Pesan Rahbar

Home » » Biografi Imam Khomeini

Biografi Imam Khomeini

Written By Unknown on Wednesday, 22 April 2015 | 03:37:00


Khomeini adalah nama yang selalu dirndukan oleh jutaan Muslim di seluruh dunia. Tatapannya yang tajam menggetarkan Barat dan Timur. Pemimpin bersahaja ini telah mengubah alur sejarah, bukan hanya Iran, negerinya, tetapi juga seluruh dunia.

Imam Khomeini (r.a) lahir pada tanggal 20 Jumada Thaniyah tahun 1321 hijriyah. Kelahirannya bertepatan dengan hari lahir Sy. Fatimah Zahra putri Nabi Muhammad SAW. Imam Khomeini yang terlahir dengan nama Ruhullah Mostafavi (Musavi) berasal dari keluarga yang dikenal dengan ketinggian ilmu, taqwa dan perjuangan melawan kezaliman. Ayah beliau, Ayatollah Sayid Mostafa Musavi gugur Shahid di tangan berandalan lokal karena pembelaannya terhadap orang-orang yang tertindas. Ketika itu, Ruhullah masih berusia lima bulan.

Sepeninggal ayahnya, Imam Khomeini hidup di bawah bimbingan ibunya (Banu Hajar) yang penyayang, bibinya (Sahebeh Khanoum) yang dikenal bertaqwa dan pemberani, serta pengasuhnya yang saleh (Nane Khavar). Sejak kanak-kanak beliau sudah mempelajari kemahiran berkuda dan menembak.


Periode Pertama:

Masa kanak-kanak dan remaja dilewati oleh Sayid Ruhullah ketika Iran sedang mengalami gejolak besar politik dan sosial. Sejak masa itu, Ruhullah telah mengenal dari dekat kesulitan yang dialami oleh masyarakat umum. Keterlibatan keluarganya dalam membela hak-hak kaum tertindas membuatnya kelak tumbuh menjadi pejuang hakiki. Ketika masih kanak-kanak ia sering melukiskan perasaannya yang memprihatinkan kondisi masyarakat sekitar dalam corat-coret buku gambarnya. Di masa remaja, perasaan itu semakin dalam ia rasakan. Dalam salah satu bukunya yang ia tulis di masa remaja, Ruhullah yang kala itu masih berusia antara 9 dan 10 tahun menulis demikian;

Di manakah kecemburuan Islam?
Di manakah gerakan kebangsaan?


Kepada bangsa Iran Sayid Ruhullah menulis;

Wahai bangsa Iran, Iran terancam petaka
Negeri Daryush dijarah bangsa Nicholas (1)


Tulisan itu bisa disebut sebagai statemen politik pertama yang dibuat oleh Sayid Ruhullah remaja yang kelak akan memimpin bangsa Iran, sekaligus menunjukkan perhatiannya yang besar kepada nasib negeri dan bangsanya.

Sayid Ruhullah sangat tertarik kepada tokoh-tokoh pejuang. Ketika Mirza Kucik Khan Jangali bangkit berjuang dengan mengangkat senjata, Ruhullah ikut membantu menyampaikan pidato dan membaca syair tentang Mirza Jangali. Ia juga terlibat mengumpulkan dana untuk membantu gerakan Mirza. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk bergabung dengan kelompok Jangali dan bertemu Mirza. (2


Pendidikan:

Sayid Ruhullah Musavi (Mustafavi) memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ia berhasil menguasai berbagai cabang ilmu. Selain ilmu fiqih, ushul dan filsafat, ia juga menguasai irfan. Kedalaman ilmunya diakui oleh para gurunya sendiri. Sayid Ruhullah belajar dari sejumlah guru di kota Khomein, Arak dan Qom. Hanya dalam waktu enam tahun ia berhasil mempelajari banyak cabang ilmu sebelum akhirnya mengukuhkan diri sebagai salah seorang ulama dan pengajar di pusat ilmu Islam di kota Qom. (3)


Pidato Resmi Pertama:

Ketika masih menjadi pelajar agama di kota Arak, Sayid Ruhullah Mosavi yang kala itu berusia 19 tahun untuk pertama kalinya mendapat kesempatan secara resmi berpidato di depan umum. Pidato itu dalam acara memperingati tokoh penting Revolusi Konstitusi Mojtahed Tabatabai. Pidato yang lebih mirip dengan statemen politik itu disampaikan oleh seorang pelajar agama yang masih muda untuk mengenang jasa tokoh perjuangan Revolusi Konstitusi. (4)

Imam Khomeini mengenai hari itu menceritakan demikian;

”…Aku diminta untuk menyampaikan khotbah di atas mimbar. Tawaran itu aku terima dengan baik. Malam itu aku tak banyak tidur, bukan karena takut berbicara di depan umum tetapi karena meyakini bahwa aku bakal berdiri di mimbar milik Rasulullah SAW. Karena itu aku memohon kepada Allah untuk memberikan pertolonganNya kepadaku, agar di antara semua yang ku ucapkan sejak awal hingga akhir, jangan ada kata-kata yang tidak ku yakini. Permohonan ini adalah ikrar antara aku dan Allah. Khotbahku yang pertama kali berlangsung panjang, tapi tidak ada orang yang merasa lelah…Aku mendengar suara sebagian orang yang memuji pidatoku. Terlintas di hatiku perasaan senang mendengar pujian itu. Karena itu undangan kedua dan ketiga untuk berpidato aku tolak dan selama empat tahun setelah itu aku tidak pernah naik ke mimbar dan berkhotbah.” (5)


Periode Kedua:

Periode ini dimulai ketika Sayid Ruhulah Mosavi hijrah ke kota suci Qom. Saat itu, Reza Khan Pahlevi, raja pertama dinasti Pahlevi melanjutkan kebijakannya yang anti agama. Di masa ini, Sayid Ruhullah yang sedang sibuk dengan aktivitas belajar, mengajar dan menulis buku, mulai berkenalan dengan para ulama pejuang seperti Ayatollah Haj Agha Nurullah Esfahani, Ayatollah Modarres dan sejumlah nama besar lainnya. Di masa kekuasaan Reza Khan ini tercipta kondisi yang sangat mencekik. Karena itu para ulama berjuang untuk mempertahankan dan melindungi hauzah ilmiah yang merupakan pusat pendidikan agama Islam di Qom. Bisa dikatakan bahwa perjuangan mempertahankan hauzah di zaman itu tidak kalah pentingnya dari membentuk pemerintahan Islam yang kelak terjadi tahun 1979. (6)


Periode Ketiga:

Periode ini dimulai ketika Imam Khomeini (ra) menginjak usia 40 tahun. Saat itu terjadi dua peristiwa besar, pertama berkecamuknya Perang Dunia II dan jatuhnya Iran ke tangan pendudukan asing, dan kedua larinya Reza Khan ke luar negeri dan anaknya yang bernama Mohammad Reza naik ke singgasana kekuasaan.

Melihat kondisi yang ada, Sayid Ruhullah Mosavi merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk melakukan gerakan kebangkitan demi memperbaiki kondisi negeri yang carut marut. Meski telah melakukan banyak usaha, namun kebangkitan yang diinginkan tidak terjadi. Imam Khomeini yang telah dikenal sebagai salah seorang ulama besar di Qom memiliki kecakapan yang seharusnya untuk memimpin sebuah gerakan kebangkitan rakyat. Beliau sudah merasakan 20 tahun kekuasaan Reza Khan dan memiliki wawasan politik yang luas. Pada tanggal 11 Jumada Thani tahun 1363 hijriyah atau sekitar tahun 1944 masehi, Imam Khomeini merilis sebuah statemen yang menyerukan rakyat bangkit dengan memanfaatkan kondisi yang ada. “Hari ini bertiup angin ruhani yang sejuk dan hari ini adalah hari yang paling baik untuk sebuah kebangkitan demi perbaikan. Jika kalian lewatkan kesempatan ini dan tidak bangkit demi ridha Allah serta tidak mengambalikan syiar agama ke posisinya semula, maka besok, orang-orang tak bermoral dan pengumbar Shahwat akan menguasai kalian. Mereka akan mempermainkan kehormatan kalian demi kepentingannya.” Demikian bunyi statemen itu. (7)


Periode Keempat:

Periode keempat kehidupan Imam Khomeini berbarengan dengan dua peristiwa duka. Pertama adalah wafatnya Ayatollah al-Udzma Boroujerdi pada tanggal 29 Maret 1961. Dengan wafatnya marji besar Syiah ini, dunia Islam kehilangan salah satu tokoh penting yang membentengi Islam, dan di sisi lain musuh-musuh Islam dan Iran bersuka cita atas kepergian Ayatollah Boroujerdi (ra). Peristiwa kedua adalah wafatnya Ayatollah Kashani, pejuang besar dalam melawan kekuasaan imperialisme Inggris. Nama Ayatollah Kashani cukup membuat hati penguasa Britania Raya dan musuh-musuh Islam bergetar. Wafatnya dua ulama besar ini terjadi seiring dengan dimulainya periode masuknya pengaruh Amerika Serikat (AS) di Iran.

AS gencar menekan rezim Shah Pahlevi untuk memberlakukan perubahan di semua bidang sesuai kemauan Washington. Imam Khomeini menangkap sinyal bahaya besar di balik perombakan gaya AS ini. Langkah-langkah rezim Pahlevi hanya akan membuka jalan bagi AS dan Israel untuk menguasai Iran. Imam Khomeini gencar mengingatkan semua pihak untuk menyadari bahaya dari langkah-langkah Shah. Rezim melakukan pembalasan atas gerakan Imam dengan sebuah tindakan yang brutal. Tentara dan dinas keamanan (SAVAK) tanggal 22 Maret tahun 1963, bertepatan dengan peringatan Shahadah Imam Jafar Shadiq (as), dikerahkan untuk menyerang madrasah Feiziyah di Qom, tempat Imam Khomeini mengajar. Banyak pelajar agama yang gugur Shahid dalam peristiwa itu.

Peristiwa Feiziyah semakin mendorong Imam Khomeini untuk melanjutkan gerakannya. Memperingati 40 hari gugurnya para pelajar Feiziyah, Imam Khomeini menyampaikan pidatonya yang berapi-api. Beliau mengumumkan tidak akan diam sebelum menundukkan rezim Shah. Malam harinya, Imam Khomeini ditangkap dan dijebloskan ke penjara Qasr. Pagi hari, berita penangkapan Imam Khomeini didengar oleh masyarakat luas di Tehran dan kota-kota lainnya.

Massa dalam jumlah besar berbondong-bondong memenuhi jalanan dan bergerak menuju istana Shah. Mereka berjalan dengan meneriakkan yel-yel “Khomeini atau Mati”. Dengan slogan ini mereka menuntut rezim untuk membebaskan ulama pejuang ini. Rezim pun melakukan tindakan brutal dengan membantai para demonstran. Korban pun berjatuhan.

Kepemimpinan Imam Khomeini dalam gerakan melawan Shah nampaknya reda ketika rezim mengasingkan beliau ke Turki lalu Irak. Namun aktivitas perjuangan Imam Khomeini tidak berhenti meski di pengasingan. Tahun 1978, putra tertua Imam Khomeini bernama Ayatollah Sayid Mostafa Khomeini dalam sebuah peristiwa mencurigakan didapatkan terbujur kaku di kamarnya. Banyak bukti yang mengarah kepada keterlibatan SAVAK dalam pembunuhan Ayatollah Mustafa yang selalu menyertai ayahnya dalam setiap langkah.

Syahidnya Ayatollah Mostafa Khomeini kembali menyulut gelora perjuangan yang selama ini dilakukan di bawah tanah. Gelora itu kian membara setelah koran Ettelaat memuat tulisan artikel yang menghujat Imam Khomeini dan kalangan ulama secara umum. Masyarakat Muslim menggelar aksi demo dan memprotes kekurangajaran koran Ettelaat. Aksi demo itu berujung pada peristiwa pembantaian yang dilakukan tentara terhadap warga kota Qom. Gerakan kebangkitan rakyat silih berganti terjadi di beberapa kota penting, Qom, Tabriz, Isfahan, Yazd, Shiraz dan kota-kota lainnya. Puncak politik tangan besi rezim Shah terjadi pada peristiwa yang dikenal dengan nama peristiwa 17 Shahrivar 1357.

Shah Mohammad Reza Pahlevi yang menyaksikan kondisi Iran sudah tidak memungkinkan baginya untuk menetap lebih lama, segera angkat kaki meninggalkan Iran dan singgasananya. Dengan larinya Shah, Imam Khomeini yang saat itu berada di Paris memutuskan untuk kembali ke Iran. Jutaan warga menyambut kedatangan Imam Khomeini. Tiba di Tehran, Imam langsung menuju Behesht-e Zahra, taman makam para pahlawan perjuangan melawan rezim Shah. Di sana beliau menyampaikan pidatonya yang bersejarah. Imam menyatakan bahwa kekuasaan yang ada saat ini tidak legal.

Tiba tanggal 1 Februari 1979, Imam Khomeini segera memimpin langsung perjuangan rakyat Iran menumbangkan kekuasaan despotik Shah Pahlevi yang sudah di ujung tanduk. Tanggal 10 Februari, PM Shapour Bakhtiar mengeluarkan undang-undang darurat militer dan jam malam. Imam dalam sebuah amaran singkatnya menyebut jam malam tidak legal. Selama 24 jam terjadi bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara yang masih setia kepada rezim Shah.

Pagi hari tanggal 11 Februari 1979, dengan kaburnya Bakhtiar ke luar negeri, kekuasaan Shah Pahlevi berakhir. Sebagai gantinya berdiri pemerintahan baru dengan sistem Republik Islam.

Sejak kemenangan revolusi Islam hingga 2 Juni 1989 (hari wafat Imam Khomeini) terjadi banyak peristiwa penting di Iran yang menunjukkan betapa Amerika Serikat (AS) memusuhi pemerintahan Islam ini. Kelompok pemberontak sayap kanan atau kiri di Iran yang berusaha menumbangkan pemerintahan Islam didukung secara penuh, baik secara politik maupun financial, oleh Barat dan Timur. Adi daya dunia pun mendorong Saddam Hossein, dikatator Irak untuk menyerang Iran. Perang pun meletus dan berlangsung selama delapan tahun.

Berbagai makar dan tipu daya dalam skala besar dilakukan oleh adi daya Barat dan Timur untuk menggulung pemerintahan Islam di Iran. Namun berkat pertolongan Allah dan di bawah kepemimpinan Imam Khomeini, semua tipu daya itu dapat digagalkan dan pemerintahan Islam di Iran tetap berdiri dengan tegaknya.

Tanggal 2 Juni 1989, Imam Khomeini memenuhi panggilan Tuhannya. Rakyat Iran tenggelam dalam duka. Rasa duka juga dirasakan oleh jutaan pencinta Imam Khomeini di seluruh dunia. Imam Khomeini, sang Pemimpin Besar Revolusi Islam telah tiada, namun rakyat Iran tetap teguh memperjuangkan cita-citanya. Salam bagi Imam Khomeini (ra). (taghrib)

Catatan kaki:
1) Kautsar (Kumpulan Pidato Imam Khomeini r.a), diterbitkan oleh Yayasan Penyusunan dan Penerbitan karya Imam Khomeini, cetakan pertama, jilid 1 hal: 615 .
2) Sayid Ali Qaderi, Ruhullah Khomeini (Biografi Imam Khomeini r.a), Yayasan Penyusunan dan Penerbitan karya Imam Khomeini, cetakan ketiga, jilid 1 hal: 232 – 236.
3) Amir Reza Sotoudeh, Pa be Paye Aftab (Kumpulan kisah hidup Imam Khomeini r.a), jilid 1 halaman: 30.
4) Sayid Ali Qaderi, Ruhullah Khomeini (Biografi Imam Khomeini r.a), Yayasan Penyusunan dan Penerbitan karya Imam Khomeini, cetakan ketiga, jilid 1 hal: 260, juga Sar Gozashtehaye Vijeh jilid 6 halaman: 11.
5) Sayid Ali Qaderi, Ruhullah Khomeini (Biografi Imam Khomeini r.a), Yayasan Penyusunan dan Penerbitan karya Imam Khomeini, cetakan ketiga, jilid 1 hal: 260
6) Buletin Khabar Nameh yang diterbitkan untiuk seminar Haj Agha Nurullah Esfahani nomor 1 halaman 16 – 17 dan nomor 2 halaman 12 – 13, mengutip pernyataan Ayatollah Pasandideh dan Ayatollah Mazaheri.
7) Sahifeye Nour, Yayasan Penyusunan dan Penerbitan karya Imam Khomeini, cetakan ketiga, jilid 1 hal: 4 – 6.


Imam Khomeini, Keperibadian Multi Dimensi


Imam Musa Al-Kazim a.s telah berkata : "Akan ada seorang lelaki dari ahli Qom yang mengajak umat manusia kepada kebenaran yang berhimpun bersamanya satu kaum yang seumpama kepingan besi yang tidak dapat digoncang oleh angin yang kencang dan tidak bosan dari peperangan dan tidak takut dan mereka bergantung kepada Allah."

Secara jelasnya Imam Musa Al-Kazim a.s memberi gambaran ciri-ciri yang ada pada seorang lelaki yang begitu hebat serta tidak gentar dan takut kepada sesuatu melainkan kepada Allah s.w.t . Imam Musa Al-Kazim a.s telah memberi satu gambaran kepada kita tentang seorang lelaki yang akan membawa satu perubahan yang besar dalam sejarah masyarakat ini.

Pada tahun 1959, Al-Marhum Imam Khomeini telah memberi nasihat kepada masyarakat Iran berkaitan dengan manusia. Beliau berkata : '' Manusia tidak memiliki satu dimensi tetapi memiliki pelbagai dimensi. Antara dimensi keperibadian yang Imam Khomeini miliki seperti berikut :


1. Dimensi makrifat dan keilmuan.

a) Merangkumi kepelbagaian disiplin ilmu.

Dimensi makrifat dan keilmuan ini merangkumi kepelbagaian disiplin ilmu seperti pengkhususan ilmu Fiqh, Irfan , Filsafat, tafsir dan kesusasteraan. Imam Khomeini telah menguasai keseluruhan ilmu tersebut dengan sangat cemerlang.

b) Menghidupkan agam di zaman ini.

Di peringkat awal sekembalinya Imam Khomeini dari Perancis, beliau berusaha untuk menghidupkan pelaksanaan syariat Islam dalam kalangan masyarakat Iran. Namun Imam Khomeini berhadapan dengan satu kelompok pemikiran sekularisma. Pemikiran sekularisma ini terlalu menebal di dalam masyarakat Iran. Cabaran hebat yang harus diharungi oleh Imam Khomeini untuk mengubah tanggapan serong serta pemikiran yang amat cetek masyarakat terhadap agama Islam.

c) Renovasi keagamaan.

Seterusnya Al-marhum Imam Khomeini berhadapan cabaran dalam membuat satu renovasi dalam hal berkaitan keagamaan. apa yang dimaksudkan tentang renovasi keagamaan ? Ini berkaitan dengan membuat satu anjakan pemikiran serta pemahaman agama dalam kehidupan seharian merangkumi pelbagai sudut. Antara perkara yang mengalami proses transformasi seperti pemahaman keagamaan dalam bentuk pemerintahan, menggabungkan kesenian dengan tatacara syariat Islam, perbahasan berkaitan dengan falsafah amali Fiqah. Namun dalam usaha dalam menggerakkan renovasi keagamaan ini al-Marhum Imam Khomeini berhadapan dengan satu kelompok yang disebut sebagai '' Iltiqat ''. Apakah yang dimaksudkan dengan golongan Iltiqat ? Perlu diperjelaskan dengan sejelasnya bahawa golongan ini amat bahaya kerana mereka ini membawa pemahaman keagamaan mengikut tafsiran mereka sendiri. Sebagai contoh golongan ini mendapat pendidikan dari disiplin ilmu sosialis namun mereka ini telah mencampur adukkan kefahaman sosialis dengan ajaran Islam. Mereka ini telah memesong pemikiran masyarakat dengan membawa Islam dengan cara mereka sendiri. Golongan seperti ini cuba menandingi golongan ulama' dengan merasakan mereka adalah ahli kebenaran.


2. Dimensi akhlak.

Dimensi akhlak merupakan dimensi yang mempunyai satu kekuatan tersendiri. Ini kerana akhlak atau keperibadian Imam Khomeini begitu tinggi. Sabda Rasullullah s.a.w. ''Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan kenuliaan akhlak''. seperti mana yang kita ketahui yang Imam Khimeini mempunyai kesopanan dan kebijaksanaan dalam semua aspek kehidupannya.


3. Dimensi seni.

Dari dimensi seni, Imam Khomeini merupakan seorang yang mempunyai kesenian yang amat menarik. Kesenian yang dimiliki olehnya berkaitan dengan kesenian dalam memberi khidmat kepada agama Islam. Dalam memberi penjelasan berkaitan keagamaan, beliau mempunyai kesenian yang tinggi serta penjelasan yang mudah dan penuh dengan daya tarikan. Bukan sekadar dalam penyampaian sahaja bahkan juga dalam penulisan ketika mana beliau menggerakkan penanya. Penulisan yang dihasilkan oleh Imam Khomeini amat kreatif serta mampu mempengaruhi pembaca. Itulah kelebihan Al-Marhum Imam Khomeini dalam dimensi ini.


4. Dimensi sosial.


Dalam membicarakan dari sudut dimensi sosial, Imam Khomeini merupakan seorang reformer atau tokoh pembaharuan kepada masyarakat Iran. Ketika kali pertama Imam Khomeini menjejakkan kaki ke bumi Qom, beliau sudah menjadi tonggak dalam menggerakkan gelombang pembaharuan kepada masyarakat Iran, khususnya tekanan yang beliau berikan kepada pemerintahan Syah serta golongan ulama' yang menjadi terompah kayu kepada pemerintah. Pergolakan politik Iran sudah menjadi asam garam kehidupan baginya. Tidak ada istilah takut kepada manusia atau menjadikan selain Allah sebagai sembahan. Cabaranj paling hebat apabila beliau terpaksa berhadapan dengan golongan Istikbar. Golongan ini adalah terdirin daripada golongan pemerintah yang zalim serta menggunakan kekuasaan untuk tujuan kezaliman serta penindasan. Pengorbanan yang tertinggi yang terpaksa ditempuhi oleh Imam Khomeini adalah syahidnya anakanda tersayang iaitu As-Syahid Ayatullah Sayyid Musthafa Musawi.

Golongan mustad'afin merupakan golongan yang sering didekati oleh Imam Khomeini. Beliau mewarisi sifat ini dari ayahnya yang merupakan pembela bagi golongan yang lemah serta tertindas. Beliau menjadi pembela keatas sebarang bentuk penindasan yang dilakukan oleh pemerintah zalim. Ketika beliau mencetuskan Revolusi Islam Iran, antara perkara utama yang menjadi tonggak perjuangan Imam adalah keadilan sosial. Beliau merupakan pejuang, pembela serta mengangkat martabat para wanita. Kata-kata beliau yang ulung dalam membela hak para wanita adalah seperti berikut : ''Dalam ajaran Islam wanita memiliki hak yang sama seperti lelaki dalam hal berkaitan pendidikan, pekerjaan, hak untuk mengundi dalam pilihan raya serta hak untuk diundi ". DI samping itu, Imam Khomeini mencetuskan revolusi baru dengan memberi hak untuk membuat pemilihan kepada seluruh masyarakat Iran dalam menentukan pemimpin mereka.


5. Dimensi keimanan.


Akhir sekali dari dimensi keinmanan merupakan merupakan dimensi terpenting dalam membicarakan tentang keperibadian al-Marhum Imam Khomeini. Seluruh kehidupannya dipenuhi dengan berinadat kepada Allah s.w.t. Seluruh pemilikannya diletakkan di jalan Allah s.w.t. Tiada apa yang teristimewa yang ditinggalkan olehnya kepada ahli keluarganya melainkan alatan peribadi serta kitab-kitab yang telah diwakafkan untuk perpustakaan miliknya. Di samping itu beliau merupakan ahli Irfan yang hebat sama ada dalam bentuk teori mahupun ahli qalbu yang mana boleh ditafsirkan sebagai ahli '' irfan amali ''. Beliau bukan sahaja hebat dari sudut amali malah hebat dalam mendidik hati serta amalan-amalan irfan. Nasab Imam Khomeini bersambung terus kepada Imam Musa Al-Kazim a.s. Maka dengan nasab yang suci ini, beliau mewarisi akhlak yang terpuji. Beliau begitu asyik dalam membicarakan kelebihan serta keutamaan Ahlul Bait Rasullullah s.a.w. Kecintaan beliaubegitu mendalam dalam memperjuangkan hak Ahlul Bait serta menyampaikan risalah Ahlul Bait kepada masyarakat umum. Keasyikannya kepada Ahlul Bait begitu tinggi di dalam dirinya.

Imam Sadiq a.s bersabda : Akan sepi Kufah dari mukminin dan akan menyorok ilmu darinya seperti menyoroknya ular di dalam lubangnya. Kemudian akan zahir ilmu itu di sebuah kota yang dipanggil Qom dan menjadi lambang ilmu dan kemuliaan sehingga tiada mustadhafin di muka bumi tentang agama sehinggakan wanita di kamar mereka dan perkara ini adalah ketika hampirnya zuhur orang yang akan bangkit dari kami ( Imam Mahdi a.s ) lalu Allah s.w.t menjadikan Qom dan ahlinya, timbalannya, hujah Allah s.w.t dan kalaulah tidak sedemikian pasti runtuh bumi ini dengan penghuninya dan tiada lagi hujah di muka bumi lalu tersebarlah ilmu-ilmu dari qom ke kota-kota lain di Timur dan Barat. ( Bihar Anwar : Jilid 6 ).

Rasullullah s.a.w bersabda bahawa bersolawat ke atasku adalah penyebab bagi penyucian bagi amalan-amalanmu.

(Taghrib/IR/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: