen menunjukkan bahwa negara-negara seperti Mesir, Pakistan dan Indonesia juga telah banyak terbunuh dan statistik mereka hampir dekat dengan jumlah korban Jemaah haji Iran atau lebih.
Berdasarkan data ini, muncul pertanyaan tentang kepuasan negara-negara Islam dalam pengelolaan keluarga Saud atas dua tempat suci ini, sementara puluhan tahun kita menyaksikan pengabaian keluarga Saud dalam mendukung warisan Islam menjadi sebuah proyek pengembangan para pangeran dan kegagalan mereka dalam mengelola dan melindungi para peziarah dan ritual haji dan umroh dan terbukti bahwa mereka adalah "Pelayan-pelayan Tempat Suci" untuk rencana-rencana politiknya dan keluarga Saud mengeksploitasinya dengan pemikiran Wahhabi Takfiri yang berpikir untuk isu lingkungan Islam.
Berapa banyak negara Muslim harus menutupi bencana dan alasan diri dari keluarga Saud? Jika sampai kemarin tidak ada pembuktian untuk kegagalan dan menutupi Riyadh, sekarang dokumen ini di depan opini publik di dunia Muslim dan setidaknya sebagian dari klaim dapat dibuktikan tapi sebagian besar masih menjadi rahasia Saudi.
Dapatkan bocoran dokumen dari Departemen Kesehatan Saudi Silahkan Klik disini:
1. http://iqna.ir/files/fa/news/1395/6/20/258694_475.pdf
2. https://www.dropbox.com/s/wzvdx70eas8oz6b/Dokumen%20Meninggalnya%2090%20ribu%20Jemaah%20Haji%20Selama%2014%20Tahun%20Saudi%20Menjadi%20Tuan%20Rumah.pdf?dl=0
Skandal Al Saud Setelah Klaim Penyelenggaraan Haji
Arab Saudi berupaya mengklaim lewat beberapa media bahwa haji tahun ini terselenggara tanpa ada satu insidenpun, sementara dokumen-dokumen yang bocor dari kementerian kesehatan Saudi menunjukkan bahwa dengan adanya penurunan signifikan jumlah partisipan jemaah haji, jumlah kematian para jemaah haji juga bertambah.
Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari Al-Alam, Arab Saudi berupaya menutupi insiden-insiden yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, terkhusus kesyahidan dan cideranya ribuan jemaah haji dalam insiden Mina dan robohnya crane dengan mengetengahkan klaim penyelenggaraan sukses haji tahun ini.
Klaim Arab Saudi tersingkap saat cannel haji dan umrah membongkar dokumen bocor dari kementerian kesehatan Arab Saudi tentang nama-nama jemaah haji yang meninggal pada tahun ini.
Berdasarkan dokumen bocoran dari kementerian Saudi, dengan adanya penurunan signifikan jumlah jemaah pada tahun 1437 H, 874 haji telah meninggal dunia dalam ritual manasik haji tahun ini.
Dokumen ini menunjukkan, dari 874 jemaah yang meninggal pada tahun ini, 239 orang dari Arab Saudi, 51 orang Mesir, 84 orang Pakistan, 43 orang Bangladesh, 31 orang Nigeria, 124 orang Indonesia, 64 orang India dan sisanya dari pelbagai negara.
Organisasi Jerman Urusan Imigran, "Internasions” mengumumkan bahwa Arab Saudi dan Kuwait memiliki peringkat terburuk dalam bidang menjamin keamanan para wisatawan.
(Al-Alam/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Soal Haji, Arab Saudi dan Iran Saling Menghardik
Raja Salman bin Abdulaziz, mengunjungi Masjidil Haram sehari setelah terjadinya kecelakaan crane jatuh, di Mekah, Arab Saudi, 12 September 2015. (Foto: REUTERS/Bandar al-Jaloud/Saudi Royal Court)
Kerajaan Arab Saudi dan Iran saling menghardik mengenai masalah penyelanggaraan haji. Bahkan mufti besar Saudi mengatakan, para pemimpin Teheran bukan muslim. Perkataan keras itu disampaikan sehari setelah pemimpin agung Ayatullah Ali Khamenei menuding otoritas Saudi harus bertanggung jawab atas kematian umat muslim yang menjalankan ibadah haji tahun lalu.
Adu retorika dari dua negara yang saling bersaing pengaruh di Timur Tengah -Saudi dihuni mayoritas Sunni sedangan Iran berpenduduk Syiah- itu berlangsung pada awal dimulainya musim haji tahun ini dan menjelang hari raya Idul Adha pada Senin, 12 September 2016.
Dalam pernyataan kepada koran Mekkah yang terbit pada Selasa, 6 September 2016, Mufti Besar Saudi Abdulaziz Al Sheikh sebagaimana dikutip surat kabar tersebut mengatakan, tudingan yang disampaikan Khamenei terhadap Riyad mengenai tragedi tahun lalu tidaklah mengejutkan sebab bangsa Iran itu kerurunan Majusi.
"Majusi itu orang-orang yang percaya kepada Zoroaster dan menyembah api. Sebelum Kristen dan Islam datang, Zoroaster adalah agama yang mendominasi Persia ketika belum ditaklukan Arab," ucapnya kepada koran Mekkah, seperti diwartakan Al Jazeera, Rabu, 7 September 2016.
"Kita harus paham bahwa mereka bukanlah muslim karena mereka keturunan Yahudi dan selalu mengobarkan permusuhan terhadap kaum muslim, khususnya kaum Sunni yang lebih tua," katanya seperti ditulis kantor berita AFP.
Khamenei dalam kata sambutan kepada para calon jamaah haji di websitenya pada Senin, 5 September 2016, menuduh Arab Saudi menolak memberikan perawatan yang cukup kepada para korban tragedi haji tahun lalu,
"Arab Saudi tidak punya hati dan membunuh para jamaah yang mengalami kecelakaan sehinga menimbulkan banyak kematian dan luka-luka. Kerajaan juga tak menyediakan perawatan medis memadai guna membantu mereka yang celaka," kata Khamenei dalam websitenya seperti dikutip AP.
Pada sambutannya itu, Khamenei juga mendesak umat Islam di seluruh dunia mempertimbangkan kewenangan Arab Saudi menguasai seluruh kota-kota suci umat Islam, termasuk Mekkah. tempat umat Islam berhaji.
Pada 2015, telah terjadi musibah runtuhnya crane untuk pembangunan Masjidil Haram dan kawasan sekitarnya. Menurut Riyadh, akibat insiden tersebut sebanyak 769 orang tewas -jumlah tertinggi sejak musibah 1990. Namun demikian, menurut sejumlah negara yang warganya mengalami peristiwa tersebut lebih dari 2.000 orang meninggal, termasuk lebih dari 400 warga Iran.(Tempo)
Arab Saudi Tuduh Iran dan Houthi Menebar Kerusuhan di Yaman
Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan, Rabu (31/8), gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran tidak akan dibiarkan mengambil alih Yaman, dan menuduh Iran berupaya menebar kerusuhan di sekitar kawasan itu.
Kepala dewan tinggi politik yang didukung Houthi pada Senin menyatakan, kesiapannya untuk memulai kembali negosiasi guna mengakhiri perang Yaman, namun mensyaratkan hak melawan serangan pemerintahan terusir yang didukung Saudi, yang mencoba menggulingkannya.
Dialog disponsori PBB untuk mengakhiri pertempuran selama 18 bulan pada Agustus gagal, dan gerakan Houthi maupun pasukan sekutu yang setia pada mantan presiden Ali Abdullah Saleh kembali melancarkan penembakan ke arah negara tetangga Arab Saudi.
Dialog tersebut rusak setelah Houthi dan Kongres Rakyat Umum (GPC) yang dipimpin Saleh, mengumumkan pembentukan dewan pemerintahan beranggotakan 10 orang pada 6 Agustus, dan mengabaikan peringatan utusan Yaman untuk PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed bahwa langkah seperti itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai penyelesaian konflik tersebut.
Kepada Reuters di Beijing, Menlu Saudi Adel al-Jubeir mengatakan bola ada di tangan Houthi agar dialog damai bisa kembali dilakukan.
“Apa yang pasti, tidak dipertanyakan lagi, pasti, mereka tidak akan diperbolehkan mengambil alih Yaman. Titik. Jadi pemerintah yang sah akan dipertahankan,” kata al-Jubeir.
“Peluang yang mereka punya adalah memasuki proses politik, mencapai kesepakatan … untuk kepentingan seluruh rakyat Yaman termasuk Houthi,” katanya.
Arab Saudi dan sekutu-sekutu Arab menuding Houthi menjadi bidak bagi Iran dan melancarkan intervensi militer untuk mengembalikan kekuasaan Hadi.
Houthi bersikukuh, membentuk aliansi dengan Saleh yang mendapat dukungan dari sebagian besar militer.
Houthi dan GPC menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, sementara pasukan pemerintahan terusir menguasai sisa wilayah negara dengan suku-sukunya.
Setidaknya 10 ribu orang tewas dalam perang sipil Yaman selama 18 bulan, kata PBB, Selasa, hampir dua kali lipat estimasi lebih dari 6 ribu yang dikutip para pejabat dan pekerja bantuan selama 2016.
Sebelumnya dalam pidato di hadapan mahasiswa di sebuah universitas Beijing, al-Jubeir mengecam Iran.
“Kami lihat Iran mendukung Houthi di Yaman dan mencoba mengambil alih pemerintah, memasok senjata bagi Houthi, menyelundupkan bahan peledak ke Bahrain, Kuwait dan Arab Saudi,” katanya.
“Kami harap kami bisa menjadi tetangga yang baik seperti sebelum revolusi 1979,” kata al-Jubeir.
“Terserah pada Iran untuk memperbaiki sikapnya.” (Antara-News/Aktual)
Raja Arab Minta Ibadah Haji Tidak Dipolitisasi
Raja Salman bin Abdulaziz, tiba di Masjidil Haram untuk meninjau kecelakaan crane jatuh, di Mekah, Arab Saudi, 12 September 2015. REUTERS/Bandar al-Jaloud/Saudi Royal Court
Raja Arab Saudi, Salman Abdulaziz Al Saud, dalam sebuah pernyataan pada Selasa, 13 September 2016, mengharamkan setiap upaya dari pihak-pihak yang ingin mempolitisasi pelaksanaan ibadah haji. Dia mengalamatkan pernyataannya itu kepada Teheran, yang dinilai mempolitisasi ibadah haji sehingga hubungan dengan Riyadh menjadi tegang.
Untuk pertama kalinya dalam 30 tahun, sekitar 64 ribu calon haji dari Iran tidak menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut pada tahun ini setelah kedua negara bertetangga itu gagal mencapai kesepakatan dalam isu keamanan dan logistik. Menurut Raja Salman, hal yang paling disesalkan dalam perselisihan diplomatik dengan Iran adalah ketika Teheran mengeluarkan pernyataan memprotes Riyadh dengan mengajak negara muslim lain.
"Pemerintah Saudi menolak setiap upaya mengaitkan ibadah haji dengan setiap tujuan politik. Tugas memperlakukan tamu Allah merupakan penghargaan buat pemerintah Saudi," katanya, seperti dilaporkan Daily Mail.
Raja berusia 80 tahun tersebut juga menegaskan bahwa rakyat Iran masih bisa menunaikan haji jika mereka datang dari negara lain dan bukan secara langsung dari Iran.
Kemelut Riyadh-Teheran tercetus sejak masa haji tahun lalu, menyusul tragedi desak-desakan yang menewaskan sekitar 2.300 jiwa.
Jemaah Iran merupakan korban paling banyak dalam insiden itu dengan jumlah 464 orang, sehingga memicu ketidakpuasan Teheran terhadap tingkat keamanan yang diambil pemerintah Arab Saudi.
Menyusul kejadian itu, ketegangan di antara kedua negara terbesar di Timur Tengah tersebut semakin buruk dan gagal diselesaikan sebelum masa haji tahun ini berlangsung. (Tempo)
Pelaksanaan Haji Sukses, Pangeran Arab Saudi Ucapkan Selamat
Pangeran Faisal meninjau pusat penerimaan jemaah haji di Hijrah Road Madinah (Foto: Arabnews.com)
Pangeran Arab Saudi, Faisal bin Salman mengucapkan selamat atas suksesnya pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Ucapan selamat ditujukan kepada semua pihak yang telah berupaya membuat para jemaah bisa melaksakan haji dengan lancar dan nyaman.
Dilansir arabnews Rabu (21/9/2016) Pangeran Salman mengucapkan selamat kepada kepala pengurus dua masjid suci atas suksesnya pelaksaan haji musim ini.
Kerajaan Arab telah membuktikan kemampuannya untuk mensukseskan musim haji ini dengan melayani jemaah di dua masjid suci dan memberikan pelayanan kepada para tamu Allah. Pangeran Faisal menyampaikan apresiasi kepada instansi pemerintah dan swasta atas usaha mereka melayani para jemaah.
Pangeran Faisal memerintahkan setiap orang untuk melipatgandakan usaha mereka untuk pelaksanaan pasca haji, memastikan pelayanan yang layak untuk para jemaah yang akan kembali ke negaranya masing-masing. Hal itu disampaikan Pangeran Faisal saat melakukan peninjaun di pusat penerimaan jemaah haji di Hijrah Road Madinah.
Dia mengatakan kesuksesan musim haji yang belum pernah terjadi sebelumnya ini merupakan hasil dari pengarahan putra mahkota Pangeran Mohammed bin Naif yang juga menjabat kepala komite pelaksanaan ibadah haji untuk memastikan keamanan dan kemantapan para jemaah.
Pangeran Faisal juga memuji kinerja supervisi pemerintah daerah Makkah Pangeran Khaled Al-Faisal yang berkontribusi memberikan keemanan selama musim haji meskipun banyak tantangan.
Selama melakukan tinjauan, Pangeran Faisal juga memberikan arahan kepada Wakil Menteri Kementerian Haji dan Umrah Mohammed Al-Bijawi tentang operasional pelaksanaan pasca haji.
Pusat penerimaan jemaah haji ini terdiri dari kantor-kantor pemerintahan, pusat kesehatan. Ada juga koneksi internet gratis, pusat pengurusan paspor jemaah dan lainnya.(Detik)
Iran Tuding Saudi Tak Pedulikan Keamanan Penyelenggaran Haji
Iran mengklaim Saudi tak memperhitungkan risiko keamanan dalam penyelenggaraan ibadah haji setelah insiden Mina tahun lalu. (Foto: Reuters/Ahmad Masood)
Kepala Organisasi Haji Iran menuding Arab Saudi sengaja mengecualikan warga Iran untuk menunaikan ibadah haji tahun ini dan menolak untuk mendiskusikan keamanan setelah insiden Mina tahun lalu.
Puluhan ribu warga Iran biasanya ikut serta dalam ibadah haji, namun tahun ini negara itu tidak mengirimkan jemaah hajinya ke Saudi, setelah dialog kedua negara mandek pada Mei lalu.
“Bagaimana Anda akan mengundang 1,5 juta jemaah haji dan tidak membiarkan diri Anda untuk memikirkan soal keamanan?” kata Said Ohadi, kepala Organisasi Haji Iran.
Pemerintah Iran mengatakan warganya paling banyak menjadi korban dalam insiden Mina tahun lalu.
AFP menyebut total sebanyak 2.300 orang tewas dalam insiden Mina saat jemaah menunaikan ibadah haji tahun lalu, namun Iran mengatakan bahwa korban tewas jumlahnya lebih banyak.
“Tujuh ribu orang menjadi martir, tewas, dari 39 negara,” kata Ohadi.
Saudi mengatakan jumlah korban tewas sebanyak 769 orang, namun tidak mempublikasikan detail dari investigasi yang dilakukan terkait insiden Mina.
Ohadi mengatakan bahwa dalam dialog terakhir, Saudi menuntut jemaah haji asal Iran “tidak bisa melakukan kontak dengan Muslim dari negara lain.” Padahal, kata dia, Al-Quran menekankan pentingnya membaur dengan Muslim dari seluruh dunia saat menunaikan ibadah haji.
Menurutnya, Mohammed Bentin, menteri haji Iran, khawatir jemaah Iran berupaya untuk memengaruhi jemaah haji lain untuk berpindah menganut ajaran Syiah.
“Saya katakan, menteru, ini sungguh lucu. Jika Anda tidak siap untuk menerima orang Iran, jujur dan transparan saja bahwa Anda tidak akan mengizinkan porang Iran. Mengapa? Karena Anda takut mereka akan mengekspos apa yang terjadi tahun lalu.
Saudi, di lain pihak, mengatakan bahwa Teheran membuat tuntudan “yang tidak bisa diterima” dalam dialog itu, termasuk hak untuk melakukan demonstrasi “yang akan menyebabkan kekacauan.”
Saudi, kata Ohadi, “yakin bahwa mereka merupakan pemilik—Mekkah dan Madinah adalah properti mereka. Tidak—itu adalah milik umat Islam.” (CNN-Indonesia)
Iran Minta Arab Saudi Tidak Lagi Jadi Pengelola Penyelenggaraan Haji
Jamaah Haji (Aktual/Ilst.Nelson)
Iran melalui pimpinan tertingginya Ayatollah Ali Khamenei menyerukan ajakan untuk menarik kekuasaan Arab Saudi dalam penyelenggaraan haji. Seruan itu disampaikan terkait dengan banyaknya korban tewas dalam penyelenggaran haji tahun lalu.
“Karena kebijakan Arab Saudi, yang menekan jamaah, negara islam mesti mempertimbangkan kembali pengelolaan dua kawasan suci dan penyelenggaran haji,” kata Khamenei dalam lamannya dan ikut disiarkan media pemerintah, Senin (5/9).
Khamenai juga meminta pemerintah Arab Saudi bertanggung jawab atas kecelakaan yang menewaskan satusan umat muslim tahun lalu.
“Mereka tak dapat memanfaatkan kedudukannya sebagai penguasa untuk lepas dari tanggung jawab, khususnya terkait kejahatan, yang dilakukan terhadap umat muslim,” katanya.
Khamenei turut menyebut keterlibatan Arab dalam sejumlah perang di Irak, Yaman, dan Suriah, terutama terkait sikapnya, yang bertentangan dengan Iran.
Arab Saudi dianggap mempertaruhkan reputasinya dalam penyelenggaraan haji dan pengelolaan dua kawasan suci di Mekkah dan Madinah.
Haji adalah satu dari lima ibadah wajib bagi umat Islam, khususnya untuk yang mampu. Tiap umat muslim diwajibkan menjalani haji minimal sekali.
Reputasi Arab Saudi sempat tercoreng oleh insiden kecelakaan pada 2015. Menurut pihak Riyadh, jamaah haji yang tewas mencapai 769 jiwa, angka tertinggi sejak kecelakaan pada 1990.
Meski demikian, perhitungan dari negara-negara yang ingin mengembalikan jasad warganya menunjukkan, korban mencapai dua ribu jiwa. Lebih dari empat ratus diantaranya merupakan warga Iran.
____________________________________________
Inilah Faktanya:
Meninggalnya 90 ribu Jemaah Haji Selama 14 Tahun Saudi Menjadi Tuan Rumah + Dokumen
Dalam rangka mengenang musibah pahit Mina, sebuah harian Lebanon menyebarkan sebuah dokumen bocoran yang diperoleh dari departemen kesehatan Arab Saudi yang membuktikan bahwa 90 ribu jamaah haji telah meninggal dunia dalam beberapa kejadian selama 14 tahun terakhir, termasuk kejadian jatuhnya crane dan korban kecelakaan Mina.
Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari koran al-Akhbar, dengan penyebaran dokumen yang terdiri dari 3121 halaman ini menulis: sudah dari beberapa minggu yang lalu dokumen ini berada di tangan kami dan selama ini berada dalam pengecekan dan penelitian yang mencakup laporan-laporan departemen kesehatan Arab Saudi dari sensus para Jemaah haji yang meninggal dunia dalam 14 tahun terakhir, termasuk kejadian jatuhnya crane dan korban kecelakaan Mina.
Harian al-Akhbar menulis: Haji tahun ini adalah haji ke-1460 yang dilaksanakan kaum Muslimin setelah wafatnya Nabi (saw) dan terhitung pelaksanaan ibadah haji yang ke-93 setelah penyerahan manajemen ke Arab Saudi, dalam pemerintahan Raja Abdulaziz di atas tanah suci, yang didirikan dengan pedang.
Menurut laporan itu, dokumen departemen kesehatan Arab berjudul "Para Jemaah Haji yang Meninggal dari Seluruh Bangsa " dari tahun 1423-1437 H, yang meliputi nama, kebangsaan, usia dan tanggal kematian selama 14 tahun terakhir, tidak dijelaskankan bahwa angka-angka ini milik ibadah umroh dan Haji Tamattu' atau hanya Haji Tamattu' saja.
1321 halaman adalah nama-nama para Jemaah yang meninggal dunia. 90,267 nama jemaah haji yang meninggal di tanah suci selama 14 tahun; sebuah statistik yang tidak dapat dibandingkan dengan statistik bencana Mina meskipun jika kita gambarkan demikian bahwa yang meninggal kebanyakan dari orang-orang yang berusia lanjut yang tidak mampu menahan desakan masyarakat dan kematian mereka karena qadha dan qadar mereka namun angka ini dari Jemaah haji yang meninggal sangat dahsyat dan mengerikan dan satu persatu statistic yang meninggal dunia melebihi korban perang.
Menurut statistik resmi, Arab Saudi, jemaah yang meninggal karena desak-desakan sejak tahun 1990-2015, sekitar 3.200 jemaah Haji. Jika statistic diambil dari kejadian-kejadian yang berbeda-beda di Arab Saudi seperti kebakaran (tempat akomodasi jamaah), kolaps (bangunan) dan bentrokan yang terjadi antara tahun 1975 dan 2015, jumlahnya mencapai 4.500 jemaah Haji, namun statistik tersembunyi menunjukkan bahwa ibadah haji yang berada di bawah pengelolaan keluarga Saud, yang hanya 14 tahun, telah menewaskan lebih dari 90 ribu Jemaah Haji. telah
Apa arti dari statistik ini? Satu hal, yaitu hanya tentang bencana Mina yang opini publik Arab tidak berbohong, tapi menyembunyikan dan secara diam-diam, telah menjadi kebijakan konstan Saudi selama beberapa dekade untuk menutupi kegagalannya dalam mengelola haji yang secara efektif setelah pengelolaan minyak, yang merupakan modal pemberdayaan tingkat regional dan internasional Arab Saudi, yang akan dijaga oleh keluarga Saud.
Statistik Jemaah Haji yang Meninggal dalam Dokumen Bocor
Dokumen yang bocor, dan bertentangan dengan apa yang diumumkan Arab Saudi, statistik yang diumumkan oleh beberapa pihak tentang angka kematian para Jemaah haji Mina, sangat jelas, tidak jauh dari kenyataan. Arab Saudi mengatakan jumlah para korban yang tewas adalah 769 orang, namun berita internasional mengatakan 2.221 orang. Tetapi menurut statistik bocor, lebih dari 7.000 orang telah tewas (pada haji tahun 1436), yang sebagian besar berkaitan dengan bencana "Mina" kemudian peristiwa "derek".
Tragedi itu tidak berakhir di sini. Dalam dokumen, hamper 1.600 orang sebagai "orang yang tidak diketahui" disebutkan nama atau kebangsaannya, atau kedua-duanya, tidak diketahui.
Dan yang paling tragisnya adalah sebagian dari mereka mengisyaratkan dengan ungkapan "potongan-potongan" atau "beberapa potongan yang terkumpul" dari badan Jemaah haji.
Permasalahan lainnya adalah bahwa sebagian besar korban adalah para Jemaah haji Iran juga laporannya tidak akurat. Karena, selain statistik di atas yang tidak diketahui telah ditetapkan, dokumen menunjukkan bahwa negara-negara seperti Mesir, Pakistan dan Indonesia juga telah banyak terbunuh dan statistik mereka hampir dekat dengan jumlah korban Jemaah haji Iran atau lebih.
Berdasarkan data ini, muncul pertanyaan tentang kepuasan negara-negara Islam dalam pengelolaan keluarga Saud atas dua tempat suci ini, sementara puluhan tahun kita menyaksikan pengabaian keluarga Saud dalam mendukung warisan Islam menjadi sebuah proyek pengembangan para pangeran dan kegagalan mereka dalam mengelola dan melindungi para peziarah dan ritual haji dan umroh dan terbukti bahwa mereka adalah "Pelayan-pelayan Tempat Suci" untuk rencana-rencana politiknya dan keluarga Saud mengeksploitasinya dengan pemikiran Wahhabi Takfiri yang berpikir untuk isu lingkungan Islam.
Berapa banyak negara Muslim harus menutupi bencana dan alasan diri dari keluarga Saud? Jika sampai kemarin tidak ada pembuktian untuk kegagalan dan menutupi Riyadh, sekarang dokumen ini di depan opini publik di dunia Muslim dan setidaknya sebagian dari klaim dapat dibuktikan tapi sebagian besar masih menjadi rahasia Saudi.
Dapatkan bocoran dokumen dari Departemen Kesehatan Saudi Silahkan Klik disini:
1. http://iqna.ir/files/fa/news/1395/6/20/258694_475.pdf
2. https://www.dropbox.com/s/wzvdx70eas8oz6b/Dokumen%20Meninggalnya%2090%20ribu%20Jemaah%20Haji%20Selama%2014%20Tahun%20Saudi%20Menjadi%20Tuan%20Rumah.pdf?dl=0
Skandal Al Saud Setelah Klaim Penyelenggaraan Haji
Arab Saudi berupaya mengklaim lewat beberapa media bahwa haji tahun ini terselenggara tanpa ada satu insidenpun, sementara dokumen-dokumen yang bocor dari kementerian kesehatan Saudi menunjukkan bahwa dengan adanya penurunan signifikan jumlah partisipan jemaah haji, jumlah kematian para jemaah haji juga bertambah.
Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari Al-Alam, Arab Saudi berupaya menutupi insiden-insiden yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, terkhusus kesyahidan dan cideranya ribuan jemaah haji dalam insiden Mina dan robohnya crane dengan mengetengahkan klaim penyelenggaraan sukses haji tahun ini.
Klaim Arab Saudi tersingkap saat cannel haji dan umrah membongkar dokumen bocor dari kementerian kesehatan Arab Saudi tentang nama-nama jemaah haji yang meninggal pada tahun ini.
Berdasarkan dokumen bocoran dari kementerian Saudi, dengan adanya penurunan signifikan jumlah jemaah pada tahun 1437 H, 874 haji telah meninggal dunia dalam ritual manasik haji tahun ini.
Dokumen ini menunjukkan, dari 874 jemaah yang meninggal pada tahun ini, 239 orang dari Arab Saudi, 51 orang Mesir, 84 orang Pakistan, 43 orang Bangladesh, 31 orang Nigeria, 124 orang Indonesia, 64 orang India dan sisanya dari pelbagai negara.
Organisasi Jerman Urusan Imigran, "Internasions” mengumumkan bahwa Arab Saudi dan Kuwait memiliki peringkat terburuk dalam bidang menjamin keamanan para wisatawan.
(Al-Alam/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email