Di Singapura, Menteri Luar Negeri RI Retno L.P Marsudi bersama pemerintah internasional menyampaikan pandangan terhadap situasi keamanan, perdamaian, kemanusiaan yang ada di Rakhine. Bagi Menlu Retno, Pemerintah Indonesia melihat isu Rohingya di Myanmar secara komprehensif.
“Pertanyaannya apakah kita berhenti sampai di situ? tentu tidak. Kita ingin semua diselesaikan. Akar masalahnya apa? antara lain kebijakan, masalah hubungan antarkomunitas, dan kemiskinan,” ucap Menlu Retno di Hotel Pan Pacific, Singapura, Kamis 9 Februari 2017.
“Untuk menyelesaikan masalah itu, Indonesia juga membantu untuk menyelesaikan di akar masalahnya. Misalnya, pada tataran komunitas kita sudah berbicara kepada Myanmar dan pada Maret kita akan kembali mengirim delegasi untuk memperkuat interfaith dialogue (dialog antar agama),” imbuh Menlu Retno.
“Langkah ini juga dilakukan Mesir. Nah, kita dan Mesir akan berbicara dengan Myanmar,” tuturnya.
Sementara untuk masalah kemiskinan dan pendidikan di Rakhine, Indonesia menurut Menlu Retno sudah melakukan banyak. Misalnya, pemerintah sudah membangun enam sekolah di sana. Indonesia juga membangun fasilitas kesehatan serta memberikan bantuan makanan, baju dan sebagainya.
“Bantuan itu tidak hanya untuk komunitas muslim, tapi juga komunitas Budha karena Rakhine merupakan salah satu kecamatan termiskin di Myanmar,” tuturnya.
“Jadi semua orang yang tinggal di situ memerlukan bantuan dan kita coba membantu semua komunitas. Dengan memberikan bantuan pada komunitas, kita mengharapkan muncul rasa kepercayaan, persahabatan di antara mereka,” pungkas Menlu.
Jika bantuan hanya diberikan kepada satu pihak maka pihak lain akan merasa ditinggalkan dan itu akan menciptakan situasi tidak bagus. Intinya menurut Menlu Retno, Indonesia menjadi negara yang paling depan, paling aktif untuk menyelesaikan persoalan di Rakhine.[]
(Metro-TV-News/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email