Pesan Rahbar

Home » » Kedudukan Al-Quran dalam Pemikiran dan Praktek Imam Khomeini (ra)/ Wakil Majma’ Jahani Ahlulbait (As): Masuknya Al-Quran dalam kancah Kehidupan Individu dan Sosial; Warisan Terpenting Imam (ra)

Kedudukan Al-Quran dalam Pemikiran dan Praktek Imam Khomeini (ra)/ Wakil Majma’ Jahani Ahlulbait (As): Masuknya Al-Quran dalam kancah Kehidupan Individu dan Sosial; Warisan Terpenting Imam (ra)

Written By Unknown on Wednesday, 16 September 2015 | 04:28:00


Hujjtul Islam Syaikh Muhammad Salar meyakini upaya dan warisan terpenting Imam Khomeini (ra) adalah memasukkan Al-Quran dalam kancah kehidupan individu dan sosial masyarakat dan menghapus isolasi Al-Quran semacam ini.

Hujjatul Islam wal Muslimin Syaikh Muhammad Salar, wakil urusan internasional Majma’ Jahani Ahlulbait (As) saat wawancara dengan IQNA tentang konferensi Al-Quran dan Imam Khomeini (ra) mengatakan, salah satu masalah yang membuat gelisah imam dan berkali-kali diisyaratkan dalam ucapan-ucapan bijak beliau adalah masalah isolasi Islam dan Al-Quran. Dalam ucapan-ucapan beliau mengisyaratkan akan Al-Quran dan Islam terisolasi dan terlalimi. Di Sahifah Nur, jild. 15, hlm. 184 dan begitu juga dalam buku tersebut, dalam jild. 1, hlm. 88, Imam mengatakan, “Islam membawakan semua hal untuk kaum muslimin. Al-Quran adalah segala hal, namun kita tidak menggunakannya dan kaum muslimin mengisolasikannya dan tidak menggunakan dengan semestinya. Pengisolasian ini terus berlanjut dalam kehidupan individu dan sosial kaum muslimin, sehingga imam bersandar padanya.”

“Dengan pasti dapat dikatakan bahwa upaya dan warisan terpenting Imam adalah mengeluarkan Al-Quran dari keterisolasian dan memasukkan Al-Quran dari sudut-sudut rumah, perpustakaan dan perkuburan masuk dalam kehidupan individu dan sosial masyarakat. Ini adalah prestasi-prestasi penting yang menyisakan kenangan dari pendiri besar revolusi Islam,” tambahnya.

Al-Quran Sandi Gerakan dan Mobilitas Masyarakat
Lebih lanjut, Syaikh Salar menambahkan, Al-Quran adalah sandi kehidupan, sarana keselamatan, faktor gerakan, mobilitas dan hidayah manusia. Al-Quran adalah naskah penyembuh dan rahmat bagi kaum mukminin. Allah Swt berfirman, “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S. Al-Isra: 82).

Ironisnya, kita sebagai ganti dari mengamalkan perintah-perintah penghidupan Al-Quran kita hanya menggunakannya untuk mengantar orang-orang yang akan bermusafir, acara-acara akad, pernikahan dan berkabung. Namun, imam dengan kepintaran dan keilmuannya tentang pembahasan-pembahasan Al-Quran, mensuport supaya masyarakat memasukkan Al-Quran dalam banyak kehidupan masyarakat dan menghidupkannya. Ini merupakan salah satu tindakan dan prestasi gemilang imam.
Lebih lanjut dia mengatakan, imam dalam salah satu ucapannya mengatakan, Al-Quran adalah kitab pembentuk manusia; kitab penggerak manusia, sebuah kitab yang membawa manusia sampai akhir dunia dan akhirat dan memberikan petunjuk. Manusia dari Timur sampai Barat, baik bagi yang awam, arif, filofos, atau fakih sekalipun dapat memanfaatkan dan menggunakan kitab tersebut. Tentunya kita harus menggunakan Al-Quran dengan sebaik mungkin, dan tidak menggunakannya pada hal-hal yang sebelumnya dan tidak diafirmasi oleh Islam.

Wakil Urusan Internasional Majma’ Jahani Ahlulbait (As) mengungkapkan, kode lain tentang imam dan Al-Quran yang dapat didesain adalah beliau menyebut kemenangan revolusi Islam karena bersandar dan berpegang teguh pada Al-Quran dan dalam banyak pidatonya menyebut kemenangan revolusi Islam adalah dengan berpegang pada Al-Quran dan melaksanakan perintah-perintahnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, Imam Khomeini (ra) menyebut peraihan ridha Allah (Swt) sebagai salah satu faktor terpenting dalam kemenangan revolusi Islam. Beliau memulai langkah pertama peperangannya pada tahun pertama kebangkitan dengan ayat suci Al-Quran ini, “Katakanlah, Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras” (QS. Saba’: 46).

Imam dalam menjelaskan ayat tersebut menuliskan, kebangkitan untuk Allah, yang menghantarkan Nabi Ibrahim kekasih ar-Rahman menuju kedudukan Khalil dan melepaskan dari pelbagai menifestasi alam sementa. Kebangkitan semata-mata untuk Allah, yang mendominasikan Nabi Musa al-Kalim dengan sebuah tongkat kepada para Firaun dan membinasakan seluruh tahta dan singgasana mereka dan juga menghantarkannya menuju miqat kecintaan. Kebangkitan untuk Allah, yang memenangkan Rasulullah (Saw) sendirian atas segala tradisi dan ideologi Jahiliyah dan menumbangkan berhala-berhala dari rumah Allah dan menggantikannya dengan tauhid dan taqwa.

Berpegang pada Al-Quran, Solusi Kebebasan dari Tirani dan Arogansi
Syaikh Muhammad Salar menambahkan, sebagaimana yang telah diisyaratkan, imam menjelaskan salah satu sandi kemenangan terhadap para musuh revolusi adalah berpegang pada Al-Quran. Ketika beliau berbicara tentang prestasi-prestasi revolusi Islam, beliau menegaskan bahwa kita sampai disini karena perintah-perintah Al-Quran. Sebagai contoh, Imam Khomeini (ra) dalam jilid. 6, hlm. 113 dengan gamblang mengatakan, umat dan negara yang hendak menemukan keselamatan dari kekangan imperealisme dan kolonialisme, hendaknya mereka mengerti bahwa satu-satunya jalan yang dapat menghantarkan mereka menuju maksud mereka adalah melaksanakan perintah-perintah Allah, yang telah dibawakan oleh Rasul-Nya.

Di penghujung mengatakan, saya berfikir bahwa konferensi yang diselenggarakan terkait Al-Quran dan Imam Khomeini (ra), pada bulan September, dengan dihadiri sejumlah para mahasiswa, para pemikir internal dan luar negeri, sejatinya adalah jalan yang harus kita tempuh dan kita prioritaskan jauh-jauh hari. Dimensi dan pemikiran imam dalam  dimensi irfan dan Al-Quran bagi generasi sekarang masihlah belum diketahui, dan kita harus lebih memperdulikannya. Majma’ Ahlulbait (As) dengan mengumumkan kesiapan kerjasama dan pertisipasi dalam konferensi internasional, juga memperkenalkan sejumlah peneliti asing dari Mesir dan Filipina kepada staf, dan kami mengharap konferensi akan lebih baik terselenggara dengan dihadiri oleh tamu-tamu luar negeri.

(IQNA/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI