Bung Karno dan Makam Imam Bukhori setelah dipugar (Foto : kaskus.co.id)
Imam Bukhori adalah salah satu dari enam tokoh penghimpun hadits sahih yang paling terkenal. Lahir di Bukhara, Uzbekistan pada 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Beliau diberi nama Muhammad oleh ayahnya yang bernama Ismail bin Ibrahim. Tapi akhirnya lebih dikenal sebagai Imam Bukhari, dari nama kota Bukhara.
Selama hidupnya, Imam Bukhari menghimpun sejuta hadis dari Muhammad Rasulullah SAW. Dia menyaring dan mempelajari hadits-hadits tersebut untuk menentukan mana hadist yang kuat, atau lemah. Akhirnya Imam Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami’al-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Kunjungan Bersyarat Ke Uni Soviet
Ruangan berdinding batu bata itu mampu menampung sekitar 10 orang, dilengkapi bangku untuk para peziarah. Makam ada di tengah ruangan, berselimutkan kain hitam, bertuliskan aksara Arab berwarna kuning. Kompleks permakaman Imam Bukhari tidak mungkin seindah dan semegah itu tanpa peran Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia.
“Bangsa Indonesia sangat berjasa bagi keberlangsungan makam Imam Bukhari.”, ungkap Temur Mirzaev, rekanan Kedutaan Besar Republik Indonesia sekaligus dosen bahasa Indonesia di Institute of Oriental Studies, Tashkent.
Sampai hari ini, peziarah dari Indonesia mendapat perlakuan istemewa dari pengelola kompleks Makam Imam Bukhari sebagai apresiasi terhadap jasa Soekarno.
Alkisah, pada tahun 1961 pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang Bung Karno ke Moskow. Saat itu Uni Soviet dan Amerika Serikat sedang gencar-gencarnya berebut pengaruh serta unjuk kekuatan sebagai dua negara adidaya di dunia.
Bung Karno sejak awal memang tidak ingin terjebak dalam rivalitas blok timur yang digalang Uni Soviet dan blok barat yang diprakarsai Amerika Serikat, sikap itu bisa dilihat dari konsolidasi Asia-Afrika yang ia gagas maupun keterlibatannya mempelopori gerakan non-blok.
Agar tidak melahirkan kesan bahwa Indonesia bisa didekte Soviet dan berporos ke blok timur, Soekarno yang dikenal lihai dalam diplomasi internasional tidak kehabisan akal untuk mengatur strategi.
“Tuan Khrushchev, saya bersedia datang ke Moscow. Tapi ada syaratnya, temukan makam Imam Bukhari, perawi hadis terkenal. Dia dimakamkan di Samarkand, Uzbekistan,” ujar Soekarno.
Tak pelak Khrushchev dibuat kebingungan, Imam Bukhari begitu asing baginya. Tidak mau membuang waktu, ia segera memerintahkan pasukan elit Soviet untuk menemukan makam Imam Bukhari sesegera mungkin.
Bukan perkara mudah menemukannya, Khrushchev pun nyaris menyerah. Dia lagi-lagi menawar syarat dari Soekarno. Tapi Soekarno bersikeras Soviet harus menemukan makam Imam Bukhari.
Setelah berjuang keras menghimpun informasi dari kalangan muslim di Samarkand, akhirnya mereka berhasil menemukan lokasi makam Imam Bukhari. Saat itu kondisinya sangat memprihatinkan dan tidak terawat. Khrushchev pun dengan gembira menyampaikan hal itu pada Soekarno. Tak lupa, pihak Soviet merenovasi makam itu.
Maka akhirnya Soekarno mengunjungi Moskow. Setelah itu, dia berziarah ke tempat Imam yang sangat dikaguminya, pada tanggal 12 Juni 1961 Bung Karno tiba di Samarkand. Puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Indonesia ini sejak dari Tashkent.
Saat itu pihak Barat pun menilai kunjungan Soekarno ke Moskow tak cuma untuk urusan politik, melainkan ziarah. Ini juga menunjukkan Indonesia tak bisa diatur dan bukan bagian dar blok Soviet.
(Empat-Pilar-MPR/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email