Pesan Rahbar

Home » » Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi: Islam Nusantara Perlu Mengarah Pada Pendidikan Karakter

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi: Islam Nusantara Perlu Mengarah Pada Pendidikan Karakter

Written By Unknown on Wednesday, 4 May 2016 | 21:04:00

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi di acara Pelatihan Kader Muharrik Masjid dan Dakwah se-wilayah 4 Jawa Barat, di Pondok Pesantren Al-Muhajirun 2 Purwakarta, Ahad 28 Februari 2016.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi berpendapat, Anugerah besar Allah Swt. adalah akalbudi. Dengan akalbudi tersebut manusia bisa berpikir bahkan karena pemikiran tersebut menjadikan manusia mencapai kesempurnaan, meskipun kesempurnaan tersebut sangat relatif.

“Manusia punya akalbudi yang membedakannya dengan hewan. Manusia punya kebudayaan yang membedakannya dengan satwa, maka manusia harus beragama dan berbudaya, harus berbudaya dan beragama, agama dan budaya itu manunggal, tidak bisa dipisahkan,” terangnya kepada peserta Pelatihan Kader Muharrik Masjid dan Dakwah se-wilayah 4 Jawa Barat, di Pondok Pesantren Al-Muhajirun 2 Purwakarta, Ahad 28 Februari 2016..

Acara pendidikan Kader NU yang difasilitasi oleh Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) ini banyak menghadirkan tokoh-tokoh, antara lain KH. Masdar F. Mas’udi, H.Helmi Faisal Zaini, Marzuki Wahid, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan dll. Acara tersebut berlangsung dari tanggal 26-29 Pebruari 2016.


Tentang Islam Nusantara

Seusai acara, Kang Dedi Mulyadi menyampaikan pandangan bahwa saat ini generasi Nahdlatul Ulama harus lebih serius mengoptimalkan nalar kritisnya. Dengan modal Islam Nusantara yang dimiliki NU, Bupati Purwakarta ini optimis Islam akan menjadi rahmat bagi umat manusia dan lingkungan hidup, tetapi dengan catatan ada optimalisasi berpikir.

“Akalbudi yang kita miliki ini harus mampu membangun hubungan yang baik dengan alam, lingkungan hidup dan kewargaan. Cinta kasih juga harus menjadi pilar penting dalam kehidupan karena salahsatu sifat penting Allah Swt adalah welas asih. Jika spirit Islam Nusantara diimplementasikan melalui kekuatan akalbudi dan kekuatan cinta, niscaya rahmat Allah Swt akan bisa lebih maksimal kita raih. Islam bisa menjadi rahmatan lil alamin,” terangnya.

Dalam pandangan Dedi, Pendidikan karakter untuk sebuah masyarakat membutuhkan kekuatan dari nilai-nilai kearifan lokal. Karena itu untuk Jawa Barat perlu misalnya dirinya merasa penting menekankan pentingnya prinsip papat kalima tunggal yang dalam filosofi Sunda sebagai papat kalima pancer, di mana manusia harus bersenyawa dengan alam.

“Ini penting karena manusia akan dijaga oleh alam yang merupakan perintah Allah Swat, yakni rukun Iman ke enam, yakni Qada’ dan Qadar, tetapi sering dilupakan oleh umat Islam itu sendiri. Banyak dari kita yang menyerukan taat menyembah Allah Swt tetapi pada saat yang bersamaan juga melakukan kerusakaan alam. Ini aneh,” paparnya.

Karena itu menurut Kang Dedi Mulyadi, pendidikan karakter pada Islam Nusantara misalnya, harus mampu menjawab tantangan pemikiran umat Islam yang masih datar sehingga melahirkan anomali karena kontradiksi seperti di atas. Ia mengambil contoh misalnya, jangan sampai penegakan syariat Islam itu hanya urusan simbolis sehingga hanya menghasilkan wacana yang mewah tetapi perilaku masyarakat tidak berubah menjadi lebih baik.

“Kalau misal kita mau tegakkan syariat Islam ya arahkan ke pembangunan kualitas sumber daya manusia yang bermutu, berkarakter dan berjiwa sosial. Tegakkan syariat Islam dalam hal pembangunan jalan, pelayanan kesehatan yang unggul, pendidikan yang berkualitas, pola hidup dengan etos yang kuat dan rasa mencintai terhadap sesama makhluk hidup dengan cara memandang sederajat,” paparnya.

Selain pandangan tersebut, Kang Dedi Mulyadi juga menyampaikan pentingnya pembangunan karakter manusia Indonesia berbasis keluarga. Sebab menurutnya, pilar paling strategis dalam mendorong gerakan partisipasi kewarganegaraan dan kebangsaan yang utama dari keluarga.

“Membangun Indonesia harus dimulai dari keluarga, membenahi sistem keluarga, menata sistem pendidikan anak, membangun piranti-piranti kebangsaan yang kuat terhadap anak-anak kita. Negara besar menurut saya hanya bisa diwujudkan melalui pemikiran-pemikiran dan sikap mental dari anak-anak bangsa yang terdidik secara kesatria oleh pendidikan kebangsaan dari ibu-bapaknya,” pungkasnya.

(Satu-Islam/Satar-S/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: