Pesan Rahbar

Home » » Kontroversi Polemik Penyensoran Kebaya Di Tayangan Malam Final Puteri Indonesia 2016

Kontroversi Polemik Penyensoran Kebaya Di Tayangan Malam Final Puteri Indonesia 2016

Written By Unknown on Saturday 26 March 2016 | 20:04:00


Perilaku sensor-menyensor di televisi kembali memicu kegaduhan publik setelah adanya aksi blur atau sensor gambar pada tayangan acara Malam Penobatan Puteri Indonesia, Jumat 19 Februari 2016.

Dalam siaran langsung yang ditayangkan oleh Indosiar, publik tak dapat secara jelas menikmati karya-karya perancang yang busananya digunakan oleh para kontestan Puteri Indonesia.

Banyak warga yang menuding, pengaburan gambar tersebut merupakan ulah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Korporat Indosiar, Gilang Iskandar, menjelaskan bahwa pengaburan gambar dilakukan oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Untuk tayangan Puteri Indonesia, kata dia, pengaburan dilakukan karena KPI terlalu sering memberikan teguran kepada mereka.

"Terlalu sering KPI memberi teguran. Jadi, kami ya daripada berisiko, maka melakukan itu (pengaburan gambar)," ujar Gilang Sabtu 27 Februari 2016.

Menurut dia, acuan pengaburan gambar tertuang dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (PPPSPS). Menurut salah satu pasal, stasiun televisi dilarang menampilkan tayangan dengan menunjukkan bagian tubuh tertentu yang dinilai terlalu dewasa untuk disiarkan.

Namun, kata Gilang, pihak televisi sesungguhnya tak melakukan pengaburan secara keseluruhan, tetapi hanya bagian yang dilarang.

"Karena bajunya terlalu nerawang di bagian dada, sama anak-anak di-blur. Jadi, di medsos kok tinggal muka. Aslinya enggak," kata dia.

Sebelumnya, pada siaran langsung Puteri Indonesia yang ditayangkan salah satu stasiun TV swasta dari Jakarta Convention Center, busana kebaya yang dikenakan oleh finalis Puteri Indonesia 2016 disebut disensor oleh KPI.

Menanggapi hal tersebut, desainer Lenny Agustin memiliki opini pribadi yang diungkapkan kepada Kompas Female. Menurut dia, jika memang akan ada pengaburan gambar, para desainer diberi tahu terlebih dahulu sehingga tidak menciptakan desain pakaian yang terlalu terbuka.

"Sebenarnya sangat merugikan desainer karena desainer kan sebenarnya ingin promosi di acara itu dan udah mengeluarkan effort yang besar untuk produknya," ucap Lenny.

Senada dengan Lenny, desainer Deden Iswanto menerima keputusan menyensor bagian tubuh wanita tertentu saat sedang mengenakan kebaya.

"Kalau acaranya Puteri Indonesia harusnya sebagai desainer sudah siap karena peraturan di televisi saat ini memang tak boleh. Itu memang kebijakan pemerintah. Kami harus menaati pemerintah saat ini," ungkap Deden.

Masyarakat merasa bahwa tindakan penyensoran busana kebaya Puteri Indonesia itu sebagai sesuatu yang berlebihan. Sebab, semestinya rakyat Indonesia melestarikan dan merasa bangga akan warisan pakaian tradisional, seperti kebaya.





Foto-foto asli tanpa sensor dalam acara Malam Final Puteri Indonesia 2016 yang dimenangi oleh Kezia Roslin Cikita Warouw asal Sulawesi Utara

Banyak netizen yang mengutarakan rasa keberatan mereka dengan menuliskan berbagai komentar dan status di akun media sosial masing-masing. Banyak netizen yang mengatakan bahwa tindakan penyensoran seperti ini yang kini marak dilakukan oleh televisi merupakan hal yang memalukan, mengikuti budaya luar dan seolah menjustifikasi bahwa masyarakat Indonesia, khususnya kaum pria bermoral rendah sehingga sudah selayaknya hal tersebut diburamkan.

Bahkan salah seorang netizen berkomentar pedas: "Saya malah lebih greng lihat wajah cantik wanita ketimbang bagian dada. Jadi mendingan yang diblur wajahnya aja kali ya. Atau wajah semua wanita yang tampil di TV dipakaikan cadar macam di ngarab sana...."

Bagaimana menurut pendapat Anda?

(Kompas/Twitter/Sumber-Lain/Memobee/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: