Pesan Rahbar

Home » » Papirus Kuno Penyelaras Riwayat Al-Quran Siksa Firaun

Papirus Kuno Penyelaras Riwayat Al-Quran Siksa Firaun

Written By Unknown on Sunday 11 December 2016 | 03:00:00


Al-Quran memiliki kisah-kisah histori orang-orang terdahulu yang dituturkan sebagai ibrat dan mauidzah bagi manusia dan cerita Nabi Musa (As) dan Firaun memiliki jumlah ayat terbanyak.

Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari Masrawy, saat Firaun memaksakan kelaliman dan dosanya serta kafir terhadap keagungan Tuhan yang Esa; nabi Musa (As) memberikan peringatan kepadanya (yang mengklaim Tuhan) tentang azab-azab Allah, barang kali ia dapat ternasehati dan mendapat petunjuk. Allah telah berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 132 dan 133, "Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu. Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.”

Dengan terjemahan naskah kuno papirus yang ditemukan, maka semakin membuktikan kebenaran riwayat-riwayat al-Quran tentang peristiwa histori tersebut. Pada permulaan abad 18 Masehi ditemukanlah papirus kuno 17 halaman di kawasan dekat piramida Mesir, namun tanggal penulisan naskah ini tidak diketahui secara mendetail. Museum nasional di Leiden Belanda membeli papirus tersebut pada tahun 1828 Masehi. Naskah kuno ini adalah papirus tentang Firaun yang dicatat dengan nomor 344 di museum tersebut dan termasuk salah satu naskah papirus terpenting yang mengisahkan tentang sejarah Bani Israil dan membuktikan bahwa kawasan tersebut tertimpa paceklik selama bertahun-tahun sampai tibanya masa Nabi Yusuf (As).

Naskah kuno ini demikian juga sebagai pengafirmasi ayat-ayat azab, yang diceritakan oleh al-Quran terkait Firaun. Papirus tersebut ditulis dengan khat Hieroglifi dan diberi nama The Papyrus Ipuwer dan pada tahun 1908 Masehi diterjemahkan dari bahasa Hieroglifi ke dalam bahasa Inggris.

Gardiner, peneliti dan pakar Mesir kuno menerjemahkan naskah tersebut dalam bahasa Inggris, dan di situ ditulis:

"Wabah menjangkiti semua tempat. Darah menumpahi semua tempat, sungai (Nil) seperti darah akibat kebinasaan yang terjadi, masyarakat lelah seperti benang yang terputus dan merasakan bencana yang panjang….di istana tidak ada berita tentang makanan, semisal gandum, angsa, ikan… biji-biji tanaman semuanya musnah… kebingungan dan jeritan-jeritan mengerikan telah memenuhi semua tempat….tidak memungkinkan untuk keluar dari istana dan selama 9 hari seseorang tidak dapat mengenal raut seseorang yang dikenali…. Tanah dilanda banjir dan badai dan Mesir kuno mengalami kehancuran…darah memenuhi semua tempat dan wabah telah menjangkiti semua tempat…apa yang kita perbuat dengan mumi-mumi? Mesir kuno kering dan tidak dapat ditanami….semua rumah hancur…dan ini adalah Firaun; dalam kondisi hilang, yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

Perlu diperhatian bahwa The Papyrus Ipuwer menceritakan banyak hal dalam menyifati kondisi-kondisi Mesir dan Firaun yang dituturkan dalam kitab suci al-Quran; yaitu wahyu yang diturunkan yang diingkari oleh Firaun dan akhirnya Allah menenggelamkannya di laut beserta pasukannya.


Deskripsi Al-Quran tentang Azab Para Firaun

Allah swt dalam beberapa tempat menurunkan ayat dan bukti-buktinya kepada kaum Firaun, meski dalam bentuk azab, barang kali mereka dapat sadar, namun ironisnya mereka sama sekali tidak pernah beriman. Allah swt pertama-tama menimpakan mereka paceklik dan kemudian siksaan-siksaan yang lebih berat dan lebih pedih secara berturut-turut, yang diisyaratkan dalam surat Al-A’raf ayat 133. Pertama Allah berfirman, Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan. Taufan dari kata Thauf yang berartikan eksistensi yang berputar dan mengelilingi, kemudian segala kejadian yang meliputi manusia dinamai dengan taufan. Namun dalam bahasa Arab, mayoritas menamainya dengan banjir dan gelombang berputar dan menghancurkan, yang merusak rumah-rumah dan mencabut pepohonan.

Kemudian setelah itu Allah berfirman, Kami mengirimkan belalang pada tanaman dan tumbuh-tumbuhan.

Dalam riwayat disebutkan, karena terlalu banyaknya belalang pada tetumbuhan dan tanaman, sampai-sampai menghabisi semua tangkai dan daun yang ada, bahkan menyakiti badan mereka, sampai-sampai mereka berteriak dengan kencang.

Setiap kali bala turun, lantas mereka berlindung pada Musa (As) dan meminta agar dihentikan bala yang ada, setelah taufan dan belalang, mereka juga meminta hal tersebut dan nabi pun mengabulkannya dan bala pun sirna, namun mereka tetap congkak dan sombong.

Kemudian Allah menurunkan kutu.

Adapun yang dimaksud dengan kutu? Nampaknya adalah sebuah penyakit tumbuhan yang menyerang semua tanaman dan merusak semuanya.

Saat gelombang bala ini tiba dan mereka tetap tidak beriman, kemudian Allah menurunkan katak, sampai-sampai menjadi sebuah bala bagi kehidupan mereka.

Semua tempat penuh dengan katak besar dan kecil, bahkan di dalam rumah-rumah, kamar, hidangan dan bejana-bejana makan telah mengganggu mereka, sampai-sampai dunia bagi mereka terasa sempit, namun mereka tetap tidak tunduk dan pasrah diri.

Kemudian Allah menurunkan darah.

Sebagian berpendapat penyakit mimisan telah menjalar dan semua tertimpa bala tersebut.

Namun mayoritas perawi dan penafsir mengatakan, sungai Nil berwarnakan darah, sampai-sampai tidak dapat dipakai!

Dan diakhir Allah berfirman, Kami tunjukkan tanda-tanda, mukjizat nyata dan bukti-bukti kebenaran Musa kepada mereka, namun mereka tetap congkak dan tidak menerima kebenaran dan mereka adalah kaum yang sombong dan pendosa.

Kita membaca dalam sebagian riwayat: bala tersebut terjadi dalam satu tahun, yakni taufan dan banjir setahun, tahun berikutnya belalang makanan, tahun berikutnya hama tanaman dll.

Namun kita membaca dalam sebagian riwayat yang lain, semua ini jaraknya tidak lebih dari satu bulan.

Ala kulli hal, tidak perlu dipungkiri bahwa hal itu terjadi di pelbagai musim dan secara terpisah-pisah, sehingga menjadi kesempatan yang cukup untuk berfikir dan penyadar.

Perlu diketahui bahwa kita membaca dalam riwayat-riwayat: bala tersebut hanya menimpa para Firaun saja dan tidak mengenai Bani Israil.

Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah sebuah mukjizat, namun hal itu dapat dijustifikasi secara ilmiah dengan poin-poin di bawah ini; karena kita membaca:

Di sebuah negara dengan kriteria Mesir, merupakan titik indah terbaik dan yang menjadi perhatian adalah dua sisi sungai Nil yang besar, yang dipegang oleh para Firaun dan kaum Koptik, istana-istana yang indah, rumah-rumah yang menjulang dan taman-taman yang subur dan ladang-ladang yang makmur dibangun di kawasan tersebut, dan sudah pasti Bani Israil yang menjadi budak mereka, berada di kawasan-kawasan yang jauh dan tinggal di sahara-sahara dan tempat yang minim air.

Sudah semestinya saat taufan dan banjir melanda, tempat yang berbahaya adalah yang lebih dekat dengan dua sisi sungai Nil yang besar, dan demikian juga katak-katak muncul dari sungai dan bekas plasma sungai terlihat di rumah-rumah para Firaun, dan belalang serta hama tumbuhan juga sudah pasti menuju ke kawasan yang lebih hijau dan lebih subur.

(Masrawy/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: