Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Sunni. Show all posts
Showing posts with label Sunni. Show all posts

Syiah Senang Atas Pemblokiran Situs Islam Yang Anti Syiah


Pemimpin Syiah di Sampang, Madura, Iklil Almilal, mendukung pemblokiran situs-situs yang diduga menyiarkan paham radikal seperti ISIS. Sebab sebagian dari situs yang ditutup itu sering mengadu domba umat Islam.

“Saya dukung itu. Sebagian dari situs yang diblokir itu sering menjelek-jelekkan paham lain. Mereka sebagian mengatasnamakan Sunni dan menjelekkan Syiah. Padahal Syiah itu menganggap Sunni saudara,” ujarnya kepada Okezone, Rabu (1/4/2015).

Ia mencontohkan, salah satu situs yang sering mengadu domba umat Islam adalah arrahman.com. Situs ini dinilai sering memuat materi yang memicu konflik. Situs ini pernah mengkafirkan Islam yang tidak sepaham dengan suni.

“Makanya untuk mencegah konflik blokir saja. Saya tidak mengerti tujuan mereka memuat materi-materi radikal. Saya yakin penulisnya bukan suni, tapi mengatasnakan suni,” ujar tutur Iklil.

AJI: Situs Islam yang Diblokir Bukan Karya Jurnalistik

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menilai situs-situs Islam yang diblokir Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkiminfo) tidak memuat karya jurnalistik. Sebab materi yang dimuat tidak memenuhi kaidah jurnalistik.

“Itu kan saya lihat mereka mengutip Alquran misalnya. Tapi tidak ada cover both side. Itu tidak memenuhi unsur-unsur jurnalistik,” ujar Kepala Bidang Hubungan Eksternal AJI, Eko Maryadi kepada Okezone, Rabu (1/4/2015).

PERMINTAAN BNPT kepada Kementerian Kominfo agar menutup dan memblokir via DNS sejumlah website Media Islam Online semakin menunjukkan adanya situs situs yang memfitnah “Syiah berpotensi menggulingkan pemerintah”.

Ketua Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Pusat si Athian Ali M. Da’i, MA merupakan provokator yang kerap memfitnah Syi’ah hendak melakukan revolusi.. Bagaimana akal sehat membenarkan segelintir Syi’ah menggulingkan mayoritas sunni di Indonesia… Paranoid adalah wujud radikalisme.. Ada sekitar 7 web yang diblokir tersebut adalah web anti syiah.

Yang sebenar sebenarnya adalah : “Radikalis wahabi melakukan gerakan anti syi’ah dengan mengatas namakan AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH  demi merebut kantong kantong Nahdlatul Ulama (NU)”.


PERMINTAAN BNPT kepada Kementerian Kominfo agar menutup dan memblokir via DNS sejumlah website Media Islam Online semakin menunjukkan adanya situs situs yang memfitnah “Syiah berpotensi menggulingkan pemerintah”.

Ketua Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Pusat si Athian Ali M. Da’i, MA merupakan provokator yang kerap memfitnah Syi’ah hendak melakukan revolusi.. Bagaimana akal sehat membenarkan segelintir Syi’ah menggulingkan mayoritas sunni di Indonesia… Paranoid adalah wujud radikalisme.. Ada sekitar 7 web yang diblokir tersebut adalah web anti syiah.

Yang sebenar sebenarnya adalah : “Radikalis wahabi melakukan gerakan anti syi’ah dengan mengatas namakan AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH  demi merebut kantong kantong Nahdlatul Ulama (NU)”.

Pemimpin Syiah di Sampang, Madura, Iklil Almilal, mendukung pemblokiran situs-situs yang diduga menyiarkan paham radikal seperti ISIS. Sebab sebagian dari situs yang ditutup itu sering mengadu domba umat Islam.
“Saya dukung itu. Sebagian dari situs yang diblokir itu sering menjelek-jelekkan paham lain. Mereka sebagian mengatasnamakan Sunni dan menjelekkan Syiah. Padahal Syiah itu menganggap Sunni saudara,” ujarnya, Rabu (1/4/2015).

Ia mencontohkan, salah satu situs yang sering mengadu domba umat Islam adalah arrahman.com. Situs ini dinilai sering memuat materi yang memicu konflik. Situs ini pernah mengkafirkan Islam yang tidak sepaham dengan suni.

“Makanya untuk mencegah konflik blokir saja. Saya tidak mengerti tujuan mereka memuat materi-materi radikal. Saya yakin penulisnya bukan suni, tapi mengatasnakan suni,” ujar tutur Iklil.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah meminta penyedia layanan internet (ISP) untuk memblokir 19 situs penggerak paham radikalisme.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kominfo, Ismail Cawidu, Senin 30 Maret 2015, menjelaskan pemblokiran tersebut atas permintaan dari Badan Nasional Penanggulangan terorisme (BNPT).
“Kemarin BNPT minta, dan pagi ini kami sudah kirim permintaan pemblokiran ke ISP,” ujar Cawidu kepada VIVA.co.id melalui sambungan telepon.

Dari 19 situs penggerak radikalimse terdapat beberapa situs yang sudah cukup familiar yaitu, arrahmah.com, voa-islam.com.

Sebelumnya, melalui surat nomor 149/K.BNPT/3/2015, BNPT meminta 19 situs diblokir karena dianggap sebagai situs penggerak paham radikalisme dan sebagai simpatisan radikalisme.

Berikut daftar lengkap 19 situs yang diminta diblokir:
1. arrahmah.com
2. voa-islam.com
3. ghur4ba.blogspot.com
4. panjimas.com
5. thoriquna.com
6. dakwatuna.com
7. kafilahmujahid.com
8. an-najah.net
9. muslimdaily.net
10. hidayatullah.com
11. salam-online.com
12. aqlislamiccenter.com
13. kiblat.net
14. dakwahmedia.com
15. muqawamah.com
16. lasdipo.com
17. gemaislam.com
18. eramuslim.com
19. daulahislam.com

BNPT : Membid’ahkan Kelompok Lain Masuk Radikalisme

Mustofa Nahra : Semua Situs Yang Diblokir Punya Kesamaan Anti Syiah

Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B Nahrawardaya melihat keanehan dalam penutupan situs-situs Islam. Mustofa melihat, semua situs yang diblokir pemerintah memiliki kesamaan melawan ideologi Syiah.

“Yang aneh  dari semua tujuh website maupun 22 website lainnya  melawan satu kelompok sama, selama ini yang saya lihat, yaitu kelompok yaitu Syiah,” ungkap Mustafa di acara LIVE TV ONE

di acara Kabar Indonesia Pagi TVOne ada diskusi tentang pemblokiran situs media Islam. Ketiga narasumber yang hadir adalah Budi Marta Saudin (Pemred GemaIslam.com) , Mustofa Nahrawardaya ( Anggota MPI PP Muhammadiyah ) dan Irfan Idris (Jubir BNPT).
 
Pak Irfan Idris menyampaikan kalau dalam paham radikalisme, syarat kriterianya mengajarkan paham takfiri, mengkafir-kafirkan, membahas jihad secara sempit. Irfan mengakui, situs-situs Islam yang diblokir pemerintah itu memang melawan pemikiran ISIS dan tidak sedikit dari website-website itu yang ikut membenci organisasi radikal tersebut. Akan tetapi, di antara halaman web cenderung mengharamkan demokrasi dan mengkafirkan pemerintah.
 
Beliau mengutarakan kalau ada aduan masyarakat untuk memblokir situs tertentu. Beliau juga terlalu melebar menjelaskan. Masalah khilafiyah dibawa-bawa, situs yang diblokir juga menghakimi kelompok lain, membid’ahkan kelompok tertentu, anti tahlilan. Ustadz Budi membantahnya langsung, masalah khilafiyah sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Jangan melebar dari kasus ISIS ke khilafiyah.
 
Dalam pemblokiran 19 situs Islam yang dianggap radikal, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengaku langsung melakukan pemblokiran. Mereka mempercayakan analisa itu pada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“Kominfo hanya sebagai moderator atau eksekutor dari laporan yang disampaikan. Dalam hal ini (radikal), berdasarkan laporan dari BNPT,” ujar Henri Subiakto selaku Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Media Massa Kominfo di Kementerian Kominfo, Jakarta, Selasa, 31 Maret 2015.

Ia mengaku Kominfo tidak melakukan kroscek terkait 19 situs tersebut. Mereka kemudian menginstruksikan ISP untuk segera memblokir, setelah mendapatkan surat rekomendasi dari BNPT.
“Kami yakin BNPT sudah menganalisanya,” jawabnya dengan singkat.

Dalam paparannya, ada tiga kriteria pemblokiran atau menutup akses sebuah situs melalui Kominfo.
Pertama, sudah dianalisa oleh Kementerian atau Lembaga yang mengajukan permintaan. Kedua, domain yang digunakan bukan domain Indonesia, bukan .id. Dan ketiga, dapat dipulihkan kembali (normalisasi), jika sudah tidak mengandung konten negatif dan mengikuti perundang-undangan yang berlaku.

Dalam permasalahan situs dakwah Islam yang diduga mengajak untuk radikal, ia mengungkapkan bahwa pihaknya hanya mengikuti aturan yang berlaku. Sementara, untuk situs-situs yang isinya memuat perjudian dan pornografi, maka itu tak perlu surat rekomendasi dari yang lain.
“Akan kami blokir langsung karena perjudian dan pornografi sudah jelas aturannya,” ucap dia.

Sudah Sejak 2012
Dalam kesempatan yang sama, BNPT juga mengatakan jika proses pemblokiran ini dilakukan setelah melakukan investigasi dan analisa internal sejak tahun-tahun sebelumnya.
“Penutupan situs-situs dianggap radikal dengan melibatkan pihak internel BNPT, dalam hal ini koordinasi dengan tokoh masyarakat dan kelompok-kelompok moderat. Ini bukan tiba-tiba, tapi sudah dilakukan koordinasi sejak tahun 2012,” ujar Direktur Deradikalisasi BNPT, Irfan Idris.
Setelah melakukan koordinasi dengan pihak berkompeten, maka dikatakan Irfan, BNPT menyatakan kriteria situs yang mengandung unsur konten radikal. Idris menyebutkan ada empat kriteria situs radikalisme menurut intansinya.

“Pertama, ingin melakukan perubahan dengan cepat menggunakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Kedua, takfiri atau mengkafirkan orang lain. Ketiga, mendukung, menyebarkan, dan mengajak bergabung dengan ISIS atau IS. Terkahir, memaknai jihad secara terbatas,” paparnya.

Dijelaskan Irfan, BNPT memiliki tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi) untuk melakukan koordinasi dengan pihak-pihak bersangkutan, mengenai terorisme tersebut. Kemudian, dia menambahkan, saat ini pemerintah sedang mengkampanyekan tahun damai di dunia maya. Artinya, mengupayakan untuk menangkal segala kelompok radikalisme pada situs yang diduga mengajak masyarakat untuk melakukan tindakan radikal.

“Kita memiliki wacana dan program untuk meng-counter ideologi, counter radikal, counter narasi, dan radikal propaganda,” imbuh dia.

Lalu, Irfan melanjutkan, kelompok-kelompok radikal ini menyasar generasi muda. Kemudian, anak muda tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecah belah persatuan negara.

Ternyata BNPT Hadiri Acara Muktamar Syiah

Acara pembukaan Muktamar II Ahlu Bait Indonesia (ABI) Jumat (14/11/2014) di Kemenag RI, Jalan Thamrin, Jakarta ikut dihadiri Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang baru, Irjen Pol Saud Usman Nasution.

Saud menghadiri acara pembukaan sekaligus menjadi pembicara seminar di acara Syiah yang mengusung tema “Menguatkan Nasionalisme, Menolak Intoleransi dan Ekstrimisme”.
Dalam paparan tema yang diusung, Saud Nasution berpesan agar tak melakukan paham-paham radikal dan perbuatan terlarang.

“Paham radikal dan perbuatan terlarang adalah perbuatan yang tidak diridoi,” pesannya di hadapan para jamaah Syiah.

Saud bahkan mengancam, jika hal ini dilakukan, ia tak segan-segan akan memperosesnya hingga ke pengadilan.
“Kita antar sampai ke pengadilan,” tambahnya.

Selain BNPT, ikut hadir di acara itu Kepala Litbang dan Diklat Kemenag Abdurrahman Mas’ud dan Dr Umar Shihab.

Sumber: https://syiahali.wordpress.com/

Jawaban Untuk http://www.eramuslim.com atas Pelecehan Syiah terhadap Ummul Mukminin Aisyah Ra: Membela Kehormatan Ummul Mukminin Aisyah Dari Hinaan Ulama Ahlusunnah Wal Jama’ah!!

Kita lihat http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/10-peristiwa-keagamaan-penting-dunia-pada-tahun-2010.htm#.VQniqM7Ca1s:


http://www.eramuslim.com mengatakan:
Pelecehan Syiah terhadap Ummul Mukminin Aisyah, Ra.
 
Pelecehan dan penghinaan terhadap Aisyah, ra menjadi catatan dan peristiwa penting bagi umat Islam dunia pada tahun 2010. Di mana seorang pendakwah Syiah asal Kuwait bernama Yasin Habib yang bermukim di London secara terang-terangan berani melecehkan ummul Mukminin Aisyah, Ra dan sahabat utama Nabi SAW lewat ceramah-ceramah terbukanya.

Aksi Yasin Habib yang menghina Aisyah, Ra menimbulkan reaksi dan kemarahan meluas dikalangan ulama Islam terkemuka, bahkan tokoh Syiah Iran, Ali Khomenei memerintahkan untuk menutup kuburan Abu Lu’lu’ah, pembunuh Umar bin Khattab yang dipuja-puja kalangan Syiah, untuk meredam kemarahan umat Islam.

================
Jawaban:

BENARKAH SYIAH MENUDUH AISHAH BERZINA?

tuduhan terhadap shia yang mengatakan Ummul-Mukminin Aisha ada melakukan perbuatan sumbang dan penzinaan adalah dusta semata-mata. Tidak pernah perkara yang sedemikian diperkatakan oleh shia. Tuduhan ini telah disebarkan secara hasad berabad dahulu lamanya oleh Nawasib dan Khawarij, supaya mereka dapat memulakan kekacauan. Mereka mengatakannya dari shia apa yang mereka sendiri telah katakan. Malangnya yang lain dengan tiada membuat penyiasatan, menyerang shia sebagaimana yang kamu telah lakukan sekarang. Jika kamu telah mempelajari buku-buku shia, kamu tidak akan terjumpa dimana-mana, bahawa Ummul-Mukminin Aisha telah dituduh melakukan zina.

AISHA TERLEPAS DARI TUDUHAN BERZINA.
Jika kamu membaca sejarah shia dan ulasannya, kamu akan lihat bagaimana mereka telah membela Ummul-Mukminin Aisha dari tuduhan zina. Yang sebenarnya laporan itu telah dibuat oleh sekumpulan orang muda hipokrit semasa hidupnya nabi. Sebahagian dari mereka yang terlibat adalah Mista bin Uthatha, Hasan bin Thabit dan Abdullah bin Ubayy. Mengenai terlepasnya Aisha dari tuduhan palsu para hipokrit, tujuh ayat telah diwahyukan di dalam al-Quran. Shia percaya bahawa untuk membuat tuduhan zina atau melakukan perbuatan sumbang terhadap mana-mana muslim adalah haram, tidak perlu disebut terhadap isteri nabi, sama ada dia Aisha atau HafsaH.

MAKSUD KEPADA TIDAK MEMPUNYAI KEPERCAYAAN OLEH ISTERI NUH DAN LUT.
Adalah pelik terhadap kamu yang telah salah ertikan tidak jujur bermaksud zina, walaupun terdapat jurang yang besar diantara duanya. Isteri para nabi adalah bebas dari zina. Disini perbincangannya adalah mengenai kepercayaan mereka. Pertama jika isteri nabi bertindak menyalahi arahan suaminya, dia pastinya tidak jujur Kedua bukan kami yang mengatakan mereka telah terbukti tidak jujur. Al-Quran sendiri yang mengatakan: Mereka tidak jujur kepada suami mereka,’ dan tidak jujur bukannya berzina. Sebagaimana saya telah katakan terdahulu, isteri para nabi bebas dari yang ini. Maka maksud tidak jujur adalah engkar.
 
Isteri nabi Nuh selalu menentang suaminya, dan kerap memalukannya dikhalayak ramai. Dia berkata: ‘suami saya gila. Oleh kerana saya selalu bersama dengannya siang dan malam, saya tahu keadaan sebenarnya. Janganlah tertipu olehnya.’ Isteri nabi Lut selalu memberitahu manusia tentang orang yang menjadi tetamu rumahnya. Dia selalu melakukan perbuatan yang keji dengan menyebarkan rahsia rumah mereka kepada para musuh. 
 
TIDAK JUJURNYA ISTERI TIDAK MENUNJUKKAN TIDAK SUCI.
Menurut pengulas al-Quran dan juga menurut dari kenyataan mereka yang ma’sum, pengertian surah an-Nur dimana kamu menunjukkan tujuan maksud kamu bahawa wanita jahat untuk lelaki jahat dan lelaki jahat tertarik kepada wanita jahat. Wanita baik untuk lelaki baik dan lelaki baik tertarik kepada mereka. Di dalam bab yang sama di dalam ayat selanjutnya Allah berkata: ‘Yang berzina lelaki tidak akan mengawini melainkan penzina wanita atau yang kafir dan bagi penzina wanita, tiada siapa yang akan mengahwininya melainkan penzina lelaki atau yang kafir. [24:3].
 
Secara ringkas ayat al-Quran ‘wanita jahat untuk lelaki jahat…’ tidak menunjukkan bukti pada maksud kamu. 
 
Betapa sering genderang perang anti Syi’ah (pengikut setiap Ahlulbait as.) dibunyikan para penabur fitnah dari kalangan nawâshib (para musuh Ahlulbait as.) dan mereka yang tertipu dengan kepalsuan dengan fitnahan bahwa Syi’ah menghina Aisyah Ummul Mukmini dan mencacinya! Dan betapa pun ulama Syi’ah dan para penganjur Wahdah Islamiyah dari kalangan ulama Sunni menyadarkan kaum awam Sunni bahwa semua itu adalah fitnah dan tidak mewakili pandangan Mazhab Syi’ah Ja’fairiyah Itsnâ Asyariyah tetap saja para penebar fitnah itu getol menjajakan fitnahannya dan tetap juga banyak kaum awam tertipu dengannya (namanya juga awam, ya pasti rawan dibodohi kaum cerdik jahat!)
Sementara itu tidak sedikit hadis/riwayat Sunni yang menghinakan Nabi saw. dan keluarganya mereka terima dan tidak ada sikap berani untuk menolaknya! Sebagaimana tidak sedikit riwayat yang menghinakan Aisyah (walaupun sebagiannya dimaksudkan untuk memujinya). Dalam kesempatan ini saya hanya akan membawakan bukti kecil batapa riwayat-riwayat Ahlusunnah tidak sedikit yang menghina Aisyah; Ummul Mukimin, istri Nabi saw.

Kata Hadis Sunni Aisyah Sering Mejeng Untuk Menggait Para Pemuda Quraisy! Itulah yang mereka riwayatkan. Aisyah keluyuran di jalan-jalan untuk menarik perhatian para pemuda suku Quraisy yang nakal tentunya! Bukankah ini sebuah penghinaan besar atas istri Nabi, Ummul Mukminin Aisyah?! Dengarkan laporan Ibnu Abi Syaibah (tokoh hadis agung Ahlusunnah) dalam kitab Mushannaf-nya. Ia meriwayatkan dari Asiyah bahwa:

أنَّها شوَّفَت جاريةً و طافَتْ بِها. قالت: لَعَلنا نصطادُ بِها شبابَ قُريشٍ

“Sesungguhnya ia mendandani seorang gadis belia/budak perempuannya lalu mengajaknya keliling (kota/kampung). Dan Aisyah berkata, “Mungkin kami bisa menjaring pemuda Quraisy dengan perantaraan budak ini.” [Mushannaf; Ibnu Abi Syaibah,4/49.].

Ustad Husain Ardilla & AHLUL BAIT NABI SAW berkata:
Kami tidak mengetahui dengan pasti, (mungkin Anda atau para ulama Sunni dan Wahhâbi-Salafi mengetahuinya) apakah saat itu beliau sudah menikah dengan Nabi dan menjadi ibu kaum Mukminin, atau saat itu beliau ra. masih belum menjadi istri Nabi?!

Yang pasti, apa yang dikatakan oleh riwayat Sunni itu jelas-jelas menghinakan Aisyah sebagai ibiu kaum Mukminin! Kecuali jika para ulama Sunni melihatnya sebagai prilaku biasa-biasa saja! Dan menjajakan diri untuk menjaring kaum muda nakal di jalan tidak merusak kehormatan seorang wanita! Jika benar demikian (dan itu yang dikatakan riwayat Sunni) lalu apa bedanya pelakunya dengan tante-tente girang yang biasa mejeng di mool-mool untuk mencari perhatian dari para pemuda gagah perkasa!Subhanallah! Sungguh ini sebuah penghinaan atas kehormatan istri Nabi saw.! Bukankah kita wajib menghormati para istri Nabi saw.?!

Hadis Shahih Bukhari Dan Ummul-mukminin Aisyah ra.

Pendahuluan
Tidak diragukan lagi bahwa Nabi saw selalu terbimbing oleh wahyu dalam apa yang disampaikannya. Sebagaimana ayat-ayat Al Qur’an juga menegaskan bahwa di antara tugas penting  beliau saw. adalah memberi peringatan, indzâr. Demikian pula dengan sifat belas kasih Rasul saw. terhadap umat beliau adalah hal yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Beliau sangat besar perhatian dan belas kasihnya terhadap umat ini. Ayat-ayat tentangnya sangat banyak, sehingga tidak perlu rasanya disebutkan satu-persatu di sini!

Di antara yang menyita perhatian dan membuat kesedihan dan keprihatinan mendalam tak menyingkir dari pikiran beliau adalah fitnah yang akan dialami oleh sekelompok dari umat Islam. Dan yang lebih menyakitkan lagi adalah bahwa fitnah itu bakal dimotori dan dikomadoi oleh orang-orang yang secara formal telah mengikat dengan beliau dengan sebuah ikatan tertentu.
Imam Bukhari dalam kitab hadis Shahihnya yang diyakini sebagai kitab suci tershahih setelah Al Qur’an wahyu terakhir Allah dan yang semua hadisnya adalah shahih 100%, telah membongkar sebuah data berbahaya tentang lakon fitnah dan dari nama tanduk setan akan muncul.
Kata hadis shahih riwayat Imam Bukhari itu ternyata fitnah menyesatkan dan tanduk setan yang membahayakan umat Rasulullah saw. akan digodok matang di dapur Rumah Ummul Mukminin Aisyah ra dan akan keluar  disajikan sebagai hidangan maut atas umat beliau!
Sungguh mengerikan!

Mengingat dampak buruknya yang tak terbayangkan dan bahayanya yang mengerikan, Rasulullah saw. yang sangat berbelas kasih terhadap umatnya itu tidak mencukupkan dengan hanya mengingatkan Aisyah  ‘istri terkasihnya’ secra pribadi agar tidak bangkit sebagai lakon fitnah dan rumahnya menjadi tempat setan memamerkan kekuatan jahatnya! Lebih dari itu, tanggung jawab berat beliau saw. sebagai mundzir, pemberi peringatan menuntut beliau untuk bangkit berpidato di hadapan para sahabat. Dari atas mimbar suci itulah Rasulullah saw. berpidato menegaskan seraya menunjuk rumah tempat tinggal Aisyah bahwa dari rumah itulah kelak fitnah akan bangkit dan tanduk setan akan muncul!

Perhatikan sobat teks pidato abadi sang Rasul yang kasih!

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا جُوَيْرِيَةُ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطِيبًا فَأَشَارَ نَحْوَ مَسْكَنِ عَائِشَةَ فَقَالَ هُنَا الْفِتْنَةُ ثَلَاثًا مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ

صحيح البخاري – كِتَاب فَرْضِ الْخُمُسِ – بَاب مَا جَاءَ فِي بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا نُسِبَ مِنْ الْبُيُوتِ إِلَيْهِنَّ

Imam Bukhari meriwayatkan … dari Nâfi’ dari Abdullah bin Umar ra.: Nabi saw. berdiri berpidato seraya menunjuk ke arah rumah Aisyah lalu bersabda, “Di situlah fitnah! -beliau mengulangnya tiga kali- di mana tanduk setan akan muncul.”![1]
Teks Arab diatas saya ambil dari “Shahih Bukhari Online” situs Kementrian Agama Arab Saudi http://hadith.al-islam.com/Page.aspx?pageid=192&TOCID=1974&BookID=24&PID=2941 )
Demikianlah Nabi Muhammad saw memperingatkan para sahabat dan tentunya juga kita semua agar mengetahui sumber fitnah berawal dari mana? Dan kekuatan penyesat dan penghancur keutuhan umat dan ajaran -yang disebut sebagai tanduk setan- akan muncul dari mana?

Para Ulama Lari Dari Tanggungjawab!
Para ulama adalah pewaris para nabi as. Tentunya mereka juga harus memerankan peran para nabi dalam membimbing umat, memberikan pencerahan dan penyadaran! Akan tetapi yang sangat disayangkan, sebagian ulama justeru melakukan upaya pembodohan umat Islam! Mereka tidak menjadi penyambung lidah suci Nabi saw. tetapi yang mereka lakukan justeru merahasiakan sabda-sabda suci Nabi saw.! setelah gagal merahasiakannya, mereka mempelesetkan maksud dan kandungannya, alhasil mereka membodohi umat yang awam! Namun kasihan mereka karena ternyata tidak semua umat Islam awam dan mudah tertipu oleh pembodohan para ulama yang mengaku sebagai pewaris para nabi as.!

Dalam kasus kita ini, kenyataaan itu terlihat begitu nyata! Para pensyarah Shahih Bukhari berusaha membelokkan kandungan hadis ini dan cenderung lari dari tanggung jawab penerjemahan maksud sebenarnya dari sabda suci di atas!

Mereka berusaha lari dari menerangkan maksud hadis dan menanti kelengahan para santri atau kaum setengan awam setengah alim (yang biasa dipanggil kaum awam sebagai sang maha guru/Syeikh/ustadz dan diandalkan sebagai penyambung lidah suci agama). kelengahan mereka benar-benar dinanti oleh para pensyarah itu!

Ambil contoh nyata! Ibnu Hajar al Asqallani dalam kitab Fathul Bâri-nya yang merupakan syarah Shahih Bukhari terlengkap, tenyata ia lari dari menerangkan hadis bahwa fitnah itu dari rumah Aisyah! Dan tanduk setan akan muncul dari rumah Aisyah! Dan yang aneh lagi ia mengajak kita menyimpang jauh dengan mengatakan bahwa yang dimaksud dengannya adalah arah timur! Nabi saw. mengatakan fitnah itu muncul dari arah Timur! Maksudnya negeri Irak. Semua itu ia lakukan setelah mendemostrasikan kehebatannya dalam mengakurkan antara berbagai riwayat –katanya-! Sebab ada sabda nabi saw. yang mengatakan bahwa fitnah akan keluar dari sana! Seraya beliau menunjuk ke arah Timur!

Saya tidak mengerti, kaidah apa yang sedang diandalkan oleh sang penutup para hafiz itu? Sebab setahu saya (dan tentunya selain ini tidak benar) bahwa apabila ada dua nashyang satu bersifat umum dan yang lainnya bersifat khusus maka yang umum itu mesti diikat dengan yang khusus, sehingga mestinya hadis yang menyebut arah Timur itu dimaknai yang khusus yaitu yang menyebut rumah Aisyah!
Ringkas kata, ada upaya untuk mempermainkan akal kaum awam!

Akhirul Kalam! 
Sabda suci Nabi saw. tentang rumah siti Aisyah belum diterjemahkan dengan benar oleh para ulama’!
Hadis itu jelas sekali memuat kecaman keras atas fitnah yang menjadi pintu masuk setan untuk menebar fitnah penyesatan dan perpecahan!

Dan yang terakhir saya ingin katakan di sini. hadis kecaman terhadap rumah Aisyah seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari; imam ahli hadis teragung Ahlusunnah…. andai hadis seperti itu diriwayatkan oleh ahli hadis Syi’ah apalagi oleh Syeikh al Kulaini (semoga rahmat Allah tercurah atasnya), apa kira-kira sikap para penebar fitnah perpecahan itu akan berkomentar?

Jawabnya tidak samar bagi Anda. Pasti mulut-mulut berbisa itu akan segera memuntahkan bisa beracunnya dan mengatakan bahwa Syi’ah menghina ibu kaum Mukmini Aisyah ra.! Karena Syi’ah kafir dan halal darah mereka..!

Bukankah demikian apa yang selama ini mereka lakukan sesuai dengan tugas yang dibebankan ke atas pundak mereka oleh kaum Zionis dan para masyâikh Wahhâbi Salafi (yang sebagian dari mereka “buta” dan sebagian lainya “setengah buta” serta yang lain lagi melek  tetapi lebih buta dari yang buta) yang selama ini menjadi agen resmi maupun amatiran musuh-musuh persatuan Islam dan kaum Muslimin!

Pendek kata saya masih akan setia menanti jawaban dan keterangan memuaskan dari para ulama bukan dari para mukallid kaum “buta” yang jalannya meraba-raba!
Barang siapa buta di dunia ini maka ia di akhirat nanti buta dan lebih sesat jalannya!


Rujukan:
[1] Shahih Bukhari,4/100 Bab Mâ Jâa Fî Buyûti Azwâji an Nabi saw. habis no.3279. baca juga Fathul Bâri,13/69.

Saya menyakini bahwa Yasin Habib dari London bukanlah dari kalangan syiah, tetapi dari kalasngan zionis wahabi yang mengaku syiah.

Sunni Menuduh Nabi Muhammad Saw. Berniat Bunuh Diri Karena Stres Berat !


Nabi Muhammad Saw. Dan Awal Prosesi Pelantikan Kenabian Dalam Gambaran Bukhari

  • Nabi Muhammad Saw. Disiksa Jibril as.
  • Nabi Muhammad Saw. Ragu Akan Kenabiannya.
  • Nabi Muhammad Saw. Berniat Bunuh Diri Karena Stres Berat!
Bukhari (kitab kebanggan nomer satu Ahlusunnah) mengawali kitab Shahih-nya dengan melecehkan kehormatan sang Nabi mulia Muhammad Saw. bahwa beliau meragukan kenabiannya sendiri!


Bukhari mengawali kitab Shahih-nya dengan menyebut riwayat panjang bersumber dari Urwah ibn Zubair dari bibinya; Aisyah ra. tentang awal prosesi pelantikan kenabian yang sangat mengerikan dan belum pernah dilakukan Allah SWT terhadap seorang-pun dari rasul-rasul terdahulu. Dalam riwayat panjang itu digambarkan bahwa Nabi saw. dilantik menjadi nabi dalam suasana yang sangat rumit lagi menegangkan. Beliau tidak menyaksikan malaikat Jibril as. dalam kondisi terang benderang dan gamblang, seperti yang digambarkan Allah dalam firman-Nya:

وَاللَّيْلِ إذا عَسْعَسَ. وَالصُّبْحِ إذا تَنَفَّسَ. إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ . ذِي قُوَةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ . مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ . وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ . وَلَقَدْ رَآهُ بِالآفُقِ الْمُبِينِ . وَمَا هُوَعَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ. وَمَا هُو َبِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ . فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ . إِنْ هُوَإِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ . لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ .وَمَا تَشَاءُونَ إلا أَنْ يَشَاءَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ .

Demi  malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya,* Dan  demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing,* Sesungguhnya  Al Qur’an itu benar- benar firman ( Allah yang dibawa oleh ) utusan yang mulia  (Jibril),* Yang  mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arasy,* Yang  ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.* Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali- kali orang yang gila.* Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.* Dan Dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang gaib.* Dan Al Qur’an itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk,* Maka  ke manakah kamu akan pergi.* Al Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam,* (Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.* Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.(QS. At Takwîr [81];17-29 ).

Bukhari mengatakan dalam riwayatnya bahwa Jibril dalam ufuk yang samar dan kenabian pun kabur tanda-tanda kejelasannya!
Jibril as. pun memperlakukan Nabi kesayangan Allah dengan perlakuakn sadis dan kasar. Jibril memaksa Nabi saw. untuk membaca. Tetapi beliau tidak tau apa yang harus beliau baca! Beliau menjawab, ‘Aku bukan orang yang bisa baca!’ mendengar alasan itu Jibril tidak menerima… ia tetap memaksa dengan kasar sambil memeras Nabi saw. dalam selimut yang ia pakai, hingga kelelahan pun mencapai puncaknya. Setelahnya Jibril as. melepas Nabi dari dekapannya. Setelah memerintahnya lagi untuk membaca, dan Nabi pun menjawab dengan jawaban seperti pertama, Jibril pun tidak mengindahkan uzur Nabi. Ia mendekap kembali dengan tekanan keras Nabi saw. dalam selimut itu. Tiga kali perlakuan kasar itu dilakonkan Jibril as. dan Nabi pun tidak berdaya menghadapinya. Makluk Jibril adalah seorang malaikat yang sangat perkasa lagi kuat!
Setelahnya baru Jibril membacakaan lima ayat pertama surah al ‘Alaq (iqra’) dan Nabi pun mengikuti bacaan Jibril!
Dongeng itu tidak berhenti di sini…. Ada yang lebih mengerikan! Sepulang dari bersemedi di gua Hirâ’ dan kedatangan Jibril yang menyeramkan dan kasar itu, Nabi pulang dengan rasa takut tak terbayangkan yang menghantuinya…  Nabi saw. takut kalau yang mendatangiinya di gua Hirâ’ ternyata adalah setan/jin yang hendak menggangu jiwa beliau dan mau menjadikan beliau agen jin alias menajdi dukun!
Nabi pulang ketakutan dan langgsung menemui istri tercintanya Khadijah dan mengabarkan semua pengalaman yang beliau alami… beliau ceritakan pristiwa kedatangan Jibril yang bengis dan kasar itu kepada Khadijah…. Sambil ketakukan Nabi menceritakannya!
Nah, Anda pasti sudah tidak sabar untuk menyaksikan edisi lengkapnya dalam Shahih Bukahri?

Perhatikan riwayat Bukhari dari Aisyah ra. di bawah ini.

حَدَّثَنَا ‏ ‏يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏اللَّيْثُ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عُقَيْلٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏ابْنِ شِهَابٍ ‏ ‏ح ‏ ‏و حَدَّثَنِي ‏ ‏عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏عَبْدُ الرَّزَّاقِ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏مَعْمَرٌ ‏ ‏قَالَ ‏ ‏الزُّهْرِيُّ ‏ ‏فَأَخْبَرَنِي ‏ ‏عُرْوَةُ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عَائِشَةَ ‏ ‏رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ‏ ‏أَنَّهَا قَالَتْ ‏: أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّادِقَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ فَكَانَ يَأْتِي ‏ ‏حِرَاءً ‏ ‏فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ ‏ ‏وَهُوَ التَّعَبُّدُ ‏ ‏اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ ‏ ‏وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى ‏ ‏خَدِيجَةَ ‏ ‏فَتُزَوِّدُهُ لِمِثْلِهَا حَتَّى فَجِئَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي ‏ ‏غَارِ حِرَاءٍ ‏ ‏فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فِيهِ فَقَالَ اقْرَأْ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏فَقُلْتُ ‏ ‏مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي ‏ ‏فَغَطَّنِي ‏ ‏حَتَّى بَلَغَ مِنِّي ‏ ‏الْجَهْدُ ‏ ‏ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي ‏ ‏الْجَهْدُ ‏ ‏ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي ‏ ‏الْجَهْدُ ‏ ‏ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ ‏: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ‏ (حَتَّى بَلَغَ) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ . فَرَجَعَ بِهَا تَرْجُفُ ‏ ‏بَوَادِرُهُ ‏ ‏حَتَّى دَخَلَ عَلَى ‏ ‏خَدِيجَةَ ‏ ‏فَقَالَ ‏ ‏زَمِّلُونِي ‏ ‏زَمِّلُونِي فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ فَقَالَ يَا ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏مَا لِي وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ وَقَالَ قَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي فَقَالَتْ لَهُ كَلَّا أَبْشِرْ فَوَاللَّهِ لَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ ‏ ‏الْكَلَّ ‏ ‏وَتَقْرِي ‏ ‏الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ ثُمَّ انْطَلَقَتْ بِهِ ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏حَتَّى أَتَتْ بِهِ ‏ ‏وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى بْنِ قُصَيٍّ ‏ ‏وَهُوَ ابْنُ عَمِّ ‏ ‏خَدِيجَةَ ‏ ‏أَخُو أَبِيهَا وَكَانَ امْرَأً تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعَرَبِيَّ فَيَكْتُبُ بِالْعَرَبِيَّةِ مِنْ الْإِنْجِيلِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ فَقَالَتْ لَهُ ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏أَيْ ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ فَقَالَ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ النَّبِيُّ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏مَا رَأَى فَقَالَ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَى ‏ ‏مُوسَى ‏ ‏يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا أَكُونُ حَيًّا حِينَ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ فَقَالَ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏نَعَمْ لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا ثُمَّ لَمْ ‏ ‏يَنْشَبْ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ فَتْرَةً حَتَّى حَزِنَ النَّبِيُّ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.‏ ‏فِيمَا بَلَغَنَا حُزْنًا غَدَا مِنْهُ مِرَارًا كَيْ يَتَرَدَّى مِنْ رُءُوسِ شَوَاهِقِ الْجِبَالِ فَكُلَّمَا أَوْفَى بِذِرْوَةِ جَبَلٍ لِكَيْ يُلْقِيَ مِنْهُ نَفْسَهُ تَبَدَّى لَهُ ‏ ‏جِبْرِيلُ ‏ ‏فَقَالَ يَا ‏ ‏مُحَمَّدُ ‏ ‏إِنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ حَقًّا فَيَسْكُنُ لِذَلِكَ ‏ ‏جَأْشُهُ ‏ ‏وَتَقِرُّ نَفْسُهُ فَيَرْجِعُ فَإِذَا طَالَتْ عَلَيْهِ فَتْرَةُ الْوَحْيِ غَدَا لِمِثْلِ ذَلِكَ فَإِذَا أَوْفَى بِذِرْوَةِ جَبَلٍ تَبَدَّى لَهُ ‏ ‏جِبْرِيلُ ‏ ‏فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ ‏

“Dengan sanad bersambung kepada Zuhri dari Urwah ibn Zubair dari Aisyah ra. ia berkata, “Permulaan wahyu yang dialami Rasulullah saw. adalah berupa mimpi yang benar dalam tidur. Beliau mendapati mimpi tersebut sebagaimana munculnya keheningan fajar subuh, kemudian dicintakan kepada beliau menyendiri. Beliau menyediri di gua Hirâ’. Di sana beliau menghabiskan beberapa malam untuk beribadah dengan mengabdikan diri kepada Allah SWT. sebelum kembali ke rumah dan mengambil bekal. Setelah beberapa hari berada di sana beliau pulang kepada Khadijah, mengambil bekal untuk beberapa malam lainnya. Sehingga datang kepadanya kebenaran (wahyu) ketika beliau berada di gua Hirâ’. Maka malaikat (Jibril as.) berkata, ‘Bacalah (wahai Muhammad!)’. Beliau berkata, ‘Aku bukan orang yang bisa membaca.’ Rasulullah saw. melanjutkan, ‘Malaikat kemudian memegang aku lalu mendekapku erat-erat kepayahan mencapai puncaknya. Kemudian Malaikat melepasku seraya berkata, ‘Bacalah (wahai Muhammad!).’ Beliau sekali lagi berkata, ‘Aku bukan orang yang bisa membaca.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Kemudian Malaikat memegang aku kedua kali lalu mendekapku erat-erat kepayahan mencapai puncaknya. Kemudian Malaikat melepasku sambil berkata, ‘Bacalah (wahai Muhammad!).’ Beliau berkata, ‘Aku bukan orang yang bisa membaca.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Kemudian Malaikat memegang aku untuk ketiga kali serta mendekapku erat-erat kepayahan mencapai puncaknya. Kemudian Malaikat melepaskanku dan membaca firman Allah:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ* خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ * اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَم ُ* الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ * عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ


.
“Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan* Dia menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhan mu Yang Maha Pemurah yang mengajar manusia melalui pena. Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahui.”
Setelah itu beliau pulang menemui Khadijah dalam keadaan gemetar hatinya (ketakutan), beliau berkata, ‘Selimutilah aku! Selimutilah aku!’ Lalu Khadijah menyelimuti beliau hingga hilang rasa gementar dari diri beliau. Kemudian beliau berkata kepada Khadijah, ‘Wahai Khadijah! Apakah yang telah terjadi terhadapku ini? Lalu beliau menceritakan seluruh peristiwa yang terjadi. Beliau berkata lagi, ‘Aku benar-benar khawatir atas diriku.’
Khadijah  menghibur beliau dengan berkata, ‘Tidak! Bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Demi Allah! Sesungguhnya, engkau telah menyambung tali persaudaraan, bertutur kata benar, memikul beban orang lain, suka membantu orang yang tidak punya, menjamu tamu dan senantiasa membantu orang yang kesusahan.’
Lalu Khadijah berangkat dengan membawa Nabi menjumpai Waraqah ibn Naufal ibn  Asad ibn Abdul Uzza; sepupu Khadijah. Dia memeluk agama Nasrani pada zaman Jahiliyah. Dia pandai menulis dan ia menulis kitab Injil dalam bahasa Arab. Ketika itu dia telah tua dan buta. Khadijah berkata kepadanya, ‘Wahai anak paman, dengarlah cerita dari anak saudaramu ini!’. Waraqah ibn Naufal berkata, ‘Wahai anak saudaraku! Apakah yang telah terjadi padamu?’ Rasulullah saw. menceritakan semua pristiwa yang beliau telah alami. Mendengar cerita itu, Waraqah berkata, ‘Ini adalah Namûs yang dahulu pernah datang kepada Nabi Musa as. Alangkah beruntungnya andai aku masih muda di saat-saat engkau dibangkitkan menjadi nabi. Dan andai aku masih hidup di saat-saat engkau diusir oleh kaummu.’
Lalu Rasulullah saw. berkata, ‘Apakah mereka akan mengusirku?’
Waraqah menjawab, ‘Ya. Setiap nabi yang bangkit membawa tugas sepertimu, pasti akan dimusuhi. Seandainya aku masih hidup di zamanmu, niscaya aku akan benar-benar membelamu.’
Maka tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia. Dan wahyu pun terputus, sehingga Rasulullah saw. sedih. Dan dalam berita yang sampai kepada kami beliau sangat sedih sekali sampai-sampai beliau berkali-kali berangkat untuk melemparkan diri dari puncak gunng. Maka setiap kali beliau telah sampai di puncak gunung untuk melemparkan diri (bunuh diri), Jibril muncul seraya berkata, ‘Hai Muhammad, sesungguhnya engkau benar-benar adalah Rasul, utusan Allah.’ Maka jiwa Nabi pun menjadi tenteram dan tenang. Dan jika terjadi lagi keterputusan wahyu itu, Nabi berniat melakukan bunuh diri lagi. Dan ketika sampai di puncak gunung, Jibril muncul lagi dan mengatakan yang serupa.” [1]
Dalam kesempatan lain Bukhari juga meriwayatkan sebagai berikut:

حَدَّثَنَا ‏ ‏يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ ‏ ‏قَالَ حَدَّثَنَا ‏ ‏اللَّيْثُ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عُقَيْلٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏ابْنِ شِهَابٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ ‏ ‏أَنَّهَا قَالَتْ :‏أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ ‏ ‏فَلَقِ ‏ ‏الصُّبْحِ ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ وَكَانَ يَخْلُو ‏ ‏بِغَارِ حِرَاءٍ ‏ ‏فَيَتَحَنَّثُ ‏ ‏فِيهِ ‏ ‏وَهُوَ التَّعَبُّدُ ‏ ‏اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ ‏ ‏قَبْلَ أَنْ ‏ ‏يَنْزِعَ ‏ ‏إِلَى أَهْلِهِ وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى ‏ ‏خَدِيجَةَ ‏ ‏فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي ‏ ‏غَارِ حِرَاءٍ ‏ ‏فَجَاءَهُ ‏ ‏الْمَلَكُ ‏ ‏فَقَالَ ‏ ‏اقْرَأْ قَالَ مَا أَنَا بِقَارِئٍ قَالَ فَأَخَذَنِي ‏ ‏فَغَطَّنِي ‏ ‏حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ ‏ ‏أَرْسَلَنِي ‏ ‏فَقَالَ اقْرَأْ قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي ‏ ‏فَغَطَّنِي ‏ ‏الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ ‏ ‏أَرْسَلَنِي ‏ ‏فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي ‏ ‏فَغَطَّنِي ‏ ‏الثَّالِثَةَ ثُمَّ ‏ ‏أَرْسَلَنِي ‏ ‏فَقَالَ ‏{ ‏اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ ‏ ‏عَلَقٍ ‏ ‏اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ‏} ‏فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏يَرْجُفُ فُؤَادُهُ فَدَخَلَ عَلَى ‏ ‏خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ ‏ ‏رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ‏ ‏فَقَالَ ‏ ‏زَمِّلُونِي ‏ ‏زَمِّلُونِي ‏ ‏فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ ‏ ‏الرَّوْعُ ‏ ‏فَقَالَ ‏ ‏لِخَدِيجَةَ ‏ ‏وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي فَقَالَتْ ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏كَلَّا وَاللَّهِ ‏ ‏مَا يُخْزِيكَ ‏ ‏اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ ‏ ‏الْكَلَّ ‏ ‏وَتَكْسِبُ ‏ ‏الْمَعْدُومَ ‏ ‏وَتَقْرِي ‏ ‏الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى ‏ ‏نَوَائِبِ ‏ ‏الْحَقِّ فَانْطَلَقَتْ بِهِ ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏حَتَّى أَتَتْ بِهِ ‏ ‏وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى ‏ ‏ابْنَ عَمِّ ‏ ‏خَدِيجَةَ ‏ ‏وَكَانَ امْرَأً قَدْ ‏ ‏تَنَصَّرَ ‏ ‏فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعِبْرَانِيَّ فَيَكْتُبُ مِنْ الْإِنْجِيلِ بِالْعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ فَقَالَتْ لَهُ ‏ ‏خَدِيجَةُ ‏ ‏يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ فَقَالَ لَهُ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏يَا ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏خَبَرَ مَا رَأَى فَقَالَ لَهُ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏هَذَا ‏ ‏النَّامُوسُ ‏ ‏الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى ‏ ‏مُوسَى ‏ ‏يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ قَالَ نَعَمْ لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا ‏ ‏مُؤَزَّرًا ‏ ‏ثُمَّ لَمْ ‏ ‏يَنْشَبْ ‏ ‏وَرَقَةُ ‏ ‏أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ

‏‏قَالَ ‏ ‏ابْنُ شِهَابٍ ‏ ‏وَأَخْبَرَنِي ‏ ‏أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ‏ ‏أَنَّ ‏ ‏جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ ‏ ‏قَالَ ‏ ‏وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْيِ فَقَالَ فِي حَدِيثِهِ بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا ‏ ‏الْمَلَكُ ‏ ‏الَّذِي جَاءَنِي ‏ ‏بِحِرَاءٍ ‏ ‏جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَرُعِبْتُ مِنْهُ فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ ‏ ‏زَمِّلُونِي ‏ ‏زَمِّلُونِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى ‏ {‏يَا أَيُّهَا ‏ ‏الْمُدَّثِّرُ ‏ ‏قُمْ فَأَنْذِرْ ‏ ‏إِلَى قَوْلِهِ ‏ ‏وَالرُّجْزَ ‏ ‏فَاهْجُرْ‏} ‏فَحَمِيَ ‏ ‏الْوَحْيُ وَتَتَابَعَ ‏ ‏تَابَعَهُ ‏ ‏عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ ‏ ‏وَأَبُو صَالِحٍ ‏ ‏وَتَابَعَهُ ‏ ‏هِلَالُ بْنُ رَدَّادٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏الزُّهْرِيِّ ‏ ‏وَقَالَ ‏ ‏يُونُسُ ‏ ‏وَمَعْمَرٌ ‏ ‏بَوَادِرُهُ ‏

( Sumber Hadis: “Bukhari Online” Situs Kementrian Urusan Agama dan Wakaf Saudi Arabia:
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=6
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=10403
Para Ulama Makin Memperseram Adegan Drama Mencekam!
Sebagian ulama ingin melengkapi edisi drama mencekam itu dengan data-data sebagai berikut:
Dalam Kitab as Sirah Al Halabiyah[2]disebutkan bahwa setelah pulang dari rumah Waraqah Khadijah mengadakan suatu percobaan untuk meyakinkan bahwa yang datang kepada Nabi adalah benar-benar Jibril dan bukan setan atau roh-roh jahat lainya.

Ketika beliau duduk berdua di rumahnya, maka datanglah makhluk yang seram yang pernah mendatanginya di Qua Hira’ dan ketika itulah Khadijah mulai mengadakan suatu eksperimen (percobaan), ia memerintahkan Nabi untuk duduk di pangkuan kanannya, ternyata makhluk itu tidak juga menghilang, diperintahkannya lagi agar duduk di pangkuan kiri, ternyata juga tidak menghilang dan disuruhnya lagi pindah di pangkuan tengah akan tetapi, makhluk itu tidak juga mau menyingkir, bahkan mengayunkan langkah-langkahnya untuk mendekat, maka Khadijah pun harus memainkan kartu terakhirnya ia pun menyingkap jilbabnya, dan menyaksikan hal itu, makhluk yang seram itu menghilang dan tidak datang lagi.

Dengan percobaan itu Khadijah dapat memastikan secara yakin bahwa makhluk yang seram itu adalah Jibrill (Malaikat pembawa wahyu).

Dan untuk mendapatkan hasil percobaan yang mendebarkan tersebut dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, sehingga Nabi sendiri berinisiatif untuk bunuh diri dengan menerjunkan diri dari puncak gunung, namun setiap kali beliau akan melakukan nitaannya itu ada penghalang yang datang menggagalkan usaha itu, Jibril datang dan berkata: Aku adalah Jibril dan kamu adalah utusan Allah.
Demikianlah kisah singkat turunnya wahyu serta pengaruhnya terhadap jiwa dan mentalitas Nabi. Pada riwayat Imam Bukhari tersebut di atas ada sebuah kalimat yang bunyinya demikian:

لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي

“Aku khawatir akan diriku.”.

Akan tetapi Ath Thabari dan Ibnu Sa’ad menerangkannya bahwa yang ditakutkan adalah stres yang akan membawa kepada sakit jiwa (gila) atau takut jadi dukun santet. Ibnu Sa’ad, berkomentar: Aku takut kalau sampai aku menjadi dukun santet. Dan dalam kesempatan lain ia berkomentar: “Aku takut kemasukan/kesurupan jin yang menyebabkan gila [3]”.

Sedangkan Ibnu Jarîr ath Thabari ketika membawakan kisah awal turunnya wahyu, ia  berkomentar, “Nabi berkata, ‘Tiada sesuatu benda yang aku benci lebih dari seorang penyihir dan orang gila, aku tidak kuasa untuk memandang keduanya.’ Kemudian ia melanjutkan, ‘Aku takut menjadi seperti keduanya. Jangan sampai orang-orang Quraisy mengatakan hal itu terjadi padaku, aku akan pergi ke puncak gunung dan menerjunkan diri dan bunuh diri, setelah itu aku akan istirahat dan tenang.’ Beliau berkata: Lalu aku keluar untuk tujuan itu, dan ketika sampai di pertengahan jalan aku mendengar suara yang berkumandang memanggilku “Hai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, sedangkan aku adalah Jibril….”.

Kenabian Selalu Disertai Tanda-tanda Yang Jelas
Sudah menjadi Sunnatullah, setiap Ia mengutus seorang hamba men­jadi nabi selalu disertai dengan tanda-tanda yang dapat mene­nangkan dan meyakinkannya akan kenabiannya, sebagaimana yang terjadi atas diri Nabi Ibrahim. Allah menampakkan tanda-tanda kebesaran­nya agar ia menjadi orang yang betul-betul yakin.
Allah berfirman:

وَ كذَا نُرِيْ إبْراهيمَ مَلَكُوْتَ السمواتِ و الأرْضِ و لِيَكُوْنَ مِنَ المُوقنينَ.


“Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi, agar Ibrahim termasuk orang yang benar-benar yakin. (QS:6; 75).

Ketika Allah melantik Musa as. menjadi seorang Nabi dengan firman-Nya: “Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang di wahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selin Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS:20;13-14) dan dalam ayat lain: “Wahai Musa! sesungguhnya Aku ini Allah Yang Maha Perkasa dan Bijaksana”. (QS:27; 9). Allah membeberkan tanda-tanda kenabian kepada Nabi Musa as. sehingga beliau dengan hati yang teguh mengenali wahyu dan kenabian itu dan kemudian meresponnya dengan memohon bantuan -dengan penuh kemesraan- agar tugas tanggung jawab kenabian yang dipikulkan itu dapat beliau laksanakan dengan baik..

رَبِّ إشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَ يَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ ….

“Musa memohon: Tuhanku, lapangkan1ah dadaku! Lan­carkanlah tugas yang dibebankan kepadaku…Sesungguhnya Engkau adalah Maha mengetahui (keadaan) kami”. ( QS:20; 25-35).

Bahkan lebih dari itu, seusai pelantikan itu, terjadilah dialoq mesra antara Allah SWT. dengan Nabi Musa as., Allah menanyakan kepada Musa as.: Apakah itu yang ada di tangan kananmu, hai Musa? (QS:20;17).

Dalam menjawab pertanyaan itu, Musa as. lebih memilih menjawab dengan panjang lebar menyebut banyak hal terkait dengan kegunaan tongkat yang ada di tangan kanannya, yang semestinya ia mencukupkan dengan hanya mengatakan bahwa yang ada di tangan kananku adalah tongkat.
Musa berkata: Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan-keperluan yang lain padanya”.(QS:20;18).

Gaya pembicaraan seperti ini seperti di istilahkan oleh para pakar sastra bahasa Arab dengan Al Ithnâb (berpanjang-panjang), dan itu bukti kuat adanya kemesraan dan keharmonisan antara kedua lawan bicara.

Dengan demikian apakah dapat diterima oleh akal kita bahwa Allah menelantarkan kekasihnya yang dihantui rasa takut, cemas dan khawatir serta nasib yang tidak menentu, sehingga untuk mengusir itu semua harus membutuhkan bantuan dan obat penawar rasa takut dari seo­rang wanita yang jelasnya tidak tahu menahu tentang kenabian atau harus datang kepada seorang pendeta Nashrani yang kalau ia memiliki nasib baik, ia hanya membaca buku yang sudah ditahrif dan di rubah oleh tangan-tangan jahat.

Mengapa hal ini terjadi pada beliau, bukankah beliau Rasul ter­mulia dan Nabi yang paling dicintai oleh Allah??! Mengapakah perlakuan Allah SWT. kepada nabi Musa as. begitu lemah lembut, sementara itu Nabi Muhammad saw. yang justru lebih afdhal dari semua nabi dan rasul harus di perlakukan kasar? Ataukah jangan-jangan justru ini memang keistimewaan yang hanya diperuntukkan baginya? [4]

Ringkas kata, dapat kita katakan bahwa, Allah pasti akan memberikan semua fasilitas kemudahan bagi hambaNya yang Ia pilih untuk menjadi Nabi.

Pandangan Syi’ah (Pengikut Setia Ahlulbait as.) Dalam Masalah Ini!
“Zurarah bin A’yun pernah menanyakan hal itu kepada Imam Ja’far ia bertanya, “Bagaimana Nabi tidak takut bahwa yang datang kepadanya dari Allah itu termasuk bisikan dan wahyu setan?” Beliau menja­wab, “Sesungguhnya Allah jika menjadikan hambaNya seorang Rasul ia menurunkan atasnya ketenangan, sehingga apa yang datang dari Allah sama dengan apa yang ia saksikan dengan mata kepalanya.”[5]

Dalam riwayat lain juga dijelaskan ketika beliau ditanya: “Bagaimanakah para Rasul itu tahu bahwa mereka benar­-benar rasul? Beliau menjawab, “Tabir penutupaya telah disingkap.”[6]

Oleh sebab itu para nabi ketika dinobatkan berada pada keyakinan yang sempurna, akan tugas yang baru dibebankan di atas pundaknya, tidak takut, tidak bimbang dan tidak merasa minder bahkan selalu diliputi oleh lindungan dan inayah Allah.

Al Allamah Ath Thabarsi –seorang mufassir agung Syi’ah berkata, “Allah tidak akan mewahyukan kepada Rasul-Nya kecuali disertai dengan bukti-bukti yang jelas dan tanda yang nyata yang dapat menunjukkan bahwa apa yang diterimanya benar-benar dari Allah, sehingga Ia tidak butuh kepada bukti yang selainnya dan ia tidak akan takut serta tidak akan ditakut-takuti dan tidak pula gentar.”[7]

Ibnu Jakfari bertanya:
Setelah Anda baca apa yang diuraikan di atas dan data-data dari hadis riwayat Ahlusunnah, kami ingin bertanya, mungkin kami dapat meneumukan jawaban memuaskan dari para ulama Ahlusunnah.
  1. Bagaimana ulama Ahlusunnnah menafsirkan ayat-ayat yang kami sebutkan di awal artikel ini yang menerangkan betapa jelas dan gamblangnya suasana penobatan seorang menjadi nabi sehingga tidak perlu kepada sesuatu selain burhân/bukti dari Allah SWT. apalagi bantuan dari seorang pendeta Kristen bernama Waraqah ibn Naufal.
  2. Bagaimana para ulama Ahlusunnah menerima dongeng prosesi awal penobatan Nabi Muhammad saw. sebagai nabi seperti yang dalam riwayat-riwayat Bukhari dan muhaddis lain –seperti di atas-, padahal Allah mensifati Nabi saw. bahwa beliau berada di atas bashîratin, seperti dalam ayat 108 surah Yusuf [12]:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أدعو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أنا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أنا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”

Dan ayat 10 surah an Naml [27]:

إِنِّي لا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ

“Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku.”.

Bagaimana ulama Ahlusunnah menerima dongeng versi Bukhari seperti di atas, padahal Alllah SWT telah menegaskan dalam banyak ayat Al Qur’an tentang berita gembira yang disampaikan para nabi kepada kaumnya akan diutusnya Nabi Muhammad saw. Dan manusia menanti-nanti kedatangan nabi tersebut… mereka mengenal berbagai ciri dan sifat Nabi saw. Seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri… lalu apakah mereka mengenal sifat dan ciri Nabi saw. sementara beliau tidak mengenalnya? Bagaimana Bukhari mengatakan bahwa Nabi saw. Tidak mengenal status dirinya sendiri kendati Jibril sudah datang menemuinya dan menyampaikan wahyu perdananya?! Sehingga Waraqah menyakinkan ststus kenabian beliau?!

Coba renungkan ayat-ayat di bawah ini:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يدي مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata:” Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad) ” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti- bukti yang nyata, mereka berkata:” Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. Ash Shaff [61];6).

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ أَلَّذِينَ خَسِرُوا أنفسهم فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ.

“Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak- anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman ( kepada Allah ).” (QS. Al An’âm [6];20).

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الآمّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالآنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأَغْلالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أنزل مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang- orang yang beruntung.” (QS. Al A’râf [7];157).

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فضلاً مِنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أثر السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الآنْجِيلِ كَزَرْعٍ أخرج شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عظيماً

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang- orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam- penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang- orang kafir (dengan kekuatan orang- orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Fath [48];29).

Keyakinan Syi’ah Tentang Kema’shuman Nabi Muhammad Saw. Sejak Masa Kanak-kanak
Kami Syi’ah Ahlulbait Nabi as. Berkeyakinan tentang kema’shuman Nabi saw. dan bagaimana besarnya perhatian Allah terhadapnya sesuai dengan sabda-sabda para imam suci kami…. Allah SWT senantiasa menjaga Nabi-Nya dengan perhatian yang pemeliharaan-Nya. Di antaranya apa yang disabdakan Imam mulia kami; Ali ibn Abi Thalib as.

ولقد قرن الله به صلى الله عليه وآله من لدن أن كان فطيماً أعظم ملك من ملائكته ، يسلك به طريق المكارم ، ومحاسن أخلاق العالم ليله ونهاره . ولقد كنت أتبعه اتِّبَاعَ الفصيل أثر أمه ، يرفعُ لي في كل يوم من أخلاقه علماً ، ويأمرني بالإقتداء به .ولقد كان يجاور في كل سنة بحراء ، فأراه ولا يراه غيري . ولم يجمع بيتٌ واحدٌ يومئذ في الإسلام غير رسول الله صلى الله عليه وآله وخديجة وأنا ثالثهما، أرى نور الوحي والرسالة وأشم ريح النبوة.

Dan Allah telah menggandengkan bersama beliau saw. sejak masa beliau disapih ibunya seorang malaikat teragung. Ia membimibingnya menitih jalan kemuliaan perangai dan keindahan akhlak dunia, di sinag dan di malam hari. Dan aku senantiasa mengikuti beliau bak anak unta mengikuti induknya. Setiap hari beliau mengangkat untukku sebuah panji dari akhlak mulianya dan memerintahku untuk mengikutinya. Dan beliau menyendiri di gua Hirâ’ setiap tahun. Aku melihatnya dan tidak ada orang selainku yang melihatnya. Dan saat itu tiada sebuah rumah yang menghimpun anggota-anggota yang Muslim selain Rasulullah saw., Khadijah dan aku orang yang ketiganya. Aku menyaksikan cahaya wahyu dan kerasulan serta aku mencium semerbak harumnya kenabian.[8]

Inilah keyakinan kami; Syi’ah Ahlulbait as.!

(Bersambung)

Referensi:
[1] Kisah dan drama mencekam awal kedatangan wahyu itu dapat Anda baca dalam: Shahih Bukhari,1\bab Bad’u Al Wahyi, 4\ Kitab Bad’u Al Khalqi, 6\ Kitab at-Tafsir, Surah Iqra’ dan 6\Kitab at Tta’bir, Bab Awwalu Ma Budia rasulullah saw. Min al Wahyi, Shahih Muslim,1\ bab Bad’u Al wahyi bi Rasulillah dan Musnad Ahmad:6\223 dan 323.
Atau di situs resmi Kementrian Urusan Agama dan Wakaf Saudi Arabia: http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=6 atau http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=0&Rec=10403
[2] 1/ bab 251 cet. Al Maktabah Al Islamiyah Bairut. Lihat juga Al Bidayah Wa Al Nihayah,3/15-16, Sirah Ibnu Hisyam,1/255, Tarikh Al Thabari,2/50, Tarikh Al Khamis,1/283 Al Sirah Al Nabawiyah -tulisan Zaini Dahlan,1/83.
[3] Lihat Thabaqat Ibnu Sa ‘ad,1/195.
[4] Dalam pandangan Ibnu Hajar apa yang menimpa Nabi saw. pada permulaan turunnya wahyu termasuk khushûshiyah/keistimewaan beliau, sebab hal yang demikian tidak pernah terjadi pada nabi-nabi selain beliau pada awal turunnya wahyu  (Al Sirah Al Halabiyah,1/242).
[5] TafsirAl Ayyasyi, 2/201 dan Biharul Anwar,18/262
[6] Biharul Anwar,11/56  dan at Tamhid,1/50.
[7] Tafsir Majma’ul Bayan,10/384.
[8] Nahjul Balaghah,2/157.

saudara  pembaca …………..

Sunni  menuduh  Nabi Muhammad Saw. Berniat Bunuh Diri Karena Stres Berat !

Imam Bukhari meriwayatkan dalan kitab Shahih-nya; Kitabu at Ta’bîr,8/67:

وفَتَرَ الوحي فترةً حتى حزن النبي(ص) فيما بلغنا حزناً غدا منه مراراً كي يتردى من رؤس شواهق الجبال! فكلما أوفى بذِرْوَة جبل لكي يلقي منه نفسه ، تبدَّى له جبريل فقال يا محمد إنك رسول الله حقاً ، فيسكن لذلك جأشه وتقرُّ نفسه فيرجع . فإذا طالت عليه فترة الوحي غدا لمثل ذلك فإذا أوفى بذروة جبل تبدَّى له جبريل فقال له مثل ذلك!!

“Dan berhentilah wahyu (tidak turun lagi) untuk beberapa waktu, sehingga Nabi saw. bersedih –sesuai riwayat yang sampai kepada kami- dengan kesedihan yang sangat sehingga berkali-kali berusaha melemparkan dirinya dari puncak gunung-gunung tinggi! Dan setiap kali beliau sampai di puncak gunung untuk melemparkan dirinya dari puncaknya, malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan berkata, “Hai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah benar-benar utusan (Rasul) Allah.” Maka tenanglah dan tentramlah hati dan jiwa beliau lalu beliau pulang”.
Dan jika panjang fatratul wahyi (waktu terputusnya wahyu) beliau kembali seperti semula (ingin melemparkan diri dari puncak gunung)! Dan ketika beliau sampai di puncak gunug Jibril kembali lagi menampakkan dirinya dan berkata yang sama seperti pada kali-kali sebelumnya!.”
.

Inilah riwayat Bukhari (kitab tershahih setelah Al Qur’an dan yang diyakini seluruh hadis di dalamnya adalah shahih dan barang siapa meragukannya maka ia telah keluar dari jalan kaum mukminin) yang menggambarkan Nabi mulia kita sebagai seorang yang stress berat sehingga tidak mampu mengontrol jiwanya dan selalu berusaha mau bunuh diri dengan melemparkan diri dari puncak gunung! Semua itu dikarenakan wahyu terlambat turun!

Kendati para ulama Sunni meyakini keshahihan dan keagungan kitab Shahih Bukhari dan mengimani seluruh hadisnya adalah shahih, namun terkait dengan kasus riwayat di atas, tidak sedikit dari ulama Sunni yang kebingungan sehingga berusaha mati-matian memeras pikiran dan keahlian mereka dalam mencari-carikan seribu satu alasan untuk menyelamatkan Imam Bukhari (bukan menyelamatkan Nabi mulia Muhammad ssaw., maaf!!) dan mempertahankan kewibawaan ketokohon dan kehebatan kitab Shahaih-nya.

Memang dengan memuat riwayat di atas Imam besar Ahlusunnah; Imam Bukhari telah membuat para pensyarah kelabakan dan kebingunan… namun mereka pasti tidak kehilangan akal untuk mengatakan bahwa kendati Imam Bukhari meriwayatkan dongeng konyol diatas tetap saja wibawa Shahih Bukhari tidak tergorahkan!

Mengapa? Sebab riwayat yang diyakini sebagai shahih yang karenanya kitab tersebut diyakini sebagai kitab yang seluruh hadisnya SHAHIH miah bil miah, seratus persen adalah khusus untuk hadis/riwayat yang musnad (memiliki sanad bersambung)! Sementara hadis di atas – kata mereka- tidak lain hanyalah informasi yang diterima az Zuhri dan kemudian ia sampaikan dengan tanpa sanad… ia hanya berkata, “fîmâ balaghanâ/sesuai riwayat yang sampai kepada kami.

Jadi –kata mereka- keberadaan riwayat seperti di atas yang menggambarkan Nabi mulia Muhammad saw. mau bunuh diri…. sama sekali tidak merusak keanggunan dan keshahihan kitab Shahih Bukhari!
Walaupun anehnya, Ibnu Hajar –pensyarah yang paling getol menyelamatkan kewibawaan Bukhari dan kitab Shahih-nya- terpaksa menyebutkan data-data yang memperkuat bahwa dongeng niatan Nabi saw. untuk bunuh diri itu termasuk dalam riwayat az Zuhri yang ia nukil dengan sanad bersambung dari Aisyah-istri Nabi saw.- kendati kemudian ia tidak menggubrisnya tanpa alasan yang jelas!

Coba perhatikan keterangan Ibnu Hajar di bawah ini:

ووقع عند ابن مردويه في التفسير من طريق محمد بن كثير عن معمر بإسقاط قوله فيما بلغنا، ولفظه : فترةً حزن النبي(ص)منها حزناً غدا منه.. إلى آخره ، فصار كله مدرجاً على رواية الزهري، عن عروة ، عن عائشة

“Dan dalam riwayat Ibnu Mardawaih dalam tafsir dari jalur Muhammad ibn Katsîr dari Ma’mar dengan tanpa kalimat “fîmâ balaghanâ/sesuai riwayat yang sampai kepada kami. Redaksinya sebagai berikut: ” … wahyu terputus beberapa waktu yang mana Nabi menjadi sedih dengan kesedihan yang sangat sehinggga….” Dan seluruhnya menjadi satu dalam riwayat az Zuhri dari Urwah dari Aisyah. [1]

Adapun keberatan Ibnu Hajar atas data di atas dan kecenderungannya untuk mengatakan bahwa dongeng itu bukan bersambung dengan sanad di atas adalah kecenderungan yang tidak ia dukung dengan dalil dan bukti…. Bukankah banyaknya bukti dari riwayat para ulama lain seperti Ibnu Mardawaih bahwa tambahan dongen itu bersambung dengan sanad di atas yaitu az Zuhri dari ‘Urwsah dari Aisyah sangat banyak dan kuat!

Selain itu, bukankah Ibnu Hajar sendiri telah menyebutkan dan menguatkan riwayat Ibnu Sa’ad dengan sanad bersambung kepada sahabat Ibnu Abbas ra. dengan redaksi berikut ini:

مكث أياماً بعد مجئ الوحي لا يرى جبريل ، فحزن حزناً شديداً حتى كاد يغدو إلى ثبير مرة وإلى حراء أخرى ، يريد أن يلقي نفسه ، فبينا هو كذلك عامداً لبعض تلك الجبال إذ سمع أنت رسول الله حقاً وأنا جبريل ، فانصرف وقد أقر الله عينه وانبسط جأشه ، ثم تتابع الوحي

“Dan Nabi tinggal beberapa hari setelah datangnya wahyu tidak melihat Jibril kembali, lalu beliau sedih dengan kesedihan yang sangat sampai-sampai beliau sesekali bermaksud mendatangi gunung Tsabîr dan sesekali hendak mendatangi gua Hirâ’ untuk melemparkan diri darinya. Lau ketika beliau bermaksud demikian dan mendatangi sebagian gunung itu beliau mendengar suara:”Engkau benar-benar adalah Rasul Allah dan aku adalah Jibril” maka beliau pergi dan Allah telah menenangkan jiwanya. Lalu setelah itu wahyu lancer turun.”

Dan hadis riwayat Ibnu Sa’ad yang disinggung oleh Ibnu Hajar itu dapat Anda temukan dalam kitab ath Thabaqât-nya,1/196 dengan sanad sebagai berikut: dari az Zuhri dari Urwah dari Aisyah, sebagaimana dapat Anda temukan dalam riwayat ath Thabarai dalam Târîkh-nya,2/47 dan juga dalam Tafsir-nya,30/317.[2]

Lagi pula andai benar seperti hemat Ibnu Hajar bahwa dongeng itu adalah tambahan dari az Zuhri tidak melaui sanad di atas, akan tetapi bukankah ia shahih menurut Imam Bukhari?! Buktinya ia pun mengoleksinya dalam kitab Shahih kebanggaannya yang katanya ia memuatnya setelah melalui seleksi ketat dari ratusan ribu hadis shahih!

*****
Di sini seperti telah disinggung, mereka hanya sibuk menyelamatkan Bukhrai dan kitab Shahihnya! Adapaun Nabi saw. dilecehkan dan digambarkan sehina itu…. Adapun membela Nabi saw. sepertinya bukan tanggung jawab dan urusan ulama Sunni!

Anda dapat membaca Fathul Bâri, bagaimana Ibnu Hajar al Asqallâni ketika mensyarahkan hadis di atas hanya sibuk meneliti dan mengungkap hal-hal sepele yang sama sekali tidak berarti dan tidak satu kata pun membela Nabi saw. yang sedang dihinakan dalam hadis Bukhari di atas!
 
Dongeng Palsu Versi Imam Bukhari Menjadi Dasar Doqma Akidah Ahlusunnah
Apapun kata ulama dan pensyarah kitab Shahih Bukhari yang berusaha dengan segala cara menyelamatkan Imam Bukhari dan kitab Shahih-nya tentang dongeng niatan Nabi saw. untuk bunuh diri… yang pasti kini dongeng itu benar-benar telah menjadi kayakinan yang diterima dengan tanpa keberatan oleh para tokoh dan ulama Ahlusunnah dan telah mengakar menjadi doqma yang wajib diterima.

Dongeng Palsu Itu Menjadi Data Andalan Para Sejarawan Sunni
Para ulama dan penulis sejarah ketika berbicara tentang awal proses penurunan wahyu dan masa fatratul wahyi tidak akan ketinggalan menyajikan dongeng utama Sirah dan pasti akan memaksa Anda untuk meyakininya sebagai bagian dari kesetiaan terhadap konsep kesunnian… jika tidak bias jadi akan diragukan kesunian Anda!

Anda dapat membuka kitab Sirah Nabi saw. karya Mufti Besar Sunni (Syafi’iyah) di masanya, Syeikh Zaini Dahlan atau kitab Hayâtu Muhammad karya Cendikiawan Muslim kebanggan Sunni Muhammad Husain Haikal atau Fiqhu Sîrah karya ulama dan pemikir hebat Sunni Syeikh Sa’îd Ramâdhan al Bûthidi sana Anda pasti menemukan mereka menyebutkan deongeng itu dari riwayat Bukhari dan lainnya sebagai sebuah kebenaran pasti yang tidak perlu diiperdebatkan!
Syeikh Zaini Dahlan berkata, “Maka Nabi saw. besedih dengan kesedihan yang sangat sehingga berkali-kali berniat untuk melemparkan diri dari puncak gunung. Dan setiap kali ia sampai di puncak gunung untuk melempaskan diri, Jibril as. menampakkan dirinya dan berkata, ‘Engkau benar-benar adalah utusan Allah.’ Maka tenanglah jwa beliau dan pulanglah beliau. Lalu jika lama masa kefakuman wahyu beliau kembali lagi untuk berusaha melemparkan diri dari puncak gunung dan sekali lagi Jibril pun datang dan berkata yang sama.

Dan dalam kitab Fathu al Bâri disebutkan bahwa masa fatratul wahyi itu berlangsung selama tiga tahun. As Suhaili memastikan bahwa ia berlangsung selama dua tahun…. [3]
 
Haikal dengan gaya bahasa menawan berusaha meyakinkan pembacanya akan kebenaran dongeng yang menggambarkan kondisi betapa labilnya jiwa Nabi saw. di saat wahyu terputus dan Jibril tidak lagi kunjung datang! Haikal berkata,Dikatakan bahwa Nabi saw. berfikir untuk melemparkan diri dari puncak gunung Hira’ atau gunung Abu Qubais.[4]

Adapun Syeikh Sa’id Ramâdhan al Bûthi dengan tegas mengatakan bahwa adalah ketetapan hikmah ilahiah untuk memutus wahyu beberapa waktu yang cukup panjang agar kegelisahan menguasai jiwa Nabi saw. kemudian kegelisahan itu berubah menjadi rasa takut bahwa Allah telah menelantarkannya setelah sebeulumnya hendak memuliakannya, mungkin karena kesalahan yang pernah ia lakukan sampai dunia yang lebar ini menjadi sempit di mata Nabi saw. yang kemudian mendorongnya untuk nekad mengakhiri hidupnya dengan melemparkan diri dari puncak gunung![5]

Dari tiga kutipan di atas, dan tentunya ia hanya sekedar contoh semata,Anda dapat memahami betapa riwayat Imam nomer Satu Sunni itu benar-benar telah mendarah daging dalam doqma Sunni dan pikiran para ulama’nya!


Dongeng Palsu Itu Juga Menjadi Bahan Utama Para Ahli Tafsir Sunni
Selain ahli sejarah Sunni, para tokoh dan imam tafsir Sunni juga menjadikan dongeng palsu di atas sebagai bahan utama ulasan mereka ketika mereka berbicara tentang tafsir surah al ‘Alaq (surah pertama yang turun kepada Nabi saw.) tidak terkecuali para ulama yang biasanya ketat dalam meneliti dan menyeleksi riwayat-riwayat seperti Syeikh Muhammad Abduh.

Tidak mungkin menyebutkan komentar mereka semua dalam kesempatan ini. Sekali lagi kami hanya akan membawakan beberapa contoh dari para mufassir agar dapat dijadikan barometer betapa dongeng itu telah menodai kesucian dunia tafsir Sunni pula.

Ibnu Katsir, -setelah menyebutkan riwayat awal proses penerimaan wahyu dan niatan serius Nabi saw. untuk bunuh diri  dari riwayat Ahmad-, mengatakan, “Dan hadir ini telah diriwayatkan dalam dua kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) dari hadis az Zuhri.[6]

Imam al Baghawi dalam tafsir Ma’âlim at Tanzîl-nya dan Allamah al Khâzin dalam tafsir Lubâb at Ta’wîl-nya menyebutkan riwayat Bukhari dan mengandalkannya dalam panafsiran ayat dan menyimpulkan darinya beberapa kesimpulan, sebagai bukti bahwa riwayat itu dalam pandangaan mereka tidak perlu dipermasalahkan.[7]

Begitu juga dengan Syeikh Muhammad Abduh, ia mengawali tafsir surah ini dengan mengatakan, “Telah shahih riwayat-riwayat bahwa Nabi saw. pertama kali menyaksikan malaikat menyampaikan wahyu, ia berkata kepadanya, Bacalah” maka Rasulullah saw berkata, ‘Aku bukan orang yang bisa membaca…. (kemudian ia melanjutkan): Perawi berkata, “Maka Nabi saw pulang dengan jiwa berdebar dan menemui Khadijah .. dan hadisnya panjang dan di dalamnya terdapat: “Dan setelah itu wahyu terputus beberapa waktu, Nabi bersedih dengan kesedihan yang sangat sehingga beliau berkali-kali untuk mellemparkan diri dari puncak gunung, akan tetapi penampakan malaikat dan mengabarannya bahwa ia adalah utusan Allah mencegahnya dari melaksakan niatannya itu….”[8]

Di sini, Anda berhak bertanya-tanya:
  • Mungkihkan Allah SWT tidak mampu meyakinkan kekasih dan hamba kesayangan-Nya Muhammad saw bahwa ia sekarang telah menjadi Nabi dan Rasul utusan Allah?!
  • Mungkinkah Allah berlaku zalim terhadap Nabi kecintaan-Nya yang baru saja Ia turuni wahyu lalu tiba-tiba disengaja wahyu itu Ia putus agar membuatnya kehilangan akal sehatnya dan akhirnya berusaha berkali-kali mau bunuh diri?
  • Jika Nabi Muhammad saw. saja yang menyaksikan langsung kedatangan malaikat Jibril utusan Allah untuk membawa wahyu-Nya kepada nabi dan rasul-Nya tidak mampu yakin bahwa yang datang itu adalah Jibril dan sekarang dirinya adalah Rasul Allah, lalu bagaimana mungkin Allah memaksa umat manusia untuk mengimani Muhammad sebagai nabi dan utusan Allah dan bahwa yang datang kepadanya itu adalah Jibril membawa wahyu Allah bukan setan, sementara kita tidak menyaksikannya dan tidak pula merasakannya?
  • Para ulama Sunni membenarkan adanya keraguan dalam jiwa Nabi Muhammad saw. tentang apa yang datang kepadanya. Lalu apakah Anda –wahau saudara Sunniku- juga sependapat dengan mereka?

Referensi:
[1] Fathu al Bâri,12/316.
[2] Dan riwayat Ibnu Sa’ad dan ath Thabari di atas justeru memperparah masalah, sebab kendati Allah telah menenangkan jiwa Nabi saw., tetap saja beliau berontak dan berniat untuk bunuh diri!
[3] Sirah Nabawiyah, Syeikh Mufti Syafi’iyah; Ahmad Zaini Dahlan, (dicetak dipinggir kitab as Sirah al Halâbiyah,1/163. Ter.al Maktabah al Islamiyah. Beirut.
[4] Hayât Muhammad:98.
[5] Baca Fiqhu as Sîrah:70.
[6] Tafsir al Qurân al Al ‘Adzîm; Ibnu Katsiîr,4/527-528.
[7] Kedua tafsir itu dicetak menjadi satu. Lihat,7/267-268
[8] TAfsir Juz Ammâ; Syeikh Muhammad Abduh:122-123. cet. Mesir. Tahun 1341 H.

Kata Siti Aisyah Nabi Saw. itu Sangat Takut kepada Umar ! ulama Ahlusunnah wal Jama’ah (ASWAJA) ketika mereka menghinakan kehormatan dan menjatuhkan kemuliaan Nabi agung Muhammad saw. demi membuat keutamaan palsu sahabat tertentu.. Setiap hadis palsu yang menghinakan Nabi mulia saw. pasti Anda temukan di dalamnya pengagungan sahabat tertentu yang dimaukan oleh para penguasa bani Umayyah dan bani Abbas dan yang disanjung oleh Ahlusunnah


Sepertinya ada kenikmatan tersendiri yang dirasakan para ulama Ahlusunnah wal Jama’ah (ASWAJA) ketika mereka menghinakan kehormatan dan menjatuhkan kemuliaan Nabi agung Muhammad saw. demi membuat keutamaan palsu sahabat tertentu.

Setiap hadis palsu yang menghinakan Nabi mulia saw. pasti Anda temukan di dalamnya pengagungan sahabat tertentu yang dimaukan oleh para penguasa bani Umayyah dan bani Abbas dan yang disanjung oleh Ahlusunnah. Beberapa tulisan membongkar masalah ini sudah kami terbitkan di sini… Kali ini, Anda kami ajak menyaksikan penghinaan lain lagi yang dilakukankan ulama Sunni terhadap Nabi saw.

Kata Siti Aisyah Nabi Saw. itu Sangat Takut kepada Umar !
Entah apa yang ada dalam benak si pemalsu hadis yang sangat digemari para ulama Sunni itu ketika mereka mengisahkan bahwa Nabi saw. sangat menikmati pertengkaran seru antara para istri beliau bahkan sampai-sampai beliau bertawa terbahak-bahak bak seorang yang sedang menyaksikan pentas Lawak Sri Mulat! Subhanallah, apa sebenarnya yang sedang terjadi di dalam rumah Nabi saw. sehingga beliau tertawa terbahak-behak seperti yang dikisahkan hadis andalan Sunni itu?

Ikuti laporan langsungnya dari dalam rumah Nabi pada hadis di bawah ini:
Dari Siti Aisyah, ia berkata, “Aku membawakan untuk Rasulullah saw. satu talam bubur Khazîrah yang aku masaknya sendiri. Lalu aku berkata kepada Saudah, ‘Makanlah! Saat itu Nabi berada di antara aku dan Saudah. Aku berkata kepada Saudah, ‘Makanlah bubur ini, jika tidak, aku akan lumuri wajahmu dengan bubur ini!

Saudah tidak mau memakannya, maka aku letakkan tanganku di bubur Khazîrah kemudian aku muluri wajahnya dengan bubur itu. Maka Nabi tertawa dan beliau meletakkan pahanya di atas Saudah dan berkata kepadanya, ‘Lumuri juga wajah Aisyah dengannya! Maka ia melumuri wajahku dengannya, dan Nabi pun tertawa. (AWAS ADEGAN KERAS HARAP PARA ISTRI UNTUK TIDAK MENCONTOHNYA SEBELUM DENGAN BAIK BERLATIH SECARA INTENSIF).

Lalu Umar lewat dan memanggil, ‘Hai Abdullah! Hai Abdullah!’ Nabi saw. mengira bahwa Umar akan masuk, maka beliau berkata, ‘Masuklah kalian berdua dan bersihkan wajah kalian!
Aisyah berkata, ‘Sejak saat itu aku takut kepada Umar karena aku melihat takutnya Nabi kepada Umar.!

Sumber Hadis:
Hadis lucu dan leceh itu dapat Anda temulam dalam, misalnya: Majma’ az Zawâid, 4/578 dan Kanzul ‘Ummâl,12/593.

Ibnu Jakfari berkata:
Demikianlah kalian menggambarkan Nabi mulia dalam kehidupan rumah tangganya! Beliau meniknati pertengkaran antara kedua istrinya!

Apakah benar kalian meyakini bahwa akhlak siti Aisyah itu seperti itu? Tidak berakhlak karimah? Bertindak seperti wanita yang tidak terhormat? Hanya kerena Saudah tidak mau mencicipi bubur buatannya ia serang seraca brutal dengan melumuri wajahnya dengan bubur Khazîrah yang mungkin masih panas?
Bukankah kalian juga meriwayatkan bahwa ketika ada seorang istri Nabi mengirim makanan ke rumah Rasulullah saw. Aisyah segera menampel talam terbuat dari kereweng sehingga jatuh dan pecah berantakan serta makannya berserakan? Mengapa Ahlusunnah mengggambarkan siti Aisyah segalak itu? Bukankah itu pengihnaan atas siti Aisyah?

Lalu di balik penghinaan kalian terhadap kemuliaan Nabi Muhammad saw., kalian mengada-ngada kepalsuan tentang kemulian dan keagungan Umar ibn al Khaththab… yang dengan sekedar mendengar suaranya saja Nabi saw. langusng ketakutan dan memintah kedua istri beliau yang sedang melampiaskan adegan konyolnya di hadapan Nabi saw. dan segera pula menghentikan canda tawa yang dilakukan Nabi mulia Muhammad saw.

Apa kalian beranggapan bahwa adalah kebiasaan Umar jika masuk rumah Nabi tanpa izin, langsung nyelonon begitu saja?

Demi Allah hadis-hadis palsu yang menghinakan Nabi saw. yang diriwayatkan ulama Ahlusunnah dan dipercayai keshahihannya serta dibangun di atasnya berbagai hukum dan pandangan atas nama Islam telah memberi peluang besar bagi musuh-musuh Islam untuk menghinakan Nabi kita dan mencemooh agama Islam kita!

Keberkahan Hadis-hadis Palsu Produk Ulama Sunni
Namun sebagaimana hadis-hadis palsu yang menghinakan Nabi mulia Muhammad saw. itu memmberikan bahan empuk bagi musuh-musuh Islam untuk menyerang Islam dan Nabinya, ia juga ternyata membawa keberkahan yang tak terhinggga karena dengannya banyak kaum berakal waras dan berfitrah suci dari kalangan para pemikir Sunni segera menaruh curiga atas mazhab Sunni dan kemudian menelitinya kembali dan hasilnya adalah mereka memdapat hidayah Allah bahwa mazhab yang haq ‘indallah adalah mazhabnya Ahlulbaitt Nabi as. bukan mazhab para pemalsu.. bukan mazhabnya Ka’abul Ahbâr –si Yahudi yang menyusup di kalangan kaum Muslimin Sunni- bukan mazhabnya ‘Ikrimah –si gembong Khawarij yang sangat benci Nabi saw. dan keluarganya- dan bukan pula mazhabnya Ibnu Taimiyah Cs yang selalu menjulurkan lidah beracunya untuk mengkufuri kebanaran tentang Ahlulbait Nabi as. … dan akhirnya hadis-hadis seperti itu menjadi inspirasi bagi pencari kebenaran untuk menemukannya bukan pada mazhab-mazhab selain mazhab Ahlulbait, keluarga suci Nabi as. maka mereka berbondong-bondok yadkhulûna fî dînillâhi AFWÂJA, wa yatrûkûna ASWAJA. Wal hamdulillahi alladzi hadânâ li hâdza!

Anggapan Akidah Sunni seperti N.U Sama dengan wahabi salafi, Sangat Rancu & Menyesatkan


Jumat, 06 Januari 2012 10:53 Redaksi
E-mail Cetak PDF


Sesungguhnya, akidah kita umat Islam tidak sama dengan akidah wahabi salafi. Jelas, wahabi salafi itu merupakan induk kesesatan. Jadi anggapan akidah Sunni sama dengan akidah wahabi adalah sebuah kerancuan yang luar biasa. Ini penipuan yang nyata.

“Meski kelak suatu saat, ada kerja sama antara umat Islam dengan kalangan wahabidi dalam memerangi kemiskinan dan keterbelakangan, bukan berarti akidahnya sama,” ujar Ustadz Husain Ardilla.

Seorang tokoh NU sendiri, seperti Gusdur  (almarhum), pernah merasa gusar terhadap sikap sejumlah intelektual dan ulama yang memposisikan wahabi  sama saja dengan Sunni, padahal mereka itu tidak tahu banyak soal wahabi.

Perbedaan akidah itu jelas, jika menyimak doktrin tentang :

Aqidah Wahabi yang Menyamai Aqidah Yahudi dan Nasrani

Aqidah Wahabi Menyamai Aqidah Yahudi dan Nasrani,
yaitu mereka mengatakan bahwa Allah SWT Duduk seperti Duduknya Makhluq.

Ketahuilah bahwa aqidah yg dibawa oleh Wahhabi adalah aqidah yang bersumberkan dari Yahudi dan Kristiani yang coba diserapkan dalam masyarakat islam demi memecahbelah umat islam dan bertujuan agar umat islam menjadi Yahudi dan Nasoro, kemudian bersenang-senanglah Iblis bersama mereka di neraka kelak!

Inilah Yahudi dengan kerjasama penuh dari Wahhabiyah dalam menyesatkan umat islam di tanah air kita ini :

– Akidah ” Allah Duduk” Adalah Akidah Yahudi
Dalam kitab Yahudi Safar Al-Muluk Al-Ishah 22 Nomor 19-20, Yahudi menyatakan akidah kufur di dalamnya :

قال فاسمع إذاً كلام الرب قد رأيت الرب جالسًا على كرسيه و كل جند السماء وقوف لديه عنيمينه و عن يساره

“Berkata : Dengarkanlah engkau kata-kata Tuhan,telah ku lihat Tuhan duduk di atas kursi dan ke semua tentera langit berdiri di sekitarnya kanan dan kiri” .

– Ibnu Taimiah ikut Membantu Yahudi Menyebarkan Akidah Yahudi ” Allah Duduk ” :
Dalam kitab Ibnu Taimiah Majmu Fatawa Jilid 4 / 374 :

إن محمدًا رسول الله يجلسه ربه على العرش معه

“Sesungguhnya Muhammad Rasulullah, Tuhannya mendudukkannya diatas arasy bersamaNya”.

Tidak cukup dengan itu Ibnu Taimiah turut mengunakan lafaz kufur Yahudi demi men-yahudikan umat islam :

Dalam Kitab Ibnu Taimiyah berjudul Syarh Hadith Nuzul cetakan Darul Asimah :

إذا جلس تبارك و تعالى على الكرسي سُمِع له أطيط كأطيط الرَّحل الجديد

artinya: ” Apabila Tuhan duduk di atas kursi maka akan terdengarlah bunyi seperti kursi baru diduduki”.

Lihatlah! Yahudi berkata Allah Duduk…Ibnu Taimiyah berkata Allah Duduk.

TAPI AL-QURAN DAN HADIST NABI YANG SHAHIH TIDAK PERNAH MENYATAKAN ALLAH DUDUK.

Kalau kita lihat dalam website Kristiani : http://www.hesenthisword.com/lessons/lesson5.htm
lihat pada :

عاشرا: ذكر عنه ما ورد عن الله في العهد القديم

Kristiani berkata pada nomor 7 :

“الله جالس على الكرسي العالي” (اش 6 :1-10) .

artinya: “Allah Duduk Di atas Kursi Yang Tinggi”.

Wahhabi Turut Membantu Menghidupkan Kekufuran Kristian Dengan Memalsukan Hadith Nabi :
DALAM KITAB WAHHABI : FATHUL MAJID SYARH KITAB AT-TAUHID KARANGAN ABDUR RAHMAN BIN HASAN AAL AS-SYEIKH DISOHIHKAN OLEH ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ CETAKAN PERTAMA TAHUN 1992 BERSAMAAN 1413 MAKTABAH DARUL FAIHA DAN MAKTABAH DARUL SALAM.

Cetakan ini pada hal 356 yg tertera kenyatan kufur yg dianut oleh Wahhabi sebagai hadis ( pd hakikatnya bukan hadis Nabi ) adalah tertera dalam bahasa arabnya berbunyi:

” IZA JALASA AR-ROBBU ‘ALAL KURSI “.

Artinya : ” Apabila Telah Duduk Tuhan Di Atas Kursi “.

TETAPI AL-QURAN DAN HADITH SHAHIH TIDAK PERNAH MENYATAKAN DEMIKIAN !

Perlu diketahui, Imam asy-Syafi’I pun terang-terangan menyatakan kekufuran bagi orang yang meyakini bahwa Allah duduk di atas ‘arsy dan tidak boleh shalat (makmum) di belakangnya.
Ibn al Mu’allim al Qurasyi (W. 725 H) menyebutkan dalam karyanya Najm al Muhtadi menukil perkataan al Imam al Qadli Najm ad-Din dalam kitabnya Kifayah an-Nabih …fi Syarh at-Tanbih bahwa ia menukil dari al Qadli Husayn (W. 462 H) bahwa al Imam asy-Syafi’I menyatakan kekufuran orang yang meyakini bahwa Allah duduk di atas ‘arsy dan tidak boleh shalat (makmum) di belakangnya.

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al Bukhari, al Bayhaqi dan Ibn al Jarud).

Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, ‘Arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).

Wahabi Menyebarkan Aqidah Rancu dan Memfitnah Imam Syafi’i

Wahabi Menyebarkan Aqidah Rancu dan Memfitnah Imam Syafi’i R.A.
Kembali kepada Alquran dan Hadits yang Sahih dengan pemahaman Salafusshalih, dan jangan lupa yang sahih pula. Sebab jika mengambil sebuah Hadits saja hanya boleh yang sahih-sahih saja dan harus membuang hadits-hadits yang Dlo,if di tempat sampah, kenapa dalam mengambil perkataan ‘Ulama tidak begitu memperdulikan jalur periwayatan atau sanadnya, sehingga banyak sekali menyebar kekacauan Aqidah yang mengatasnamakan Imam Syafi,i, IMAM MALIK, Imam Ibnu Hanbal atau Imam Abu Khanifah?

Mereka yang terkenal dalam dunia persilatan Internet dengan pedang bermata duanya Bid’ah dan Syirik adalah yang di kenal dengan nama besar Wahhabi – Salafy memang lihay memainkan jurus kambing hitam dan taktik meminjam tenaga lawan dan langkah tipuan Dengan Membawa Nama Para Imam demi membela dan menyebarkan kekacauan aqidah tajsimnya, beberapa hal di antaranya tidak malu-malu menyebarkan dan berdusta dengan menyandarkan perkataan dari Imam Syafi,i

” روى شيخ الإسلام أبو الحسن الهكاري ، والحافظ أبو محمد المقدسي بإسنادهم إلى أبي ثور وأبي شعيب كلاهما عن الإمام محمد بن إدريس الشافعي ناصر الحديث رحمه الله قال: القول في السنة التي أنا عليها ورأيت أصحابنا عليها أهل الحديث الذين رأيتهم وأخذت عنهم مثل سفيان ومالك وغيرهما الاقرار بالشهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ، وأن الله تعالى على عرشه في سمائه يقرب من خلقه كيف شاء وأن الله ينزل إلى السماء الدنيا كيف شاء “

“ Syaikhul Islam Abu Hasan Al-Hakary meriwayatkan dan Al-Hafidz Abu Muhammad Al-Muqoddasi dengan isnad mereka kepada Abu Tsaur dan Abu Syu’aib, keduanya dari imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I, Nashirul hadits Rh, beliau berkata “ Pendapat di dalam sunnah yang aku pegang dan juga para sahabatku dari Ahli hadits yang telah aku saksikan dan aku ambil dari mereka seperti Sufyan, Malik dan selain keduanya adalah pengakuan dengan syahadah bahwa tiada Tuhan selain Allah Swt, Muhammad adalah utusan Allah dan sesungguhnya Allah Swt di atas Arsy-Nya di dalam langit-Nya yang mendekat kepada makhluk-Nya kapan saja DIA kehendaki, dan sesungguhnya Allah turun ke langit dunia kapan saja DIA kehendaki “. (Mukhtashor Al-‘uluw halaman : 176).

Coba Anda Perhatikan Perkataan ini dari sisi sanadnya:
1. Al-Hafidz Adz-Dzahaby di dalam kitabnya MIZAN AL-I’TIDAL juz : 3 halaman : 112 berkata :

أبي الحسن الهكاري : أحد الكذابين الوضاعين

“ Abu Al-Hasan Al-Hakkari adalah salah satu orang yang suka berdusta dan sering memalsukan ucapan “

2. Abul Al-Qosim bin Asakir juga berkata :

قال أبو القاسم بن عساكر : لم يكن موثوقاً به

“ Dia (Abu Al-Hasan) orang yang tidak dapat dipercaya “

3. Ibnu Najjar berkata :

وقال ابن النجار : متهم بوضع الحديث وتركيب الأسانيد

“ Dia dicurigai memalsukan hadits dan menyusun-nysun sanad “

4. Al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitab LISAN AL-MIZAN juz : 4 halaman : 159 berkata :

وكان الغالب على حديثه الغرائب والمنكرات ، وفي حديثه أشياء موضوعة

“ Kebanyakan hadits yg diriwayatkannya adalah ghorib dan mungkar dan juga terdapat hadits-hadits palsunya “.

5. Ibrahim bin Muhammad Ibn Sibth bin Al-Ajami di di dalam kitabnya Al-Kasyfu Al-Hatsits juz ; 1 halaman : 184 :

وهو كذاب وضاع

“ Dia adalah seorag yang suaka berdusta dan suka memalsukan hadits”

Dan perhatikan pula dari sisi masanya:
Mereka (wahhaby salafy) mengaku atsar tersebut diriwayatkan oleh Abu Syu’aib dari imam Syafi’i. Benarkah ??

Ini sebuah kedustaan yang nyata karena di dalam kitab-kitab tarikh / Sejarah bahwasanya Abu Syu’aib ini dilahirkan dua tahun setelah wafatnya imam Syafi’i, sebagaimana disebutkan dalam kitab TARIKH AL-BAGHDADI juz : 9 halaman : 436…

Sekarang bagaimanakah aqidah imam syafi’i yang sebenarnya tentang Istiwa Allah Swt ?

Berikut ini perkataan-perkataan imam Syafi’i yang kami nukil dari kitab-kitab yang mu’tabar dan dari riwayat-riwayat yang tsiqoh :

1. Ketika imam Syafi’I ditanya tentang makna ISTAWA dalam al-Quran beliau menjawab :

“ ءامنت بلا تشبيه وصدقت بلا تمثيل واتهمت نفسي في الإدراك وأمسكت عن الخوض فيه كل الإمساك”

ذكره الإمام أحمد الرفاعي في ( البرهان المؤيد) (ص 24) والإمام تقي الدين الحصني في (دفع شبه من شبه وتمرد ) (ص 18) وغيرهما كثير.

“ Aku mengimani istiwa Allah tanpa memberi penyerupaan dan aku membenarkannya tanpa melakukan percontohan, dan aku mengkhawatirkan nafsuku di dalam memahaminya dan aku mencegah diriku dari memperdalam persoalan ini dengan sebenar-benarnya pencegahan “
Ini telah disebutkan oleh imam Ahmad Ar-Rifa’i di dalam kitab “ Al-Burhan Al-Muayyad “ (Bukti yang kuat) halaman ; 24.

Juga telah disebutkan oleh imam Taqiyyuddin Al-Hishni di dalam kitab Daf’u syibhi man syabbaha wa tamarroda halaman : 18. Di dalam kitab ini juga pada halaman ke 56 disebutkan bahwa imam Syafi’I berkata :

ءامنت بما جاء عن الله على مراد الله وبما جاء عن رسول الله على مراد رسول الله

“ Aku beriman dengan apa yang datang dari Allah Swt sesuai maksud Allah Swt, dan beriman dengan apa yang datang dari Rasulullah Saw menurut maksud Rasulullah Saw “.

Syaikh Salamah Al-Azaami dan selainnya mengomentari ucapan imam syafi’I tsb :

ومعناه لا على ما قد تذهب إليه الأوهام والظنون من المعاني الحسية والجسمية التي لا تجوز في حق الله تعالى.

“ Maknanya adalah bukan seperti yang terlitas oleh pikiran dan persangkaan dari makna fisik dan jisim yang tidak boleh bagi haq Allah Swt “

Dan masih banyak lagi yang lainnya.

2. Ketika imam Syafi’i ditanya tentang sifat Allah Swt, beliau menjawab :

حرام على العقول أن تمثل الله تعالى وعلى الأوهام أن تحد وعلى الظنون أن تقطع وعلى النفوس أن تفكر وعلى الضمائر أن تعمق وعلى الخواطر أن تحيط إلا ما وصف به نفسه – أي الله على لسان نبيه صلى الله عليه وسلم –

ذكره الشيخ ابن جهبل في رسالته انظر طبقات الشافعية الكبرى ج 9/40 في نفي الجهة عن الله التي رد فيها على ابن تيمية.

“Haram bagi akal membuat perumpamaan, Haram bagi pemikiran membuat batasan, dan haram bagi prasangka untuk membuat statemen, dan Haram juga bagi Jiwa untuk memikirkan (Dzat, perbuatan dan sifat-sifat) Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan haram bagi hati untuk memperdalam, dan Haram bagi lintasan-lintasan hati untuk meliputi, kecuali apa yang telah Allah sifati sendiri atas lisan nabi-Nya Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa Sallam” (Telah disebutkan oleh syaikh Ibnu Jahbal di dalam Risalahnya, lihatlah Thobaqot Asy-Syafi’iyyah Al-Kubra juz : 9 halaman : 40 tentang menafikan arah dari Allah Swt sebagai bantahan atas Ibnu Taimiyyah).

3. Di dalam kitab Ittihaafus saadatil muttaqin juz : 2 halaman ; 24, imam Syafi’I berkata :

إنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه المكانَ لا يجوز عليه التغييرُ في ذاته ولا التبديل في صفاته”

“ Sesungguhnya Allah Ta’ala ada dan tanpa tempat, lalu Allah menciptakan tempat dan Allah senantiasa dalam shifat ‘AzaliNya (tidak berubah) sebagaimana wujud-Nya sebelum menciptakan tempat. Mustahil bagi Allah perubahan di dalam Dzat-Nya dan juga perpindahan di dalam sifat-sifat-Nya”

4. Di dalam kitab Syarh Al-Fiqhu Al-Akbar halaman : 52, imam Syafi’I berkata yang merupakan keseluruhan pendapat beliau tentang Tauhid :

من انتهض لمعرفة مدبره فانتهى إلى موجود ينتهي إليه فكره فهو مشبه وإن اطمأن إلى العدم الصرف فهو معطل وإن اطمأن لموجود واعترف بالعجز عن إدراكه فهو موحد

“ Barangsiapa yang berantusias untuk mengetahui Allah Sang Maha Pengatur-Nya hingga pikirannya sampai pada hal yang wujud, maka ia adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dgn makhluq). Dan jika ia merasa tenang dengan suatu hal yang tiada, maka ia adalah mu’aththil (meniadakan sifat Allah Swt). Dan jika ia merasa tenang pada kwujudan Allah Swt dan mengakui ketidak mampuan untuk memahaminya, maka ia adalah MUWAHHID (orang yang mengesakan Allah Swt) “

Sungguh imam Syafi’I begitu jeli dan luas pemahamannya akan hal ini, beliau sungguh telah mengambil dari ayat-ayat Allah Swt dalam Al-Quran :

- {لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ } [سورة الشورى]

“ Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai Allah “

- فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ } [سورة النحل]

“ Janganlah kalian membuat perumpamaan-perumpoamaan bagi Allah Swt “

- :{هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا } [سورة مريم]

“ Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia ? “

Semua ini membuktikan bahwa imam Syafi’i r.a mensucikan Allah Swt dan sifat-sifat-Nya dari apa yang terlintas dalam pikiran berupa makna-makna jisim / fisik seperti duduk, dibatasi dengan arah, tempat, gerakan dan diam serta yang semisalnya dan inilah aqidah Ahlus sunnah wal jama’ah.

Terkait Berita: