Menabur angin menuai badai, pepatah itu tepat sekali diberikan pada Eep Saefulloh Fatah. Otak dibalik memanasnya Pilkada DKI dengan isu SARA yang luar biasa. Klimaksnya saat Eep mengusulkan agar Masjid digunakan untuk kendaraan Politik. Dan outputnya adalah keresahan masyarakat atas intimidasi jelang putaran kedua.
Eep tersenyum lebar ketika jagoannya menang di Pilkada DKI, menemukan sebuah pola politik busuk yang menggunakan sentimen SARA luar biasa. Sangat cocok untuk calon pemimpin yang otaknya di dengkul, karena tidak punya program kerja untuk diperdebatkan.
Kondisi ini berlanjut pada Aksi Boikot Kafe yang Eep dan Sandrina dirikan dan kelola. Hukuman sosial sedang terjadi. seperti pada foto diatas, ketika Sandrina bermaksud jemput putrinya malah dicuekin sama Ibu-ibu wali murd lainnya.
Kemenangan semu, demi kekuasaan saat ini sedang menjamur dan merasa benar karena banyak dukungan dari tokoh Islam. Tokoh Islam yang dimaksud adalah rombongan curut Petamburan tentunya, yang nafsu kuasai SDA Indonesia.
(Gerilya-Politik/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email