Teguhkan hatimu atas kecintaan kepada kami Ahlulbait, karena sesungguhnya barang siapa menghadap Allah dengan mencintai kami pasti ia masuk surga dengan syafa’at kami. Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tidak akan bermanfa’at amal seseorang bagi dirinya kecuali ia mengenal hak kami (atasnya).”
Banyak sekali hadis keutamaan dua cucu tercinta Rasulullah saw yang beliau sabdakan. Hadis-hadis keutamaan itu selain menjelaskan maqam dan kemuliaan kedua cucu tercinta beliau itu, ia juga menetapkan sederatan konsekuensi yang harus dipatuhi oleh setiap Mukmin yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya.
Di antara konsekuensi itu adalah keharusan mencintai mereka, membela mereka dengan segala bentuk pembelaan, mencintai yang mencintai mereka dan memusuhi yang memusuhi mereka.
Dalam kesempatan kali saya hanya akan menyebutkan beberapa saja di antara hadis-hadis shahih keutamaan mereka (semoga salam Allah atas keduanya).
Hadist Pertama:
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad shahih dari Said ibn Abi Râsyid dari Ya’la al ‘Âmiri[1], ia keluar bersama Rasulullah saw. ke sebuah jamuan makan, ia berkata :
“Lalu Rasulullah memergoki Husain di kampung sedang bermain bersama teman-temannya, Nabi saw. bergurau dengannya, Husain lari ke sana dan ke mari, lalu Nabi saw. mengambilnya dan menggendongnya, beliau meletakkan salah satu tangan Husain di telengkuk beliau sementara tangan satunya di janggut, kemudian menciumnya dan berkata:
حُسَيْنٌ مِنِّيْ و أنا مِنْ حسينٍ ، أللهُمَّ أحِبَّ مَنْ أَحبَّ حسينًا ، حسينٌ سِبْطٌ مِنَ الأسباطِ.
Husain dariku dan aku dari Husain. Ya Allah, cintailah orang yang mencintai Husain. Husain adalah sibthun (anak) dari anakku.
Sumber Hadist:
1. Imam Ahmad dalam Fadhâil:505, hadis 398. Ahmad juga meriwayatkan dalam Musnadnya,4/172.
2. Bukhari dalam at Târîkh al Kabîr,8/418 dan al Adab al Mufrad,1/455.
3. Al Hakim dalam Mustadrak,3/177 dan ia mensahihkannya.
4. Ad Dûlabi dalam adz Dzurriyyah al Kuna,1/88.
5. Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf,7/515.
6. Ath Thabarani dalam al Kabîrnya, 3/33 dengan dua jalur dari Rasyid ibn Sa’ad dari Ya’la dan dari Said dari Ya’la dan dalam Musnad asy Syâmiyyîn,3/184.
7. Ibnu Asakir dalam Târîkh Damasykus14/149 dan 64/35 dan beberapa ulama lain.
Makna Hadist:
Al Qâdhi menerangkan, “Husain dariku dan aku dari Husain, seakan Rasulullah saw. memandang dengan cahaya wahyu apa yang akan tejadi antara Husain dan kaum, umat. Oleh karena itu, ia disebut secara khusus dan beliau menerangkan bahwa beliau dan Husain adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam kewajiban untuk dicintai dan diharamkannya mengganggu dan memerangi.
Sabda itu dikuatkan dengan, “semoga Allah mencintai orang yang mencinta Husain” sebab kecintaan kepada Husain adalah kecintaan kepada Rasulullah saw. dan kecintaan kepada Rasulullah saw. adalah kecintaan kepada Allah.[2]
Hadist Kedua:
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad sahih dari Abdur Rahman ibn Mas’ud [3] dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah keluar bersama Hasan dan Husain menemui kami, yang satu di atas pundak kanan beliau dan yang satu di atas pundak kiri beliau, sambil menciumi keduanya sampai beliau tiba di hadapan kami, lalu ada seorang berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah engkau mencinta keduanya!
Maka Nabi saw. bersabda :
مَنْ أَحَبَهُما فقد أحبَّنِيْ و مَنْ أَبْغَضَهُما فقد أبغضَنِيْ.
“Barangsiapa mencintai keduanya maka ia benar-benar mencintaiku dan barang siapa membenci keduanya maka ia benar-benar membenciku.”[4]
Manfa’at Mencintai Ahlulbait Nabi as.
Banyak sekali hadis shahih yang menerangkan manfa’at yang akan diperoleh pecinta keluarga suci Nabi saw. diantaranya adalah apa yang disebutkan dalam hadis di bawah ini:
Diriwayatkan oleh Ath Thabarani dari Imam Hasan ibn Ali as., “Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:
إلْزَمُوْا مَوَدَّتَنَا أهْلَ الْبَيْتِ، فَإِنَّهُ مَنْ لَقِيَ اللهَ تَعَالَى وَهُوَ يَوَدُّنَا دَخَلَ الْجَّنَّةَ بِشَفَاعَتِنَا,وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لاَ يَنْفَعُ عَبْدًا عَمَلٌ عَمِلَهُ إلاَّ بِمَعْرِفَةِ حَقِّنَا.
“Teguhkan hatimu atas kecintaan kepada kami Ahlulbait, karena sesungguhnya barang siapa menghadap Allah dengan mencintai kami pasti ia masuk surga dengan syafa’at kami. Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tidak akan bermanfa’at amal seseorang bagi dirinya kecuali ia mengenal hak kami (atasnya).” [5]
Referensi:
[1] Said ibn Abi Rasyîd, ia jujur percaya, shadûq, baca al Kâsyif; adz Dzahabi,1/360, al Mîzân,2/135 dan at Tahdzîb,4/26.
[2] Tuhfatu al Ahwadzi,10/279.
[3] Abdur Rahman ibn Mas’ud al Yasykuri disebut biodatanya oleh Ibnu Abi Hatim dan ia tidak mencacatnya, Ibnu Hibban menyebutnya dala daftar para perawi tsiqât (terpercaya),5/106, Al Haitsami mentsiqahkannya dalam Majma’ az Zawâid,5/240 ketika menyebut hadis riwayat Abu Ya’la dalam Musnadnya.
[4] Al Hakim meriwayatkan hadis ini dan mensahihkannya, dan adz Dzahabi juga menshahihkannya. Baca Mustadrak; al hakim dan ringkasannya; adz Dzahabi,3/166.
[5] Al Mu’jam al Awsath,6/116, hadis nomer: 18.
(Syiah-Menjawab/Tebyan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email