“Tidak hanya itu, mereka benar-benar antikebhinnekaaan. Itulah yang muncul dengan berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini. Di sisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai pembawa ‘self fulfilling prophecy’, para peramal masa depan. Mereka dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya.”
Itulah sebagian isi pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat ulang tahun PDIP ke-44, pada 10 Januari 2017, yang dipersoalkan Baharuzaman, humas LSM Aliansi Anak Bangsa Gerakan Anti Penodaan Agama. Baharuzaman yang merupakan warga Jalan Kebon Jahe, Gambir, Jakarta Pusat, melaporkan Megawati atas dugaan tindak pidana penodaan agama sesuai pasal 156 dan 156 (a) KUHP. Laporan Baharuzaman diterima Bareskrim Polri dengan nomor polisi: LP/79/I/2017/Bareskrim.
Terkait hal itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto membenarkan adanya laporan tersebut. “Berkaitan laporan dari seseorang, bernama Baharuzaman, melaporkan Ibu Megawati dalam kaitan dugaan tindak pidana penodaan agama,” ujar Rikwanto di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (24/1/2017).
Lalu bagaimana pandangan Cak Nun terkait sebagian isi pidato Mega yang dinilai sebagai pelecehan terhadap keyakinan agama, khususnya berkenaan dengan keyakinan pada adanya kehidupan akhirat pasca kematian itu?
“Kalau kemarin Bu Mega pidato di ulang tahun PDIP yang mengatakan banyak temen-temen dari ideologi tertutup itu yang mengklaim tentang masa depan yang notabene mereka belum pernah mengalamainya,” kutip Cak Nun.
“Oh, dadi kudu ngalami sik akhirat kaet kondo ning ndunyo (Oh, jadi harus mengalami kehidupan akhirat dulu baru cerita di dunia),” tambah Cak Nun disambut tawa para hadirin.
Menurut Cak Nun, orang yang tidak percaya dengan hari akhirat berarti kafir. Sebab percaya kepada hari kiamat merupakan salah satu Rukun Iman yang wajib diyakini setiap Muslim.
“Ini (ucapan Megawati) kalo resminya, miturut coro syar’ine yo Kafir. Kalo resminya orang yang tidak percaya kepada akhirat itu, sebenarnya logis bahwa dia juga tidak percaya kepada Allah, kan gitu. Itu nek ukuran resmi syar’inya kafir,” imbuh Cak Nun.
“Tapi saya tidak akan menyebut Bu Mega kafir, gak ngerti me’an. Wong gak ngerti, (ya) gak salah,” ucap Cak Nun, seperti terekam dalam video yang beredar di media sosial dan YouTube. “Opo meneh sing bener-bener ngerti wong iku kafir opo ora kuwi mung Gusti Allah.”
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email