Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Dosa. Show all posts
Showing posts with label Dosa. Show all posts

Mengapa Pintu Dosa Tertutup di Bulan Ramadhan?


Benarkah puasa di bulan Ramadhan bisa mencegah seseorang berbuat dosa? Apakah potensi yang dimiliki oleh puasa sehingga seseorang mau tidak mau bisa menghindari dosa?
 
Secara umum, ada dua jalan di dunia ini:

Pertama, jalan Ilahi. Barang siapa memilih jalan ini, maka ia berada dalam haribaan Ilahi.

Kedua, jalan setani yang dikepalai oleh iblis. Barang siapa memilih jalan ini, maka ia berada dalam wilayah setan.

Jiwa dan ruh setiap orang yang berada di masing-masing jalan tersebut pasti memperoleh pengaruh dan efek khusus masing-masing. Puasa adalah salah faktor dan potensi yang telah ditetapkan oleh Allah dalam jalan Ilahi tersebut.

Pengaruh dan efek-efek tersebut berarti kita memperoleh bantuan untuk berada di sebuah jalan yang benar. Untuk itu, dalam banyak hadis, kita membaca, puasa akan membasmikan dosa. Lebih dari itu, puasa bisa membuat kita lebih dekat kepada Allah. Secara lumrah, ketika hubungan kita dengan Allah menjadi kuat, maka jalan setan menjadi lemah.

Dengan demikian, kita akan teramankan dari setiap tipu daya setan.

Mungkin salat, sebagaimana ditegaskan oleh ayat Qurani, bisa mencegah kemungkaran. Tetapi efek yang ditimbulkan oleh puasa jauh lebih besar dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain.

Semua ini tidak berarti bahwa kita terpaksa dan tanpa daya tidak melakukan dosa. Meninggalkan dosa di bulan Ramadhan bisa lebih mudah dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain.

Penulis: Hujjatul Islam Reza Berenjkar dosen Universitas Tehran

(Shabestan/ABNS)

Rahasia dibalik Takwa


Manusia diciptakan untuk beribadah. Ibadah dilakukan untuk memperoleh ketakwaan. Kiranya, apa keuntungan yang diraih orang yang bertakwa? Apa rahasia dibalik ketakwaan?


⇒ Takwa adalah wasiat Allah untuk seluruh umat manusia.

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُواْ اللّهَ -١٣١-

“Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.”
(An-Nisa’ 131)

⇒ Takwa adalah perisai penjagaan dari tipu daya setan.

وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئاً -١٢٠-

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu.”
(Ali Imran 120)


⇒ Takwa adalah jalan untuk memperoleh solusi kehidupan dan rezeki yang halal.

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً -٢- وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ -٣-

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
(At-Thalaq 2-3)

⇒ Takwa adalah media untuk mensucikan dari semua kekurangan dan aib.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً -٧٠- يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً -٧١-

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah akan Memperbaiki amal-amalmu dan Mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.”
(Al-Ahzab 70-71)


⇒ Takwa adalah jalan untuk menjadi kekasih Allah. 

فَإِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ -٧٦-

“Maka sungguh, Allah Mencintai orang-orang yang bertakwa.”
(Ali Imran 76)

⇒ Takwa adalah syarat diterimanya amal manusia.

قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ -٢٧-

Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya Menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”
(Al-Ma’idah 27)


⇒ Takwa adalah salah satu sebab untuk memperoleh kemuliaan

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ -١٣-

“Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”
(Al-Hujurot 13)


⇒ Takwa adalah media untuk memperoleh bimbingan dari Allah swt.

يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً -٢٩-

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan Memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu.”
(Al-Anfal 29)


⇒ Takwa adalah penyelamat dari siksaan.        

ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوا وَّنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيّاً -٧٢-

“Kemudian Kami akan Menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.”
(Maryam 72)

⇒ Takwa adalah pintu terbukanya ilmu pengetahuan.

وَاتَّقُواْ اللّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّهُ وَاللّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ -٢٨٢-

“Dan bertakwalah kepada Allah, Allah Memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(Al-Baqarah 282)


⇒ Takwa adalah sarana untuk meraih pujian dari Allah.

وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ -١٨٦-

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”
(Ali Imran 186)

Mengenal Dokter Penyakit Batin


Sumber :
Buku : taubat dalam naungan kasih sayang
Karya : Ayatullah Husein Ansariyan

Dosa adalah penyakit batin. Orang-orang yang berdosa harus memahami bahwa dosa yang melekat pada dirinya tersebut, pada hakikatnya bukanlah sesuatu yang bersifat alami. Artinya, sebagaimana penyakit-penyakit lahiriah manusia yang timbul dikarenakan faktor-faktor eksternal tertentu, dosa yang merupakan sebuah penyakit, juga muncul pada diri manusia dikarenakan faktor-faktor eksternal tertentu.

Sebagaimana seorang yang sakit, guna meraih kesembuhan, ia harus pergi ke dokter untuk mendapatkan resep dan obat bagi penyakitnya tersebut, maka seseorang yang terjangkit penyakit batin (jatuh dalam dosa), maka baginya juga terdapat para dokter ahli di bidang tersebut, dimana dengan mengikuti anjuran dan instruksi dari para dokter tersebut, maka sang pasien yang terjangkit penyakit batin juga akan meraih kesembuhan, seberapapun berat dan parahnya penyakit tersebut. Para dokter ahli di bidang ini adalah Allah Swt, Rasulullah saw, para imam maksum as, dan ulama.

Resep obat dari Allah Swt adalah al-Quran, dan resep dari Rasulullah saw, para Imam maksum as, dan ulama adalah hadis-hadis, nasihat-nasihat, dan berbagai hikmah. Rasulullah saw, dalam sabdanya yang ditujukan kepada orang-orang berdosa, mengatakan, “Wahai kalian yang berdosa, kalian adalah orang-orang yang sakit, dan Tuhan penguasa alam adalah dokternya. Kesembuhan dan kebaikan orang yang sakit terletak pada anjuran dan apa yang diperintahkan oleh sang dokter, bukan yang disukai dan sesuai keinginan orang yang sakit.”.

Dinukil dari buku taubat dalam naungan kasih sayang, karya Ayatullah Husein Ansariyan.

Nasihat Imam Husein as: Jangan Menisbatkan Dosamu Kepada Allah


Jangan Menisbatkan Dosamu Kepada Allah

Imam Husein as berkata:

"Setiap orang yang menisbatkan perbuatan dosanya kepada Allah Swt, berarti ia telah melakukan kebohongan besar tentang Allah." (Mohammad bin Mohsen Alam al-Huda Kashani, Ma'adin al-Hikmah, Qom, Jameeh Modarresin, 1407 Hq, cet 2, jilid 2, hal 45, hadis 103)

Sebagian manusia setiap kali melakukan perbuatan dosa, jiwanya tersiksa dan untuk membebaskan dirinya dari ketersiksaan ini, mereka menisbatkan dosa dan perbuatannya yang salah kepada alam. Mereka menyebut dosa yang dilakukannya sudah merupakan hukum alam. Orang-orang seperti ini terkadang menisbatkan dosa-dosa yang dilakukannya kepada Allah Swt. Mereka mengatakan bahwa kondisi kehidupan yang membuat mereka melakukan dosa dan kesalahan.

Bila orang-orang seperti ini mau sedikit saja berpikir, mereka pasti sampai pada satu kesimpulan bahwa manusia diciptakan bebas berkehendak. Yakni, ia bebas menentukan untuk melakukan satu pekerjaan atau tidak. Oleh karenanya, kondisi sulit kehidupan yang dihadapinya tidak pernah menafikan ikhtiar dari dirinya. Ia dalam kondisi paling sulitpun dapat melindungi dirinya dari perbuatan dosa. Karena tidak benar bahwa manusia terpaksa dalam melaksanakan pekerjaannya. Bila manusia terpaksa dalam perbuatannya, maka tidak bermakna Hari Kiamat, surga dan neraka.

Dengan melihat kenyataan ini, Imam Husein as menasihati agar jangan ada orang yang menisbatkan perbuatan dosanya kepada Allah. Seakan-akan yang menggerakkannya untuk berbuat dosa adalah Allah. Padahal dengan melihat ke dalam dirinya, dengan mudah ia mengetahui dirinya bebas berlaku. Itulah mengapa Imam Husein as mengatakan bahwa menisbatkan dosa kepada Allah merupakan kebohongan paling besar.

Sumber: Pandha-ye Emam Hossein.

Aku Telah Memaafkanmu

 

Beberapa hari berlalu, pria itu tidak pergi menemui Rasulullah Saw. Hatinya tidak enak dan tidak bisa berdiri dengan tegak. Ia telah berbuat dosa dan malu menghadap Rasulullah Saw menyatakan taubat dan meminta maaf. Tiba-tiba ada sesuatu yang terbersit di benaknya. Ia kemudian keluar dari rumah dan seperti menanti sesuatu, ia berdiri di dekat rumah Ali bin Abi Thalib as. Pria ini tahu benar betapa Rasulullah Saw sangat mencintai kedua cucunya; Hasan dan Husein. 

Pria itu tetap menanti dan beberapa waktu kemudian ia mendengar suara tawa mereka. Ia begitu gembira dan tidak melepaskan matanya dari pintu rumah. Akhirnya penantiannya berbuah hasil, kedua cucu Rasulullah itu keluar dari rumah sambil tertawa dan kemudian berlari di gang. Pria itu seperti tidak mau kalah, ia juga berlari mengejar mereka. Setelah mendekati keduanya, ia berkata, "Wahai cucu Rasul! Berhentilah sebentar, ada yang saya ingin sampaikan kepada kalian."

Mereka berdiri dan memandang orang yang berbicara itu. Pria itu maju dan berkata, "Apakah kalian bersedia kupanggul di pundakku?"

Hasan dan Husein as merasa takjub dengan permintaan orang itu, tapi mereka tidak berkata apa-apa. Akhirnya pria itu meletakkan keduanya di pundaknya dan mulai berjalan ke arah masjid. Semakin mendekati masjid, hatinya semakin berdetak keras. Ia gembira tapi sekaligus takut. Ketika melihat Rasulullah Saw, nafasnya tertahan, tapi tetap bergerak ke depan. Nabi Saw lebih dahulu mengucapkan salam kepadanya. Orang itu semakin merasa malu dan menundukkan kepalanya.

Dengan kepala masih tertunduk ia berkata, "Wahai Rasulullah! Saya berlindung kepada kedua cucumu ini dari perbuatan buruk yang kulakukan. Tolong ampuni aku demi kedua cucumu!"

Rasulullah Saw tersenyum begitu melihat kedua cucunya.

Pria itu meletakkan keduanya dengan penuh hormat. Kemudian keduanya bergerak menuju Rasul Allah dan Nabi Saw dengan tangan terbuka menerima dan mendekap mereka. Setelah itu beliau berkata, "Karena keduanya, aku memaafkan kesalahanmu. Semoga Allah Swt ridha kepadamu."

Mendengar ucapan Nabi Saw, pria itu baru bisa bernafas lega dan kemudian bibirnya tersenyum.

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Hasan as.

Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?


Saya menggauli (berulang kali) seorang gadis dan saya tahu bahwa ia telah menikah dengan pria lainnya. Apa hukum dari perbuatan ini dan apa yang saya harus lakukan untuk bertaubat?
Jawaban Global
Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan menebus kesalahan-kesalahannya yang telah lalu, maka harapan pengampunan dari sisi Tuhan sangat besar.

Karena itu, apabila Anda menginginkan keselamatan dengan harapan terhadap maaf dan ampunan Ilahi maka segeralah bertaubat. Anda tidak perlu mengabarkan kepada orang lain, cukuplah Anda dan Tuhan Anda yang mengetahui perbuatan tersebut.

Kebanyakan para marja taklid memandang bahwa berzina dengan wanita seperti ini akan menyebabkan keharaman abadi bagi pria yang berzina dengannya.
Jawaban Detil
Berzina dan menjalin hubungan gelap dengan wanita merupakan salah satu keburukan besar sosial yang mengakibatkan banyak kerugian yang tidak dapat ditebus dalam masyarakat. Atas dasar itu, Islam memandangnya sebagai perbuatan haram dan melawannya dengan sengit. Allah Swt dalam al-Qur’an berfirman, Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.(Qs. Al-Isra [17]:32).

Dalam penjelasan singkat dan padat terdapat tiga poin penting yang disinggung pada ayat ini:
Pertama, tidak disebutkan bahwa Anda jangan berzina, melainkan dinyatakan bahwa jangan mendekat kepada amalan yang memalukan ini. Pernyataan redaksi ini di samping merupakan stressing terhadap kedalaman perbuatan ini juga merupakan isyarat subtil bahwa kontaminasi perbuatan zina biasanya memiliki pendahuluan-pendahuluan sehingga manusia secara perlahan mendekatinya, budaya telanjang, kondisi tanpa hijab, buku-buku berbau porno,  film-film beradegan kekerasan seksual, koran dan majalah, night club masing-masing merupakan pendahuluan bagi perbuatan tercela ini.

Demikian juga, berdua-duaan dengan orang asing (pria dan wanita non-mahram berdua-duaan di satu tempat sepi) merupakan faktor yang dapat menimbulkan was-was sehingga orang terseret untuk melakukan perbuatan zina.

Di samping itu, ketika orang-orang muda meninggalkan lembaga perkawinan, mempersulit tanpa dalil di antara kedua belah mempelai, kesemuanya merupakan faktor-faktor “yang mendekatkan kepada zina” yang dilarang pada ayat di atas dengan satu kalimat singkat. Demikian juga pada riwayat-riwayat Islam masing-masing dari yang disebutkan ini secara terpisah juga dilarang.

Kedua, kalimat “innahu kana fâhisyatan” yang mengandung tiga penegasan (inna, penggunaan bentuk kalimat lampau dan redaksi “fâhisyatan”) semakin menandaskan dosa ini.
Ketiga, kalimat, “sa’a sabila” (perbuatan zina merupakan perbuatan keji dan jalan buruk) menjelaskan kenyataan ini bahwa amalan ini merupakan jalan yang melapangkan keburukan-keburukan lainnya di dalam masyarakat.


Pengaruh Buruk Zina dalam Sabda Para Maksum
Rasulullah Saw bersabda, “Zina mengandung kerugian-kerugian duniawi dan ukhrawi. Kerugian di dunia: hilangnya cahaya dan keindahan manusia, kematian yang dekat, terputusnya rezeki. Adapun kerugian di akhirat, tidak berdaya, mendapatkan kemurkaan Tuhan pada waktu perhitungan dan keabadian dalam neraka.

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw yang bersabda, “Tatkala zina telah merajalela maka kematian mendadak juga akan semakin banyak. Janganlah berzina, sehingga istri-istrimu juga tidak ternodai dengan perbuatan zina. Barang siapa yang melanggar kehormatan orang lain maka kehormatannya juga akan dilanggar. Sebagaimana engkau memperlakukan orang engkau akan diperlakukan.”[1]

Imam Ali bin Abi Thalib As dalam sebuah hadis bersabda, “Aku mendengar dari Rasulullah Saw bersabda, “Pada zina terdapat enam efek buruk, tiga bagiannya di dunia dan tiga bagian lainnya di akhirat. Adapun pengaruh buruknya di dunia, pertama, akan mengambil cahaya dan keindahan dari manusia. Memutuskan rezeki, mempercepat kematian manusia. Adapun pengaruh buruknya di akhirat, kemurkaan Tuhan, kesukaran dalam perhitungan dan masuknya ke dalam neraka.”[2]

Ali memandang bahwa meninggalkan perbuatan zina akan menyebabkan kokohnya institusi keluarga dan meninggalkan perbuatan liwat (sodomi) adalah faktor terjaganya generasi manusia.

Dalam sebuah sabda Imam Ridha As telah dinyatakan sebagian keburukan zina di antaranya:
1. Terjadinya pembunuhan dengan pengguguran janin.
2. Kacaunya sistem kekeluargaan dan kekerabatan.
3. Terabaikannya pendidikan anak-anak.
4. Hilangnya warisan.

Karena pengaruh buruk dan jelek lainnya yang membuat Islam sangat mencela perbuatan zina dan memandangnya sebagai dosa besar. Namun apabila manusia melakukan perbuatan buruk ini khususnya berzina dengan wanita bersuami dan kemudian menyesali perbuatan tersebut dengan sebenarnya serta menyatakan taubat dan berjanji tidak akan mengulanginya maka jalan dan pintu taubat akan terbuka lebar baginya.
Al-Qur’an dalam mencirikan ‘ibadurrahman (hamba-hamba sejati Tuhan), salah satu ciri mereka adalah tidak melakukan perbuatan zina. Firman Tuhan, Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah, tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia menerima siksa yang sangat pedih, akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka Allah akan mengganti kejahatan mereka dengan kebaikan, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang; . dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia kembali kepada Allah dengan sebenarnya. (Qs. Al-Furqan [25]:68-71).

Pada ayat lainnya, Al-Qur’an memperkenalkan orang-orang bertakwa, Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Balasan mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (Qs. Ali Imran [3]:135-136).

Disebutkan dalam sebuah riwayat muktabar, “Seorang pemuda menangis dan bersedih hati datang ke hadirat Rasulullah Saw dan berkata bahwa ia takut kepada kemurkaan Tuhan.
Rasulullah Saw bersabda, “Apakah engkau telah melakukan syirik?” Jawabnya, “Tidak.”
Sabdanya, “Apakah engkau telah menumpahkan darah seseorang yang tidak berdosa?”
Katanya, “Tidak.”
Sabdanya, “Allah Swt akan mengampuni dosamu berapa pun besarnya.”
Katanya, “Dosaku lebih besar dari langi dan bumi, arasy dan kursi Tuhan.”
Sabdanya, “Apakah dosamu lebih besar dari Tuhan?” Katanya, “Tidak, Allah Swt lebih besar dari segalanya.”

Sabdanya, “Pergilah (Bertobatlah) sesungguhnya Allah Swt Mahabesar dan mengampuni dosa besar.” Kemudian Rasulullah Saw bersabda lagi, “Katakanlah sebenarnya dosa apa yang telah kau lakukan?”
Katanya, “Wahai Rasulullah Saw, saya merasa malu mengatakannya kepada Anda.”

Sabdanya, “Ayo katakanlah apa yang telah kau lakukan?” Katanya, “Tujuh tahun saya membongkar kuburan dan mengambil kafan orang-orang mati hingga suatu hari tatkala saya membongkar kubur dan mendapatkan jasad seorang putri dari kaum Anshar kemudian saya telanjangi lalu hawa nafsu menguasai diriku…. (kemudian pemuda itu menjelaskan apa yang dilakukannya).. Ketika ucapan pemuda itu sampai di sini Rasulullah Saw bersedih luar biasa dan bersabda, “Keluarkanlah orang fasik ini dan berpaling kepada pemuda itu dan bersabda, “Alangkah dekatnya engkau kepada neraka?” Pemuda itu keluar dan menangis sejadi-jadinya, mengalihkan pandangannya ke sahara dan berkata, “Wahai Tuhan Muhammad! Apabila Engkau menerima taubatku maka kabarkanlah kepada Rasul-Mu dan apabila tidak demikian maka turunkanlah api dari langit dan membakarku serta melepaskanku dari azab akhirat. (Setelah itu) Di sinilah utusan wahyu Ilahi turun kepada Rasulullah Saw dan membacakan ayat, “Qul Yaa Ibâdiyalladzi asrafû…” bagi Rasulullah Saw.[3]  

Katakanlah (Wahai Rasul), “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Isra [17]:53)

Dengan demikian apabila Anda menginginkan keselamatan dengan harapan terhadap ampunan dan maaf ilahi maka segeralah bertaubat.  Anda tidak perlu harus mengabarkan orang lain atas apa yang terjadi. Cukup Anda dan Tuhan Andalah yang tahu apa yang telah Anda lakukan.

Sesuai dengan pandangan (fatwa) kebanyakan marja agung taklid yang memfatwakan keharaman abadi bagi wanita ini untuk menikah dengan orang yang telah berzina dengannya. Dan bahkan apabila wanita tersebut telah menerima talak dari suaminya, pria yang sebelumnnya berzina dengannya tidak dapat menikah dengannya (selamanya).[4]


[1]. Silahkan lihat, Tafsir Nur, Muhsin Qira’ati, jil. 8, hal. 193, Cetakan Kesebelas, Intisyarat Markaz Farhanggi Darsha-ye Qur’an, Teheran, 1383.  
[2]. Tafsir Nemune, Makarim Syirazi, jil. 12, hal. 102, Cetakan Pertama, Intisyarat-e Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1373.  
[3]. Ibid, jil. 19, hal. 507.  
[4]. Taudhi al-Masâil (al-Muhassyâ li al-Imâm Khomeini), jil. 2, hal. 471. Masalah 2403, 2402, 2401. 

Taubat Setelah Taubat


Sumber :
Buku : Syarah Doa Kumail
Karya : Ayatullah Husein Ansariyan

Athar dalam kitab Manthiqul Thairmenuliskan :
“Seorang lelaki mendapatkan taufik untuk bertaubat setelah banyak melakukan perbuatan dosa. Namun, dikarenakan hawa nafsu ia kembali berbuat maksiat hingga kemudian ia kembali bertaubat. Akan tetapi sekali lagi ia merusak taubatnya dengan perbuatan dosa hingga akhirnya ia terjerat ganti rugi atas dosa-dosanya. Dan iapun menyadari bahwa ia telah menghabiskan umurnya dengan kesia-siaan belaka. Saat mendekati ajalnya, ia kembali berpikir untuk bertaubat, namun ia merasa bagai biji gandum yang telah terlanjur menjadi merah dikarenakan panas api dan dikarenakan rasa malu itu ia mengurungkan niatnya. Hingga pada akhir malam sebelum shubuh, ia mendengar suara ghaib : “Allah yang Maha Penyayang berfirman : saat pertama kali engkau bertaubat Kami telah mengampunimu. Saat engkau merusak taubatmu, Kami bisa untuk membalasmu, akan tetapi ketika itu Kami memberikan waktu lebih padamu dan taubatmu-pun Kami terima. Hingga untuk ketiga kalinya kau menghancurkan taubatmu dan tenggelam dalam dosa. Sekarang jika kau berpikir untuk bertaubat maka lakukanlah, karena Kami akan menerima taubatmu”.

Dinukil dari buku syarah doa kumail, karya Ayatullah Husein Ansariyan.

Terkait Berita: