Presiden Rusia, Vladimir Putin – Foto: EPA
Rusia mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin menjadi target utama skandal Panama Papers di mana serangan seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Melansir dari Daily News, juru bicara Putin, Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita Rusia Interfax, sangat jelas tujuan utama dibocorkannya lebih dari 11 juta dokumen milik firma hukum Mossack Fonseca adalah untuk menggarisbawahi kepemimpinan Putin dan mempengaruhi stabilitas Rusia pada pemilihan presiden mendatang.
Peskov mengatakan Putin tidak melakukan kejahatan apa pun, sebab, Putin tidak muncul I dalam daftar dokumen tersebut. Dokumen hanyamemuat banyak nama rekan dan sahabat dekat Putin. Di antara nama tersebut antara lain, musisi Sergi Roldugin, bapak baptis putri Putin, Maria. Roldugin, adalah orang yang memperkenalkan Putin pada mantan istrinya Lyudmilla.
Dokumen menunjukkan, Orang-orang yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin seperti Sergey Roldugin, Arkady, dan Boris Rotenberg bahkan secara sembunyi- sembunyi menyelundupkan uang sebesar USD2 miliar melalui bank dan perusahaan bayangan.
Berdasarkan Panama Papers, Roldugin mengendalikan dua perusahaan yang beroperasi di kawasan surga pajak, Sonnette Overseas dan International Media Oversees. Perusahaan itu menerima pinjaman dari tiga perusahaan milik pengusaha Arkady Rotenberg senilai 185 juta dolar AS.
Menyusul kebocoran dokumen itu, Kremlin mengatakan mereka mewaspadai adanya sebuah organisasi yang berusaha merusak nama baik Putin. Rusia menilai analisis Dokumen Panama dibantu mantan agen CIA sebagai propaganda meningkatkan Putinophobia.
”Presiden kami, negara kami, stabilitas kami, dan pemilu mendatang telah menjadi target utama dokumen itu. Laporannya tidak rinci dan hanya didasarkan pada tuduhan dan spekulasi,” ujar Dmitry Peskov.
Dokumen Panama pertama kali diperoleh surat kabar Jerman, Sueddeutsche Zeitung. Dokumen yang berasal dari kantor firma hukum Mossack Fonseca di Panama itu kemudian diteruskan ke Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (The International Consortium of Investigative Journalists/ ICIJ) yang memiliki lebih dari 100 mitra media massa di seluruh dunia.
Butuh waktu lebih dari satu tahun untuk menyelidiki dokumen tersebut sebelum dipublikasikan Minggu 3 April 2016 lalu. ”Pengungkapan besar ini menunjukkan betapa dalamnya akar praktik kriminalitas dan korupsi di dunia internasional,” kata ahli ekonomi dari Universitas California, Gabriel Zucman, dalam situs ICIJ, kemarin.
Dokumen Panama berisi 11,5 juta dokumen, antara lain terdiri atas 4,8 juta surat elektronik (e-mail ), 3 juta basis data, 2,1 juta dokumen PDF, 1,1 juta foto, 320.000 dokumen teks, dan 2.000-an file lainnya. Keseluruhan dokumen ini mencakup 2,6 terabit. Dokumen Panama menyebutkan 12 kepala negara atau mantan kepala negara dunia terlibat transaksi gelap.
Mereka adalah Presiden Argentina Mauricio Macri, mantan Perdana Menteri (PM) Georgia Bidzina Ivanishvili, PM Islandia Sigmundur David Gunnlaugsson, mantan PM Irak Ayad Allawi, mantan PM Yordania Ali Abu al-Ragheb. Kemudian, mantan Presiden Sudan Ahmad Ali al-Mirghani, Presiden Uni Emirates Arab (UEA) Khalifa bin Zayed bin Sultan Al Nahyan, mantan PM Qatar Hamad bin Jassim bin Jaber Al Thani, raja Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifa, dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz.
(Daily-News/EFA/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email