Pesan Rahbar

Home » » Hari Kelahiran Imam Ali dan Hari Bapak; Imam Ali bin Abi Thalib Sejak Lahir Hingga Menjadi Imam

Hari Kelahiran Imam Ali dan Hari Bapak; Imam Ali bin Abi Thalib Sejak Lahir Hingga Menjadi Imam

Written By Unknown on Friday 3 February 2017 | 22:00:00


Periode pertama : Sejak lahir hingga bi'tsah


Kelahiran

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Aku dilahirkan atas fitrah. Aku termasuk yang lebih dahulu dalam beriman dan berhijrah'.

Imam Ali bin Abi Thalib dilahirkan di kota Mekkah. Tepatnya ia dilahirkan di dalam Ka'bah pada hari Jumat tanggal 13 bulan Rajab tahun 30 dari tahun gajah atau dua puluh tiga tahun sebelum hijrah. Dalam sejarah belum pernah tercatat seorang yang dilahirkan di dalam Ka'bah selain Imam Ali bin Abi Thalib. Tentunya ini sebagai bentuk kekhususan yang dimilikinya yang diberikan oleh Allah dan sekaligus sebuah penghormatan dan kedudukannya.

Diriwayatkan dari Yazid bin Qa'nab, ia berkata, 'Aku sedang duduk-duduk bersama Abbas bin Abdul Mutthalib dan sekelompok dari keluarga Bani 'Izza di hadapan Ka'bah. Sementara dalam kondisi demikian, Fathimah binti Asad mendekati Ka'bah. Ia dalam keadaan hamil sembilan bulan dan sebentar lagi akan melahirkan. Di hadapan Ka'bah ia mengangkat tangannya dan berdoa, 'Ya Allah, Aku beriman kepadaMu dan juga beriman kepada yang datang dari sisi-Mu baik itu Rasul atau Kitab. Aku membenarkan apa yang diucapkan oleh kakekku Ibrahim Al-Khalil bahwa ia yang membangun Ka'bah. Demi hak yang membangun Ka'bah, dan demi bayi yang berada dalam kandunganku, permudahkan kelahiran bayiku ini'.

Yazid melanjutkan, 'Aku kemudian melihat Ka'bah terbuka menganga dan Fathimah melangkah masuk ke dalamnya. Kami kemudian tidak mengetahui lagi apa yang terjadi karena dinding yang seakan-akan disobek itu kembali menutup seperti sediakala. Kami berlari mengambil kunci Ka'bah untuk membuka pintu namun pintu tidak dapat terbuka. Akhirnya kami mencoba memahami bahwa kejadian yang baru kami lihat tadi adalah kuasa Allah. Pada hari keempat, semenjak masuk ke dalam Ka'bah, Fathimah keluar dari Ka'bah sambil menggendong seorang bayi kecil. Bayi kecil itu adalah Ali bin Abi Thalib AS.

Kabar gembira ini secepatnya disampaikan kepada Abu Thalib dan keluarganya. Kegembiraan tampak di wajah mereka. Semuanya berebut ingin lebih dahulu melihat bayi. Muhammad Rasulullah adalah yang paling terdepan. Ia mengambil bayi itu kemudian menggendongnya. Ia membawa bayi yang baru lahir itu ke rumah Abu Thalib. Pada masa itu, Nabi telah menikah dengan Khadijah namun masih tetap tinggal di rumah pamannya. Abu Thalib melihat bayinya dan memberinya nama Ali. Abu Thalib mengadakan perayaan menyambut kelahiran anaknya dan menyembelih banyak hewan.


Laqab dan Kunyah

Ali bin Abi Thalib memiliki laqab (alias) dan kunyah (alias dengan tambahan Abu) yang sangat banyak sehingga sulit untuk menentukan berapa jumlah pastinya. Semuanya itu adalah pemberian dari Rasulullah saw terkait dengan kejadian yang bermacam-macam demi menyebarkan dan mempertahankan Islam dan Nabi.

Sejumlah laqab yang dimilikinya: Amir Mu'minin, Ya'sub Ad-Din wa Al-Muslimin, Mubir As-Syirk wa Al-Musyrikin, Qatil (penghancur) an-Nakitsin wa Al-Qasithin wa Al-Mariqin, Maula Mukminin (pemimpin kaum mukminin), syabih Harun (menyerupai Harun), Al-Murtadha (yang direlai), Nafs Ar-Rasul (jiwa Rasul), Akhu Rasul (saudara Rasul), Zauj Al-Batul (suami Fathimah), Saif Allah Al-Maslul (pedang Allah yang tangkas), Amir Al-Bararah (pemimpin orang-orang baik), Qatil Al-Fajarah (pembasmi orang-orang yang berlaku jahat), Qasim Al-Jannah wa An-Nar (pemisah antara surga dan neraka), Shahib Al-Liwa' (yang memiliki bendera), Sayyid Al-'Arab (pemimpin Arab), Khashif An-Na'l (penjahit sandal), Kassyaf Al-Kurb (penyingkap kesulitan), As-Shiddiq Al-Akbar (pembenar yang terbesar), Zulqarnain, Al-Hadi (petunjuk), Al-Faruq (pemisah antara yang hak dan batil), Ad-Da'i (pendakwah), As-Syahid (penyaksi), Bab Al-Madinah (pintu kota ilmu), Al-Wali (yang mengatur), Al-Washi (yang mendapat wasiat), Qadhi Din Rasulilllah (hakim agama Rasulullah), Munjiz wa'dahu (yang melaksanakan janjinya), An-Naba' Al-'Azhim (kabar agung), As-Shirat Al-Mustaqim (jalan lurus) dan Al-Anza'u Al-Bitthin.

Sementara kunyahnya antara lain : Abu Al-Hasan, Abu Al-Husein, Abu As-Sibthain, Abu Ar-Raihanatain, Abu Turab.


Nabi mempersiapkan Ali

Nabi sering hilir mudik di rumah pamannya Abu Thalib sekalipun ia dan Khadijah telah hidup sendiri. Nabi senantiasa memiliki perhatian yang lebih kepada Ali bin Abi Thalib. Nabi begitu menyayanginya dan sering menggendongnya. Nabi sering menggoyang tempat tidur bayi hingga Ali bin Abi Thalib tertidur. Begitu besar perhatian Nabi kepada Ali bin Abi Thalib.

Sebuah nikmat ilahi yang meliputi kehidupan Ali bin Abi Thalib ketika pada masa itu kabilah Quraisy tertimpa krisis ekonomi yang cukup parah. Abu Thalib terkenal memiliki keluarga besar. Ia termasuk yang paling menderita dengan kondisi ini. Melihat itu Rasulullah saw mengusulkan kepada Abbas, termasuk yang berpunya di kalangan Bani Hasyim, untuk meringankan beban Abu Thalib. Nabi berkata, 'Wahai Abbas! Saudaramu Abu Thalib memiliki keluarga banyak. Di sisi lain bukankah engkau tahu apa yang tengah menimpa masyarakat. Mari kita bersama-sama meringankan tanggungannya. Aku akan mengambil salah satu dari anak-anaknya dan menjadi tanggunganku dan engkau mengambil yang lainnya dan menjadi tanggunganmu. Abbas menjawab, 'Baiklah'.

Keduanya segera berangkat menuju Abu Thalib dan berkata padanya, 'Kami berdua ingin meringankan beban dari tanggungan yang berat atas keluarga besarmu agar masyarakat mengetahui apa yang harus mereka kerjakan. Abu Thalib menyetujui usulan keduanya dan berkata, 'Kalian boleh mengambil yang mana saja yang kalian kehendaki tapi biarkan 'Aqil bersama kami. Rasulullah saw dan Abbas setuju. Nabi mengambil Ali bin Abi Thalib dan langsung mendekapnya. Pada waktu itu Ali bin Abi Thalib berumur enam tahun. Sementara Abbas mengambil Ja'far. Semenjak itu Ali bin Abi Thalib senantiasa bersama Muhammad saw sehingga diangkat menjadi Nabi. Ketika telah menjadi Nabi, Ali bin Abi Thalib kemudian mengikuti, beriman dan membenarkan Muhammad sebagai Nabinya. Ja'far juga bersama Abbas hingga ia masuk Islam dan ketika telah mampu ia berpisah dengan Abbas.

Rasulullah berkata setelah ia memilih Ali bin Abi Thalib, 'Aku telah memilih seseorang yang dipilihkan Allah untukku yaitu Ali'.

Demikianlah, telah tiba waktunya bagi Ali bin Abi Thalib untuk hidup sejak kecil bersama Muhammad Rasulullah saw. Ia dibesarkan di bawah naungan akhlak Nabi yang mulia. Ia minum dari sumber-sumber kecintaan dan kasih sayang Nabi. Muhammad saw membimbingnya tepat sesuai dengan cara pendidikan yang diajarkan Allah kepadanya. Semenjak itu Ali bin Abi Thalib tidak pernah terpisah dari Muhammad saw Nabinya.

Imam Ali bin Abi Thalib AS. sendiri menyebutkan sisi-sisi edukatif yang dipelajarinya dari sang guru dan pendidiknya Muhammad saw. Bagaimana pendidikan yang diterimanya memiliki dampak yang dalam dan sangat membekas dalam dirinya. Itu disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib dalam khotbahnya yang terkenal dengan Al-Qashi'ah. Ia berkata:

'Bukankah kalian telah mengetahui bagaimana hubungan dan kedekatanku dengan Muhammad Rasulullah saw dan posisi serta kekhususanku bagi Nabi. Ia meletakkanku di kamarnya di umurku yang masih kecil. Ia sering merengkuh dan menarikku dalam dekapannya. Ia senantiasa menjagaku di pembaringannya. Tubuhku sering bergesekan dengan tubuh Nabi. Ia memberiku kesempatan untuk mencium bau badannya yang wangi dari dekat. Nabi biasanya mengunyah makanan hingga halus kemudian di masukannya ke dalam mulutku. Ia tidak pernah menemukan aku berkata bohong dan melakukan perbuatan salah karena tidak tahu'.

'Aku mengikuti jejak Nabi bak anak unta yang terus mengikuti ke mana ibunya pergi. Setiap hari ia mengangkat derajatku dengan menunjukkan akhlaknya yang mulia dan memintaku untuk mengikutinya. Nabi setiap tahunnya pergi menyepi ke gua Hira. Tidak ada yang mengetahui keadaan ini kecuali aku. Pada masa itu, tidak ada satu rumah pun yang meyakini Islam kecuali rumah Rasulullah saw. Di rumah ini Nabi, Khadijah dan aku sebagai orang ketiga yang memeluk Islam. Aku melihat cahaya wahyu dan risalah. Aku mencium bau kenabian. Aku dapat mendengar suara setan ketika Nabi diturunkan wahyu untuk pertama kali. Ketika itu aku memberanikan diri bertanya kepada Rasulullah saw, 'Wahai Rasulullah! suara apa ini? Beliau menjawab, 'Itu suara setan yang berputus asa dari orang-orang yang menyembahnya. Engkau mendengar apa yang kudengar. Melihat apa yang aku lihat. Sayangnya engkau bukan seorang Nabi. Akan tetapi engkau seperti seorang menteri. Dan engkau berada di atas kebaikan.'

(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: