Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Bulan Ramadhan*. Show all posts
Showing posts with label Bulan Ramadhan*. Show all posts

Di Hari Idul Fitri, Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei Ampuni 930 Narapidana

Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei.

Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei telah mengampuni atau meringankan hukuman untuk sejumlah tahanan Iran.

Pemimpin Kamis (16/7/15) sepakat untuk mengampuni atau mengurangi hukuman sebanyak 930 narapidana yang memenuhi syarat dihukum oleh pengadilan.

Keputusan Pemimpin datang dalam menanggapi surat dari kepala kehakiman Iran Ayatollah Sadeq Kehakiman Amoli Larijani yang meminta grasi untuk narapidana yang memenuhi syarat pada kesempatan Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan.

(Mahdi News/ABNS)

Tradisi Ratusan Tahun Warga Ternate Sambut Malam Lailatul Qadar


Masyarakat Islam di Ternate, Maluku Utara memiliki tradisi sendiri dalam rangka menyambut malam Lailatul Qadar. Warga dengan sumringah menyambut Malam 1.000 bulan ini dengan menggelar Festival Ela-Ela.
 
Festival ini rencananya berlangsung pada 13 Juli 2015 atau malam 27 Ramadan. Festival akan menampilkan kekhasan tradisi Islam dalam menyambut malam Lailatul Qadar.

"Masyarakat Islam di Ternate sejak ratusan tahun silam memiliki tradisi dalam menyambut malam Lailatul Qadar yang disebut Ela-Ela. Tradisi inilah yang kita tampilkan pada Festival Ela-Ela nanti," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate Anas Conoras di Ternate, Kamis (9/7/2015).

Festival Ela-Ela telah menjadi kegiatan rutin Pemkot Ternate. Di sini menampilkan ritual penyambutan, yang diawali dengan pembacaan doa di Kedaton Kesultanan Ternate. Doa berlangsung usai salat tarawaih di Masjid Kesultanan Ternate.

Kegiatan selanjutnya yakni pembakaran obor yang dalam bahasa Ternate disebut Ela-Ela oleh wakil dari Kesultanan Ternate dan Pemkot Ternate, kemudian diikuti seluruh masyarakat, baik yang ada di lingkungan kedaton kesultanan maupun di seluruh wilayah Ternate.

Seluruh warga di Ternate memasang obor di halaman rumah sampai pagi. Adapula warga yang membakar damar, sehingga hampir seluruh wilayah Ternate tercium aroma harum damar yang umumnya dari kualitas terbaik di Halmahera.

"Masyarakat Ternate membakar obar dan damar pada malam 27 Ramadan karena sesuai keyakinan yang diwariskan sejak ratusan tahun silam. Pada malam itu para malaikat turun dari langit, dan untuk itu masyarakat menyambutnya dengan cara menerangi kampung menggunakan obor dan mengharumkannya menggunakan damar," jelas Anas.

Untuk menyemarakan festival, Pemkot Ternate menggelar lomba Ea-Ela antar kelurahan dengan penilaian dititikberatkan pada kesemarakan obor dan lampion, serta partisipasi masyarakat di setiap kelurahan dalam kegiatan itu.

Kini, Festival Ela-Ela telah menjadi salah satu kegiatan wisata religi di Ternate, yang diselenggarakan setiap bulan Ramadan. Sesuai pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kegiatan ini cukup menarik perhatian wisatawan
(Liputan 6/ABNS)

Hakikat Zakat Fitrah


Apakah hakikat zakat fitrah yang harus ditunaikan di akhir bulan Ramadhan? Apakah falsafah di balik kewajiban menunaikan zakat ini?
Dalam memahami hakikat dan falsafah tersebut, mari kita camkan beberapa poin berikut ini:

a. Menunaikan zakat fitrah dakan menyebabkan puasa kita sempurna dan terkabulkan. Dalam sebuah hadis, Imam Shadiq as berkata, “Kesempurnaan puasa adalah menunaikan zakat, sebagaimana salawat atas Nabi Muhammad adalah kesempurnaan salat. Barang siapa berpuasa dan tidak menunaikan zakat, maka tiada puasa baginya apabila ia meninggalkannya dengan sengaja ....”

b. Menunaikan zakat fitrah dapat memelihara seseorang dari ajal kematian pada tahun itu. Imam Shadiq as berkata, “Tunaikanlah zakat fitrah untuk keluargamu dan janganlah kamu lalaikan salah seorang pun dari mereka. Jika kamu melalaikan salah seorang dari mereka, maka kamu telah mengkhawatirkan ketiadaan baginya.” “Apakah maksud ketiadaan itu?” tanya perawi. “Kematian,” jawab Imam Shadiq.

c. Menunaikan zakat fitrah dapat menjamin keselamatan tubuh dan menyucikan jiwa dari keburukan etika. Dalam sebuah hadis ketika menafsirkan ayat qad aflaha man zakkāhā ditegaskan, maksud dari tazkiyah adalah zakat fitrah.

(Shabestan/ABNS)

Mengapa Para Marjaʻ Berbeda dalam Menentukan Idul Fitri?


Mengapa para marjaʻ taklid kadang-kadang berbeda pandangan dalam menentukan Hari Raya Idul Fitri? Apakah hal ini tidak akan menimbulkan masalah di kalangan masyarakat?
 
Satu hal yang harus kita tekankan pertama kali adalah menentukan Hari Raya Idul Fitri bukanlah tugas seorang mujtahid dan marjaʻ taklid. Tugas mukallaflah untuk menentukan hilal sesuai dengan cara dan jalan-jalan yang telah dipaparkan dalam kitab-kitan Tawdhīh Al-Masā’il. Ia tidak wajib menunggu pengumuman mujtahid dan marjaʻ taklid.

Poin kedua, dalam sebagian masalah, syariat Islam telah menentukan cara-cara yang bisa digunakan untuk memahami obyek-obyek sebuah hukum. Seperti dalam masalah kita ini, syariat telah menentukan bahwa bulan Ramadhan dimulai dengan melihat hilal dan ditutup juga dengan melihat hilal. Semua masalah bergantung pada melihat hilal: shum li ru’yah wa afthir lir ru’yah.

Termasuk dalam kategori melihat hilal apabila dua orang adil menyatakan telah menyaksikan hilal.

Dengan demikian, jika setiap orang, baik mujtahid maupun mukallaf, telah menentukan hilal melalui jalan-jalan yang telah ditentukan, maka ia wajib berpuasa dan juga wajib berbuka puasa. Jika tidak terbukti, maka ia tidak memiliki kewajiban apapun.

Lalu, mengapa terjadi perbedaan pandangan dalam menentukan Idul Fitri?

a. Sebagian marjaʻ taklid meyakini kesaksian dua orang adil atau wakil-wakil mereka di berbagai daerah bahwa hilal telah tampak.

b. Perbedaan prinsip para marjaʻ dalam menentukan melihat hilal. Sebagian marjaʻ meyakini bahwa hilal yang sudah terlihat di setengah belahan bumi adalah hujjah untuk seluruh penduduk di bagian bumi ini. Sementara itu, sebagian marjaʻ yang lain berkeyakinan hilal hanya menjadi hujjah untuk daerah hilal terlihat dan juga daerah-daerah yang seufuk dengan daerah ini.

c. Apakah melihat hilal harus dengan mata telanjang ataukah juga bisa dengan menggunakan alat seperti teleskop? Sebagian marjaʻ akhir-akhir ini menyatakan fasilitas seperti ini adalah muktabar.

Untuk itu, dengan kesadaran ilmiah seperti ini, perbedaan pandangan dalam menentukan Idul Fitri tidak akan menimbulkan problem di tengah masyarakat.

(Shabestan/ABNS)

Lagi, ISIS Siksa Anggota yang Dituduh Batal Puasa


ISIS lagi-lagi menyiksa seorang muslim yang batal puasa. Sejumlah foto yang dirilis Pusat Informasi Wilayah Bagian ISIS memperlihatkan dua pria sedang diberi hukuman di tengah gurun sebelah timur Sungai Tigris, Samarra, Irak.

Pada foto tersebut, terlihat seorang pemuda yang diperkirakan Daily Mail sebagai anggota militan ISIS, seperti sedang berbicara melalui pengeras suara, yang diyakini sedang membacakan sanksi hukuman.

Di foto selanjutnya, tampak seorang pria menggunakan busana cokelat muda berdiri di samping dua pria yang sedang berjongkok. Pria yang berdiri itu memegang sebuah benda seperti cambuk, bergagang hijau.

Foto-foto lainnya menunjukkan kedua pria yang berjongkok dekat sebuah mobil berstiker slogan pro-ISIS itu kemudian dicambuk, dan menjadi tontotan sejumlah warga dan anak-anak setempat.

Meski ibadah puasa sangat penting untuk dilakukan oleh umat Islam di bulan Ramadan ini, respon dan tindakan ISIS dalam memberi sanksi terhadap pelanggaran berpuasa dinilai kasar dan brutal.

Sebelumnya, ISIS juga sempat menghukum dua bocah laki-laki lantaran dituduh batal puasa.
Akibatnya, lengan keduanya diikat dan digantung selama beberapa jam. (*)

(tribunnews.com/ABNS)

Tahukah Anda Keutamaan Salawat di Bulan Ramadhan?


“Barang siapa banyak bersalawat kepadaku di bulan ini, maka Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika banyak timbangan menjadi ringan,” (Wasā’il al-Syī‘ah, jld. 10, hlm. 314).
 
Banyak penekanan tentang salawat untuk Rasulullah saw dan keluarga beliau.

Di Hari Kiamat kelak, amal manusia diukur dengan tolok ukur tertentu. Tentu tidak dengan menggunakan alat ukur materi. Jika kita ingin menimbang sesuatu di dunia ini, maka kita akan menggunakan sebuah timbangan khusus. Lalu apakah timbangan yang akan digunakan di akhirat kelak?

Timbangan amal di Hari Kiamat adalah suatu keyakinan yang tidak diragukan lagi. Dalam hal ini, al-Quran berfirman, “Timbangan kala itu adalah hak,” (QS. Al-A‘raf : 8). Menurut al-Quran, mereka yang memiliki timbangan amal berat termasuk golongan yang jaya. Tetapi, mereka yang memiliki timbangan amal ringan termasuk golongan yang celaka.

Dalam kitab Safīnat al-Bihār disebutkan, barang siapa tidak mampu membayar tebusan dosa-dosanya, maka hendaklah ia banyak mengirimkan salawat atas Muhammad dan keluarganya.”

Di samping itu, salawat bisa menjadi penjamin pengabulan doa. Dalam sebuah hadis, Imam Ali as berkata, “Ketika kalian memiliki hajat, berdoa, dan memohon sesuatu kepada Allah, maka janganlah kalian lupakan salawat untuk utusan Allah, karena salawat ini adalah sebuah doa yang terkabulkan. Jika kalian menyertakan hajat dengan salawat, maka Allah tidak akan pernah mengabulkan satu permintaan dan menolak permintaan yang lain.”

(Shabestan/ABNS)

Pelajaran Terbesar dari Ramadhan


Pelajaran terbesar Ramadhan bisa kita pelajari dari wejangan dan pernyataan yang pernah dilontarkan oleh para tokoh kita.
 
Berikut pernyataan Rahbar seputar bulan suci ini:

Mungkin salah satu pahala Ilahi untuk kita adalah Allah telah menganugerahkan taufik kepada kita untuk bisa melanggengkan rahmat Ilahi ini hingga tahun depan. Rahmat Ilahi di bulan Ramadhan timbul dari kebajikan-kebajikan yang kita lakukan di bulan ini. Di bulan Ramadhan, kita memiliki kesempatan untuk fokus kepada Allah, berbagi dengan kalangan lemah, menjalin silaturahim, dan membangun ketakwaan. Begitu pula menjalin kembali hubungan dengan orang-orang yang selama ini kita jauhi. Bulan ini adalah bulan untuk melunakkan hati dan bertawasul. Seluruh kalbu menjadi lunak dan dan seluruh jiwa bercahaya dengan anugerah dan rahmat Ilahi.

Mari kita lanjutkan kondisi ini hingga tahun depan. Mari kita pelajari Ramadhan untuk mengecek kondisi kita selama satu tahun.

Pelajaran terbesar dari bulan Ramadhan adalah membangun dan mendidik diri. Langkah pertama untuk membangun diri adalah kita harus memandang diri kita, akhlak, dan tindakan kita dengan kaca mata kritik. Kita harus melihat seluruh cela kita dengan jelas. Lalu mari kita berusaha untuk membasminya. Dan kita pasti bisa melakukan semua ini. Mereka yang memiliki kekuatan dan kemampuan jangan sampai menggunakan kekuatan ini untuk melalimi orang lain.

(Shabestan/ABNS)

Masjidul Haram, Tuan Rumah Delapan Juta Peziarah dalam Sepuluh Hari Pertama Ramadhan


Delapan juta para peziarah mendatangi Masjidul Haram dalam sepuluh hari pertama bulan Ramadan.
Dr. Shalah Shaqr, Ketua Pengurus Haji dan Umrah Mekah Mukarramah, mengumumkan bahwa delapan juta peziarah dari berbagai negara di dunia mengunjungi Masjidul Haram dalam sepanjang sepuluh hari pertama bulan Ramadan dan data statistik ini menunjukkan bahwa jumlah para peziarah mengalami peningkatan 49 persen dibandingkan tahun yang lalu.
Ia menambahkan, “Jumlah bus yang mengangkut para peziarah Baitullah Haram mengalami peningkatan 38 persen dibandingkan tahun yang lalu dan hal ini menunjukkan bahwa jumlah para peziarah meningkat.”
Komite Pusat Haji dalam musim haji tahun ini menyiapkan fasilitas-fasilitas pengangkutan yang dibutuhkan untuk kemudahan para peziarah dan menyiapkan 1.500 bus untuk melayani para peziarah di Masjidul Haram dan dengan bus inilah yang akan memindahkan 25 juta para peziarah.

(Shabestan/ABNS)

Selama Ramadhan, Warga Kano Makan Gratis


Negara bagian Kano di Nigeria mengalokasikan dana untuk memberi makanan gratis para warganya. Umat Muslim Kano akan menikmati makanan secara cuma-cuma sepanjang bulan Ramadan 2015.
 
Seperti dilansir Daily Post, Sabtu (20/6/2015), mayoritas warga Kano memeluk agama Islam. Pemerintah setempat pun mempunyai ide untuk memberi makanan gratis dengan mengalokasikan dana senilai 220 juta naira atau sekira Rp17,8 miliar.

Perwakilan Pemerintah Kano, Alhaji Usman Bala, mengatakan, pemerintah telah menyiapkan segala sesuatunya untuk memulai program ini. Dana yang sudah dialokasikan akan digunakan untuk menyediakan makanan selama sebulan penuh dan akan dibagikan secara gratis.

Makanan itu disalurkan melalui tempat khusus. Pemerintah setempat sendiri telah menyiapkan sekitar 120 hingga 175 tempat pembagian makanan gratis itu.

“Bahan makanan termasuk beras, kacang, tepung, minyak goreng telah disediakan di masing-masing lokasi pembagian. Setiap lokasi akan memiliki komite yang dikoordinasi lima orang. Selain itu, ada enam koki yang akan menyiapkan makanan,” jelas dia.

Bala menambahkan, pemerintah juga telah menggunakan jasa pengawasan sanitasi untuk memastikan kebersihan makanan dan lingkungan tempat penyaluran makanan gratis. Selain itu, makanan-makanan yang akan diberikan juga dibungkus menggunakan plastik khusus.

“Program ini bertujuan untuk membantu orang yang kurang beruntung selama Ramadan 2015. Jadi kami berharap para pengurus pendistribusian berlaku jujur dan mendukung program ini,” ujarnya.

(Okezone.com/ABNS)

Puasa-Khusus Mengingatkan Kita sebagai Penerus dan Wakil Tuhan


Puasa dalam perspektif Irfan memiliki lingkaran yang lebih luas yang di samping terkait dengan badan juga mencakup jiwa dan pesuluk harus menjauhi apa-apa yang dilarang untuk didengar, dibicarakan, dan diperbuat.
 
Hujjatul Islam Bahram Delir, Ketua Bidang Irfan Lembaga Penelitian Budaya dan Pemikiran Islam, dalam wawancara dengan Shabestan yang di samping menegaskan tentang puasa-khusus, mengatakan bahwa puasa memiliki definisi fikih yakni menahan dari makan, minum, dan hal-hal lain dari azan subuh hingga azan magrib. Pada hakikatnya, ‘menahan’ ini terkait dengan badan jasmani.
Ia melanjutkan, “Sementara puasa dalam pandangan Irfan memiliki domain yang sangat luas yang di samping berhubungan dengan badan juga meliputi jiwa. Pesuluk harus meninggalkan apa-apa yang dilarang untuk didengar, dikatakan, dan dilakukan, namun hal ini tidak bermakna bahwa bohong, ghibah, dan ucapan yang tidak layak menurut fikih adalah bisa dikerjakan ketika berpuasa. Memang hal-hal tersebut tidak membatalkan puasa, tetapi hal ini sangat berbeda jika dipandang dari sudut puasa jiwa dan batin.”
Tentang puasa-khusus atau puasa batin para arif, ia mengungkapkan, “Menahan ini bagi pesuluk tidak hanya dalam bulan Ramadan ini, melainkan penahanan ini secara perlahan-lahan dan bertahap akan berlaku pada bulan-bulan yang lain dan apa-apa yang berkaitan dengan pemikiran, hati, tafakkur, dan… akan menjadi focus perhatian. Di dalam puasa-khusus arif ini, puasa mencakup jasmani dan ruhani, mungkin saja puasa jasmaninya hanya di dalam bulan Ramadan saja, namun puasa ruhaninya terus berjalan sepanjang tahun.”
Untuk menjalani puasa-khusus ini terdapat dua jalan, ia mengatakan, “Jalan ini adalah jalan teoritis dan praktis. Irfan praktis mendukung Irfan teoritis dan ketika salik mencapai suatu pengetahuan bahwa doa dan kesalahan baginya seperti meminum racun maka mustahil ia melakukannya, karena itu ia tidak akan mendengar apa yang terlarang untuk didengar dan tidak melangkahkan kakinya di jalan yang terlarang, begitu pula tidak akan berpikir tentang apa-apa yang dilarang untuk dipikirkan. Semua ini adalah sifat-sifat yang mengakar bagi sang salik.”
“Jika Irfan teoritis tidak tercapai maka mustahil Irfan praktis bisa berjalan. Di jalan ini seribu tingkatanyang harus dilalui secara bertahap sedemikian sehingga mengakar di hati, jiwa, dan pikiran sang pesuluk. Dan jika Rasulullah saw berkata kepada seorang yang sedang berpuasa dalam kondisi mengghibah saudara seimannya bahwa engkau tidak berpuasa dan sedang memakan potongan-potongan daging mayat, maka itu adalah bentuk batin dari perbuatannya.”
“Begitu banyak persoalan lahiriah yang karena kita tidak mengetahui batinnya maka kita tidak berusaha untuk melaksanakan dan menghindarinya. Tidak seorang pun yang berakal akan rela memakan daging mayat, dalam kondisi demikian, apakah dia berani mengghibah atau berbohong yang merupakan kunci dari segala keburukan. Apakah orang yang berakal sehat akan mencari keburukan, bagaimana dengan para pesuluk?” tegasnya.
“Para pesuluk senantiasa berupaya melakukan apa-apa yang dicintai dan diridhai oleh kekasihnya (Tuhan) dan meninggalkan apa-apa yang tidak disenangi-Nya,” tandasnya.

(Shabestan/ABNS)

Ramadhan dan Penurunan Angka Kejahatan


Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak kepolisian dan lembaga-lembaga terkait, angka kejahatan pada bulan Ramadhan sangat turun secara signifikan dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain.
 
Mengapa demikian?

Menurut Ghulam Reza Jamsyidiha kepala Institut Ilmu Sosial di Universitas Tehran, faktor lingkungan memiliki pengaruh dalam pendidikan manusia.

Untuk itu, lanjut Jamsyidiha, ketika seluruh anggota masyarakat diajak kepada kebaikan di bulan suci Ramadhan seperti ini, seluruh atmosfir dunia berada dalam aroma spiritual. Media massa juga memiliki pengaruh dalam hal ini. Untuk itu, hasil sempurna dalam penurunan angka kejahatan dan kriminal sangat tampil signifikan.

Untuk itu, tukas Jamsyidiha, iklan-iklan asing yang biasa mengajak masyarakat ke arah konsumerisme dan dekadensi moral jarang atau sama sekali tidak ditayangkan. Kondisi ini menciptakan sebuah konsentrasi penuh terhadap spiritualisme dan semangat keutahanan. Kondisi ini sangat berpengaruh atas masyarakat.

“Tetapi, di bulan-bulan lain, kita sangat minimal menyaksikan atmosfir spiritual seperti itu. Bulan-bulan suci lain seperti Muharam juga memiliki pengaruh seperti bulan Ramadhan,” ujar Jamsyidiha.

Jika kita menyaksikan manifestasi material dengan kentara di bulan-bulan lain, lanjut Jamsyidiha, maka bulan Ramadhan dan Muharam adalah arena spiritualisme, dan sangat jarang terjadi kesalahan di kedua bulan ini.

(Shabestan/ABNS)

Mengapa Pintu Dosa Tertutup di Bulan Ramadhan?


Benarkah puasa di bulan Ramadhan bisa mencegah seseorang berbuat dosa? Apakah potensi yang dimiliki oleh puasa sehingga seseorang mau tidak mau bisa menghindari dosa?
 
Secara umum, ada dua jalan di dunia ini:

Pertama, jalan Ilahi. Barang siapa memilih jalan ini, maka ia berada dalam haribaan Ilahi.

Kedua, jalan setani yang dikepalai oleh iblis. Barang siapa memilih jalan ini, maka ia berada dalam wilayah setan.

Jiwa dan ruh setiap orang yang berada di masing-masing jalan tersebut pasti memperoleh pengaruh dan efek khusus masing-masing. Puasa adalah salah faktor dan potensi yang telah ditetapkan oleh Allah dalam jalan Ilahi tersebut.

Pengaruh dan efek-efek tersebut berarti kita memperoleh bantuan untuk berada di sebuah jalan yang benar. Untuk itu, dalam banyak hadis, kita membaca, puasa akan membasmikan dosa. Lebih dari itu, puasa bisa membuat kita lebih dekat kepada Allah. Secara lumrah, ketika hubungan kita dengan Allah menjadi kuat, maka jalan setan menjadi lemah.

Dengan demikian, kita akan teramankan dari setiap tipu daya setan.

Mungkin salat, sebagaimana ditegaskan oleh ayat Qurani, bisa mencegah kemungkaran. Tetapi efek yang ditimbulkan oleh puasa jauh lebih besar dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain.

Semua ini tidak berarti bahwa kita terpaksa dan tanpa daya tidak melakukan dosa. Meninggalkan dosa di bulan Ramadhan bisa lebih mudah dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain.

Penulis: Hujjatul Islam Reza Berenjkar dosen Universitas Tehran

(Shabestan/ABNS)

Bulan Ramadhan Berbeda dengan Bulan-bulan Lain


“Bulan Ramadhan sangat berbeda dengan bulan-bulan yang lain bukan lantaran puasa belaka. Perbedaan ini mulai dari nol hingga tak terhingga dan bisa disaksikan dalam segala hal.”
 
Begitu hal ini ditegaskan oleh Hujjatul Islam Muhsin Adib Behruz seorang ahli di Universitas Ilmu Kedokteran Tehran kemarin kepada wartawan Shabestan.

Untuk memasuki bulan suci Ramadhan, lanjut Behruz, kita perlu mempersiapkan persiapan-persiapan yang diperlukan. Salah satunya adalah izin dari Allah. Puasa di bulan Sya‘ban termasuk salah satu persiapan yang bisa kita lakukan untuk memasuki bulan ini.

Membaca doa-doa khusus, lanjut Behruz, juga termasuk persiapan yang bisa kita lakukan. Kandungan doa-doa ini adalah kita ingin memasuki bulan Ramadhan dengan izin pemiliknya.

“Dengan persiapan-persiapan seperti ini, jelas hasilnya akan berbeda dengan orang yang hanya terpaksa berpuasa lantaran perintah Allah,” ujar Behruz.

“Puasa di akhir bulan Sya‘ban dan bermunajat di malam pertama bulan Ramadhan adalah sebuah mohon untuk memasuki jamuan Ilahi. Dengan izin ini, seseorang tahu sedang memasuki sebuah bulan khusus yang sangat berbeda dengan bulan-bulan lain. Perbedaannya bukan hanya dalam kewajiban puasa,” lanjut Behruz.

Puasa tersebut, ungkap Behruz, hanyalah satu keping dari keping-keping puzzle yang harus kita susun bersandingan. Setelah seluruh puzzle tersebut tersusun rapi, kita baru bisa melihat sebuah susunan yang indah nan rapi serta bermakna.

(Shabestan/ABNS)

Resesi Ekonomi, Warga Gaza Alami Ramadhan Tersulit


Organisasi Kamar Dagang di Gaza menyebutkan tingkat pengangguran di wilayah tersebut mencapai 55 persen. Resesi ekonomi ini dialami warga Gaza saat menyambut Ramadhan.
 
Menurut Direktur Humas Kamar Dagang Gaza, Maher Al – Tabbaa, lebih dari satu juta warga Gaza tidak memiliki pekerjaan harian. “Angka kemiskinan di Gaza mencapai 39 persen. Kemiskinan ini berpengaruh besar terhadap masyarakat di Gaza, “ kata Maher, sebagaimana dikutip laman middleeastmonitor, Jumat (19/6).

Menurut Maher, Ramadhan tahun ini menjadi bulan suci tersulit yang pernah dialami warga Gaza. Sebab, resesi ekonomi membuat warga Gaza mengalami penurunan daya beli yang signifikan.

Kondisi ini disebabkan perang dilancarkan oleh Israel terhadap Jalur Gaza tahun lalu . Perang berlangsung selama 51 hari dan berdampak terhadap meningkatnya jumlah pengangguran hingga 200 ribu jiwa.

Untuk meringankan penderitaan ini, Maher mendesak badan-badan internasional agar menekan Israel untuk membuka blokade Gaza. Israel juga perlu membuka semua perlintasan perdagangan dan pelabuhan.

"Sebanyak 80 persen warga Gaza menerima bantuan sementara 40 persen hidup di bawah garis kemiskinan," tambah Maher.

Bulan lalu, Bank Dunia menyatakan pengangguran di Gaza merupakan yang tertinggi di dunia. (Republika)

China Larang Pejabat dan PNS di Xinjiang Jalankan Ibadah Puasa


Pemerintah China dikabarkan memaksa para pegawai negeri dan pejabat di provinsi Xinjiang untuk berjanji tak akan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang akan dimulai pada Kamis (18/6/2015).
 
Xinjiang, adalah wilayah China yang sebagian besar penduduknya adalah etnis Uighur yang beragama Islam. Sejak beberapa kelompok garis keras melakukan gangguan keamanan, pemerintah China mengendalikan wilayah itu dengan keras.

Sama dengan kondisi tahun lalu, situs pemerintah Xinjiang memuat pemberitahuan yang meminta para pejabat, PNS hingga para pelajar dan guru yang beragama Islam tidak menjalankan ibadah puasa.

Di beberapa bagian Xinjiang, Beijing bahkan meminta pejabat setempat memberikan jaminan baik secara lisan maupun tertulis bahwa mereka tidak akan menjalankan ibadah puasa dan menghadiri aktivitas keagamaan.

Keputusan pemerintah China untuk melarang warga Xinjiang berpuasa karena menganggap bulan Ramadhan bisa digunakan sebagai sarana melakukan provoksi untuk memicu lebih banyak perlawanan di provinsi tersebut.

"Pemerintah China memperbanyak jenis larangan dan memperketat pengawasan ketika Ramadhan akan tiba. Agama yang dipeluk warga Uighur telah dipolitisasi dan meningkatkan pengawasan justru bisa mempertajam perlawanan," kata Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Sedunia (WUC), organisasi etnis Uighur di pengasingan.

Pada Desember tahun lalu, pemerintah China sudah menimbulkan keresahan warga Xinjiang setelah melarang kaum perempuan Muslim mengenakan burka. Di China terdapat sekitar 20 juta umat Muslim, 8 juta di antaranya adalah warga Uighur yang berbahasa Turki di provinsi Xinjiang. [tribunnews]

Tradisi Berbuka Puasa di India


Tradisi unik di Bulan Ramadan tidak hanya ada di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. India pun memilikinya. Negara tersebut memiliki tradisi berbuka puasa yang terbilang cukup unik.
 
Dikutip dari Skyscanner, umumnya masyarakat India berbuka puasa di masjid atau surau kecil. Untuk membangun kekeluargaan, berbuka puasa dilaksanakan di depan masjid dan bisa dinikmati oleh masyarakat umum.

Sementara, hidangan lezat yang disajikan merupakan hidangan yang diberikan oleh para donatur yang mereka bawa dari rumah. Menariknya, penjualan bihun selama Bulan Ramadan mengalami peningkatan.

Sebab, bihun merupakan menu yang kerap disuguhkan saat berbuka puasa bersama dengan buah-buahan manis.

Namun, masing-masing wilayah di India memiliki santapan yang berbeda untuk berbuka puasa. Di India Selatan, seperti di Tamil Nadu dan Kerala, kerap menikmati nombu kanji.

Nombu kanji merupakan bubur nasi yang dimasak bersama daging sapi atau domba dilengkapi dengan kacang hijau, bawang bombai dan rempah-rempah (kunyit, kayu manis, jintan, dan cengkih).

Umumnya, makanan ini disajikan bersama bonda, bajji dan vada (aneka gorengan khas India).

Sementara itu, haleem menjadi makanan yang kerap disantap di perbatasan India Utara dan India Selatan, Hyderabadi. Meski ini termasuk hidangan Arab, namun setelah dimodifikasi dengan aneka macam rempah khas India, makanan ini menjadi hyderabadi haleem.

Hyderabadi merupakan bubur yang terbuat dari gandum, daging sapi atau kambing, bawang bombai, garam masala, ketumbar, dan ghee. Kabarnya, makanan ini sangat spesial dan menjadi sajian yang cukup sering dikirim kepada umat muslim India yang berada di luar negeri.

Di sepanjang jalan menjelang buka puasa, aneka gorengan kerap dijajakan di India bagian utara. Gorengan seperti samosa dan pakoris merupakan yang paling favorit.

[Sumber: Sindo News]

Melihat Keseharian Muslim di China Selama Ramadan


Otoritas Islam China telah menetapkan awal Ramadan 1436 H pada hari Kamis 18 Juni 2015, dan akhir Ramadan 1436 H, atau Hari Raya Idul Fitri pada Jumat 17 Juli 2015. Oleh karena itu, seluruh Muslim di China akan memulai ibadah puasa pada hari ini.
 
Berdasarkan jadwal imsakiyah dari Masjid Agung Niujie, Kota Beijing, yang diterima Antara menyebutkan, waktu subuh untuk hari ini adalah pukul 03.09, dan maghrib pukul 19.45 waktu setempat.

Waktu Salat Subuh dan berbuka puasa untuk setiap kota di China, berbeda satu hingga satu setengah jam dari Kota Beijing. Selama Ramadan, sekira 50 juta Muslim di China akan berpuasa, Salat Tarawih, dan melakukan tadarus di sejumlah masjid.

Muslim Indonesia yang berada di China, biasanya melakukan Salat Tarawih di masjid atau di rumah masing-masing. Khusus di Kota Beijing, sebagian dari mereka melakukan buka puasa bersama di Kedutaan Besar RI (KBRI), kemudian dilanjutkan dengan Salat Tarawih berjamaah.

Islam mulai masuk ke Negeri Tirai Bambu itu pada akhir masa Dinasti Sui atau menjelang berdirinya Dinasti Tang (Abad ke 7), yang dibawa oleh saudagar Arab Saudi yang datang melalui Bandar Kanton (Guang Dong), dan Bandar Quanzhou.

Bahkan hingga kini, masih ada warga keturunan Arab yang tinggal di Kota Quanzhou, dan banyak juga makam para ulama Islam Tionghoa keturunan Arab di kota itu.

[Sumber: Okezone.com]

Bagaimana Hukum Puasa Para Musafir?


Bagaimana hukum salat dan puasa bagi para dosen dan mahasiswa yang jika berniat untuk tinggal lebih dari 10 hari di tempat belajar dan mengajar?
 
Pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak diajukan oleh masyarakat kepada Pusat Nasional Solusi Keagamaan adalah sebagai berikut:

Para dosen dan mahasiswa jika mereka berniat untuk tinggal lebih dari 10 hari di tempat studi dan mengajar, bagaimana hukum salat dan puasa mereka?

Jawaban: semua Marja mengatakan:

Untuk orang-orang seperti ini, salatnya harus dikerjakan secara sempurna (tidak di-qashar) dan juga wajib berpuasa.

Dan orang-orang yang sesuai dengan pandangan Marja’ taklidnya digolongkan sebagai orang yang sangat banyak bepergian dan safar, maka tempat studi dan mengajarnya dikategorikan sebagai tempat tinggalnya (watan), dengan demikian mereka harus mengerjakan salatnya secara sempurna (tidak dipendekkan atau di-qashar-kan) dan berpuasa dengan tanpa berniat tinggal sepuluh hari. (Taudhihul Masail Maraji’, jilid 1, Masalah1292).

(Shabestan)

Salat Jumat Pertama Bulan Ramadan di Masjidul Haram


Para jamaah salat dan peziarah telah melaksanakan salat Jumat pertama di bulan suci Ramadan di Masjidul Haram.
 
Salat Jumat pertama di bulan suci Ramadan dilaksanakan dengan dihadiri oleh para jamaah salat dan peziarah Baitullah di Masjidul Haram.
Para jamaah dan peziarah mendatangi Masjidul Haram di awal pagi dan memenuhi halaman masjid serta suasana aman dan damai sedemikian menyelimuti masjid.
Beberapa hari sebelum Ramadan, instansi pemerintah daerah dan desain mereka dilakukan untuk kenyamanan para peziarah.
Para aparat pemerintah dan pejabat setempat telah mempersiapkan kebijakan-kebijakannya beberapa hari sebelum bulan Ramadan untuk ketenangan dan ketertiban para peziarah.
Aparat kepolisian juga dikerahkan untuk mengatur lalu lintas para peziarah dan mempersiapkan parkir-parkir.

(Shabestan)

Terkait Berita: