Para pemuja kepahlawanan dan keberanian Sayyidina Umar ibn al Khaththab banyak kisah yang mencengangkan…. Di antaranya yang sangat dibanggakan adalah kebaranian Sayidina Umar ketika ia hendak berhijrah meninggalkan kota Mekkah ke kota Madinah…. Semua sahabat Nabi saw. berhijrah dengan sembunyi-sembunyi, tidak terkecuali Nabi sendiri, sementara Sayyidina Umar dengan begitu beraninya mengumumkan niatannya untuk berhirjah seraya menantang para pendekar Quraisy, siapa yang ingin istrinya menjadi janda dan anak-anaknya menjadi yatim hendaknya ia menghalanginya untuk berhijrah. Dan benar, tidak seorang pun berani menghalangi Sayyidina Umar!! Sebab tidak seorang pun dari pendekar Quraisy yang ingin mati di tangan Umar “Sang Pendekar Andalan Nabi saw.”!
Akhirnya, Umar pun hijrah tanpa ada seorang pun yang berani menghalanginya!
Sebuah keberanian yang luar biasa…. Yang sepertinya Nabi saw. sendiri tidak berani melakukannya, terbukti beliau pergi hijrah dengan sembunyi-sembunyi! Bukankah begitu sobatku?!
Tetapi rupanya keberanian Sayyidina Umar yang digambarkan pena para pemujinya itu tidak bertahan…. Umar yang dahulu ketika hendak berhijrah menantang para pendenkar Quraisy… Umar si pemilik jiwa baja nun tak pernah gentar… Umar sang pemberani dalam lukisan para pemujanya kini dalam peristiwa Hudaibiyah berubah menjadi bukan Umar yang dahulu… entah mengapa? Mungkin sekarang Sayyidina Umar kini sudah mulai tua.. kekkearan kepalan tangannya mulai melemah…. Ketegasan sikapnya kini berubah menjadi kelemah lembutan … Atau mungkin karena para pelukis itu sudah lelah melukiskan untuk kita kisah-kisah keberanian dan kepahlawanan Sayyidina Umar… Atau mungkin Anda tau sebabnya?
Dalam peristiwa niatan Nabi saw. untuk mendatangi kota suci Mekkah dengan maksud damai yaitu untuk umrah namun kaum kafir Quraisy menghalangi beliau dan melarangnya untuk masuk ke kota suci Mekkah…. Sesampainya di dekat kota Mekkah dan Nabi mengetahui bahwa pembesar kafir Quraisy bersikeras menghalangi beliau dan kaum Muslminin masuk kota suci Mekkah, Nabi saw. memanggil Sayyidina Umar kita (sang pemberai andalan Nabi saw.) untuk mendatangi pembesar kaum Quraisy dan menyampaikan pasan damai beliau bahwa kedatangan beliau hanya untuk menjalan manasik umrah dan setelahnya beliau akan kembali pulang ke kota madina bersama para sahabatnya….
Tentunya kita mengetahui bahwa dalam etika yang berlaku bahkan di kalangan kauk kafir Quraisy bahwa seorang delegasi/utusan/rasul itu pasti memiliki hak untuk diperlakukan baik… untuk tugas itu, Nabi saw. menunjuk Sayyidina Umar, sebab ia adalah pendekar andalan yang sudah teruji (demikian hendak digambarkan para pelukis kepahlawanan Sayyidina Umar)…. Siapa lagi yang cocok untuk “tugas seberat” itu selain pemilik hati baja… sang pendekar tak tertandingi…
Pasti Anda penasaran mendengar jawaban Sayyidina Umar ketika Nabi saw. memanggilnya dan menugaskannya menemui para pembesar kafir Quraisy? Pasti Anda sudah tidak sabar lagi untuk mendengar ketegasan Sayyidina Umar seperti yang biasa kita dengar dari para penceramah atau kit baca dalaam buku sejarah?
Mari kita simak bersama jawaban Sayyidina Umar…. Pendekar kebanggaan kita.
Ibnu Hisyam meriwayatkan dalam kitab Sirah-nya:
Kemudian Nabi saw. memanggil Umar ibn al Khaththab untuk mengutusnya sebagai delegasi kepada pembesar Quraisy tentang tujuan kedatangan beliau, maka Umar berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku benar-benar takut kepada suku Quraisy atas keselamatn diriku. Di kota Mekkah tidak ada seoarang pun dari suku bani Adiy yang dapat membelaku. Mereka telah mengenal permusuhanku dan kekerasan sikapku terhadap mereka. Tetapi aku tunjukkan kepada Anda orang yang cocok untuk tugas ini, ia lebih terhormat di sisi mereka ketimbang aku. Dia adalah Utsman ibn Affan. (Sirah Ibnu Hisyam;685. Cet. Dâr al Kotob al Ilmiah. Beirut, thn. 2001)
Mungkin Anda sedikit kecewa dengan sikap Sayyidina Umar Anda yang selama ini selalu membanggakan kita semua dengan dongeng-dongeng keberanian… dengan ketegasan sikap yang sering di antaranya beliau tampakkan dengan meninju Abu Hurairah karena terlau berbanyak-banyak dalam mengobral hadis Nabi saw….
Tetapi saya berharap Anda mau memberikan udzur untuknya… Mungkin saat itu sang pendekar kita sudah menua.. tak semuda di saat ia berhijrah meninggalkan kota aslinya Mekkah kekuatannya mulai memudar…(Red)
******
Umar Bin Khattab Penakut?
Bagi para pemuja kepahlawanan dan keberanian Sayyidina Umar ibn al Khaththab banyak kisah yang mencengangkan…. Di antaranya yang sangat dibanggakan adalah keberanian Umar ketika ia hendak berhijrah meninggalkan kota Mekkah ke kota Madinah…. Semua sahabat Nabi saw. berhijrah derngan sembunyi-sembunyi, tidak terkecuali Nabi sendiri, sementara Sayyidina Umar dengan begitu beraninya mengumumkan niatannya untuk berhirjah seraya menantang para pendekar Quraisy, siapa yang ingin istrinya menjadi janda dan anak-anaknya menjadi yatim hendaknya ia menghalanginya untuk berhijrah. Dan benar, tidak seorang pun berani menghalangi Sayyidina Umar!! Sebab tidak seorang pun dari pendekar Quraisy yang ingin mati di tangan Umar “Sang Pendekar Andalan Nabi saw.”!
Akhirnya, Umar pun hijrah tanpa ada seorang pun yang berani menghalanginya!
Sebuah keberanian yang luar biasa…. Yang sepertinya Nabi saw. sendiri tidak berani melakukannya, terbukti beliau pergi hijrah dengan sembunyi-sembunyi! Bukankah begitu sobatku?!
Tetapi rupanya keberanian Sayyidina Umar yang digambarkan pena para pemujinya itu tidak bertahan…. Umar yang dahulu ketika hendak berhijrah menantang para pendenkar Quraisy… Umar si pemilik jiwa baja nun tak pernah gentar… Umar sang pemberani dalam lukisan para pemujanya kini dalam peristiwa Hudaibiyah berubah menjadi bukan Umar yang dahulu… entah mengapa? Mungkin sekarang Sayyidina kini sudah mulai tua.. kekkearan kepalan tangannya mulai melemah…. Ketegasan sikapnya kini berubah menjadi kelemah lembutan … Atau mungkin karena para pelukis itu sudah lelah melukiskan untuk kita kisah-kisah keberanian dan kepahlawanan Sayyidina Umar… Atau mungkin Anda tau sebabnya?
Dalam peristiwa niatan Nabi saw. untuk mendatangi kota suci Mekkah dengan maksud damai yaitu untuk umrah namun kaum kafir Quraisy menghalangi beliau dan melarangnya untuk masuk ke kota suci Mekkah…. Sesampainya di dekt kota Mekkah dan Nabi mengetahui bahwa pembesar kafir Quraisy bersikeras menghalangi beliau dan kaum Muslminin masuk kota suci Mekkah, Nabi saw. memanggil Sayyidina Umar kita (sang pemberai andalan Nabi saw.) untuk mendatangi pembesar kaum Quraisy dan menyampaikan pasar damai beliau bahwa kedatangan beliau hanyaa untuk menjalan manasik umrah dan setelahnya beliau akan kembali pulang ke kota madina bersama para sahabatnya….
Tentunya kita mengetahui bahwa dalam etika yang berlaku bahkan di kalangan kauk kafir Quraisy bahwa seorang delegasi/utusan/rasul itu pasti memiliki hak untuk diperlakukan baik… untuk tugas itu, Nabi saw. menunjuk Sayyidina Umar, sebab ia adalah pendekar andalan yang sudah teruji 9demikian hendak digambarkan para pekulis kepahlawanan Sayyidina Umar)…. Siapa lagi yang cocok untuk “tugas seberat” itu selain pelimik hati baja… sang pendekar tak tertandingi…
Pasti Anda penasan mendengar jawaban Sayyidina Umar ketika Nabi saw. memanggilnya dan menugaskannya menemui para pembesar kafir Quraisy? Pasti Anda sudah tidak sabar lagi untuk mendengar ketegasan Sayyidina Umar seperti yang biasa kita dengar dari ppara penceramah atau kit abaca dalaam buku sejarah?
Mari kita simak bersama jawaban Sayyidina Umar…. Pendekar kebanggaan kita.
Ibnu Hisyam meriwayatkan dalam kitab Sirah-nya:
Kemudian Nabi saw. memanggil Umar ibn al Khaththab untuk menutusnya sebagai delegasi kepada pembesar Quraisy tentang tujuan kedatangan beliau, maka Umar berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku benar-benar takut kepada suku Quraisy atas keselamatn diriku. Di kota Mekkah tidak ada seoarang pun dari suku bani Adiy yang dapat membelaku. Mereka telah mengenal permusuhanku dan kekerasan sikapku terhadap mereka. Tetapi aku tunjukkan kepada Anda orang yang cocok untuk tugas ini, ia lebih terhormat di sisi mereka ketimbang aku. Dia adalah Utsman ibn Affan. (Sirah Ibnu Hisyam;685. Cet. Dâr al Kotob al Ilmiah. Beirut, thn. 2001)
Mungkin Anda sedikit kecewa dengan sikap Sayyidina Umar Anda yang selama ini selalu membanggakan kita semua dengan dongen-dongen keberanian… dengan ketegasan sikap yang sering di antaranya beliau tampakkan dengan meninju Abu Hurairah karena terlau berbanyak-banyak dalam mengobral hadis Nabi saw….
Tetapi saya berharap Anda mau memberikan udzur untuknya… Mungkin saat itu sang pendekar kita sudah menua.. tak semuda di saat ia berhijrah meninggalkan kota aslinya Mekkah kekuatannya mulai memudar…
Dicopas dari: syiahali, 27 Desember 2010
Catatan blogger:
Cerita tentang penakutnya Umar sebenarnya sebanyak cerita tentang kekasaran perilakunya. Ia pernah menampar wajah Abu Hurairah hingga berdarah dan sembari menangis Abu Hurairah mengadukannya kepada Rosul. Ia juga pernah mengejek seorang sahabat utama wanita Rosul yang termasuk orang-orang yang pertama yang masuk Islam hingga saat Rosul mendengar cerita tersebut mengatakan kepada sahabat wanita tersebut: "Ia tidak lebih baik darimu. Engkau berhijrah 2 kali, sedang ia (Umar) hanya sekali." Para ahli sejarah juga menulis kekasaran Umar kepada Fathimah Az-Zahra kala berusaha memaksa keluarga Rosul (ahlul bait yang disucikan Allah dalam surat Al Azhab: 33) untuk membaiat Abu Bakar.
Namun yang mengiris hati adalah Umar juga bersikap kasar kepada Rosul. Umar berkata kasar kepada Rosul saat menentang isi perjanjian Hudaibiyah yang dianggapnya tidak benar meskipun Allah telah mengancam siapapun yang berbicara keras kepada Rosul maka amal kebaikannya akan terhapus. Ia juga menentang keras perintah Rosul kala Beliau memerintahkan para sahabat untuk menyediakan pena dan kertas agar Rosulullah bisa menuliskan wasiat terakhir beliau sebelum beliau meninggal (peristiwa tragedi hari Kamis).
Dalam buku sejarah Rosul karangan Mohammad Haikal pada bagian Perang Uhud dikisahkan bahwa Umar termasuk sahabat yang melarikan diri kala mendengar hasutan orang-orang mushrik Quraish tentang kematian Rosulullah. Bersama Abu Bakar Umar berlari lintang pukang hingga terhenti di bawah suatu bukit karena kelelahan. Pada saat itu ada seorang sahabat yang mengingatkan tentang kemuliaan mati syahid dan mengajak Umar dan Abu Bakar untuk "menyusul" Rosul, namun keduanya menolak.
Dalam Perang Khandaq, seorang pendekar Quraish yang berhasil menerobos parit berteriak-teriak menentang para pendekar Islam untuk berperang tanding. Semua orang, termasuk Umar, yang berani meladeni tantangan itu kecuali Ali bin Abi Thalib. Ali maju ke depan untuk meladeni tantangan tersebut namun dicegah Rosul karena Beliau ingin mengetahui siapa di antara sahabatnya yang benar-benar berani membela Islam. Sampai tiga kali sang jagoan Quraish berteriak-teriak menentang, tiga kali pula para pendekar Islam dibuat gentar olehnya kecuali Ali. Akhirnya Rosul pun mengijinkan Ali meladeni tantangan tersebut dan berhasil membunuh sang jagoan Quraish hingga pasukan Quraish pun mundur.
Dalam Perang Khaibar beberapa kali pasukan Islam dipukul mundur pasukan yahudi yang bertahan di dalam benteng. Umar adalah salah seorang sahabat yang dipercaya untuk memimpin pasukan penyerang, namun kembali dengan kekalahan. Hingga akhirnya Rosul pun berkata lantang kepada para sahabat: "Besok pagi komando akan saya serahkan kepada orang yang Allah dan Rosul-Nya ridho kepadanya, yang tidak pernah kalah dalam perkelahian dan tidak pernah mundur dalam pertempuran." Para sahabat pun berharap kehormatan besar itu akan mereka peroleh. Kehormatan apa yang lebih besar daripada kehormatan keridhoan Allah dan Rosul? Mereka tidak pernah berfikir Ali lah yang akan mendapat kehormatan itu karena Ali tengah menderita sakit mata parah hingga tidak bisa melihat dan harus tinggal dari medang perang. Namun ternyata Ali-lah yang mendapatkan kehormatan itu dan berhasil mendobrak pintu gerbang benteng yahudi hingga orang-orang yahudi pun menyerah.
Umar juga tercatat memiliki keturunan yang tidak patut untuk menjadi panutan keluarga pemimpin. Seorang anaknya dirajam sendiri oleh Umar karena berzina. Seorang lainnya dicambuk karena mabuk-mabukan. Selain itu anaknya yang lain membunuh orang tanpa dasar hukum sehingga nyaris diqhisos
seandainya saja tidak dilindungi khalifah Usman bin Affan. Semuanya tercatat dalam sejarah.
(Jakfari/Syiah-Ali/Syiah-News/Cahyono-Adi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email