Pesan Rahbar

Home » » Ini 4 Sumber Dana ISIS Jadi Kelompok Teroris Paling Kaya Sejagat

Ini 4 Sumber Dana ISIS Jadi Kelompok Teroris Paling Kaya Sejagat

Written By Unknown on Friday 12 June 2015 | 04:55:00


Banyak kalangan mempertanyakan, dari mana sumber pendanaan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sehingga mereka mendapat pasokan senjata yang begitu berlimpah guna membombardir negara-negara di Timur Tengah, serta menggaji para jihadis dengan bayaran yang tinggi.

Perebutan kota kilang minyak di sejumlah wilayah Irak diduga kuat menjadi sumber utama pundi-pundi ISIS. Namun tidak sebatas penjualan gelap hasil merebut kilang minyak, diketahui ISIS kerap meminta sejumlah tebusan demi melepas sandera-sandera mereka. Tercatat ISIS meminta tebusan dengan jumlah fantastis kepada Jepang demi melepas sander asal Negeri Sakura tersebut.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut empat sumber utama pendanaan kelompok militan Islam tersebut yang dirangkum merdeka.com


1. ISIS raup Rp 11 miliar per hari dari jual minyak mentah

Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mampu mendapat penghasilan hingga hampir Rp 11 miliar saban hari hasil dari menjual minyak mentah kepada sejumlah pengusaha Kurdi setelah mereka menguasai kilang minyak di sejumlah wilayah Irak.

Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Senin (14/7/2014), ISIS menyelundupkan minyak mentah itu ke Turki dan Iran dengan menjualnya Rp 290 ribu per barrel.

Para ahli industri perminyakan meyakini kelompok ISIS mendapatkan minyak itu dari wilayah sebelah utara Kota Mosul dan mengirimkannya lewat truk tangki milik mereka supaya minyak itu bisa diolah menjadi diesel dan bensin.

Menurut surat kabar the Telegraph, perampasan minyak itu terjadi di Kota Tuz Khurmatu di pinggiran wilayah Kurdi.

"Cukup mudah bagi ISIS mengebor tanah dan menyalurkan minyak lalu mengirimkannya lewat truk-truk tangki di wilayah mereka kuasai," kata pengamat industri perminyakan Irak Shwan Zulal.


2. Uang minyak seret, ISIS mulai cari dana dari tawanan

Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) disinyalir mulai seret dana operasional. Perang di Kota Kobane, perbatasan Suriah-Turki yang berlarut-larut empat bulan terakhir, diyakini intelijen menguras dana operasional mereka.

Seperti dilansir New York Daily News, Rabu (21/1), pasukan militan pendukung khilafah Islamiyah ini mulanya punya uang melimpah. Sumbernya rampokan sumur minyak di Tikrit dan Mosul, Irak. Selain jual minyak, pecahan Al-Qaidah ini berhasil merampok bank sentral Irak cabang Mosul.

Dinas Intelijen Luar Negeri Amerika Serikat (CIA) memperkirakan organisasi militan ini mempunyai uang tunai USD 425 juta (setara Rp 5,3 triliun). Gubernur Nineveh Irak, Atil al-Nujaivi, sampai menyatakan ISIS kemungkinan organisasi teroris paling kaya di muka bumi.

Tapi awal pekan ini, ISIS melakukan beberapa langkah mengejutkan. Para militan melepaskan 350 sandera dari komunitas Kristen Yazidi di utara Irak. Kebanyakan adalah lansia dan anak-anak. Laporan intelijen Barat menyatakan ISIS mulai terbebani karena harus merawat mereka.

Kemarin, ISIS memberi kejutan lagi. Biasanya cuma melansir video eksekusi, kali ini militan khilafah minta tebusan dari dua sandera warga negara Jepang. Nilai yang diminta tak main-main, setara Rp 2,5 triliun yang harus dipenuhi dalam waktu 72 jam. Sebelumnya ISIS tak pernah minta tebusan secara spesifik.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dikabarkan menolak memenuhi tuntutan ISIS. Dua sandera yang sedang di ujung tanduk bernama Kenji Goto Jogo dan Haruna Yukawa. Mereka adalah pekerja sosial yang sedang berada di Irak.

Jurnal National Post punya teori tersendiri. ISIS awalnya diduga punya pemasukan USD 1 juta per hari, dengan cara menjual minyak secara ilegal dari sumur rampasan. Tapi rupanya harga minyak dunia anjlok, yang akhirnya bikin mereka besar pasak dari tiang.

Dengan meminta tebusan, ISIS akhirnya jadi selevel dengan organisasi teroris lainnya di Timur Tengah dan Afrika. Para militan di kawasan ini dikenal tak sepenuhnya tulus dari aksi menculik warga asing.

Koran New York Times Agustus 2014 melansir laporan khusus yang menggambarkan penculikan telah menjadi ladang bisnis menggiurkan bagi organisasi teroris. Selama lima tahun terakhir, Al-Qaidah, Boko Haram, dan pelbagai sel lainnya memperoleh USD 125 juta hasil tebusan. Uang itu terutama didapat dari negara-negara Eropa yang masih bersedia bernegosiasi dengan teroris.

Perlakuan sandera Jepang ini berbeda dari tiga warga AS yang sudah dieksekusi sebelumnya. Pemenggalan James Foley, Steven Sotloff, atau Peter Kassig, menurut ISIS, karena Amerika menyerang mereka.

Walau ogah membayar ISIS, PM Abe mengaku terus berjuang membebaskan keduanya. "Keselamatan sandera saat ini prioritas utama kami," ujarnya kemarin, tanpa merinci lebih lanjut.


3. Kas menipis, ISIS jual puing-puing kota bersejarah Palmyra

Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) berencana tak lagi menghancurkan benda-benda kuno di kota bersejarah Palmyra. Sebaliknya, puing-puing purbakala sejak masa sebelum masehi itu hendak dijual untuk menambal kas organisasi militan tersebut yang kini menipis.

ISIS merebut kota bersejarah Palmyra di Provinsi Homs, Suriah, sejak 21 Mei lalu. AsiaOne melaporkan, Selasa (9/6), ISIS kini sedang aktif menjual patung bersejarah dan artefak kuno. Peredaran barang antik di pasar gelap itu diketahui oleh pakar purbakala Amerika Serikat.

Tapi di forum-forum propaganda resminya, ISIS mengklaim akan menghancurkan benda kuno karena dianggap simbol kemusyrikan.

Jika informasi penjualan artefak Palmyra benar, maka ini upaya ISIS kedua untuk melego barang-barang berharga di kota yang berhasil mereka rebut.

Sebelumnya, ISIS menjalankan taktik yang sama di kota kuno Apamea, di sebelah barat Suriah. Militan ternyata sekaligus menjarah benda-benda purbakala, lalu menjualnya ke penadah luar negeri.

Beberapa benda berusia lebih dari 2.000 tahun itu sudah mulai dijual di situs lelang e-Bay. Benda yang dipamerkan misalnya koin kerajaan kuno Sumeria, gerabah buatan Yunani kuno, serta perhiasan-perhiasan masa lalu. Tiap benda bersejarah ini dipatok minimal 57 Pound Sterling atau setara Rp 1,2 juta.

"Kami melihat kini semakin banyak penjarahan dilakukan secara sistematis," kata Direktur UNESCO Irak Axel Plathe.

ISIS menjual barang-barang bersejarah itu kepada penadah di Turki, yang kemudian mengirimnya ke pasar gelap di Eropa. Belum diketahui, apakah aktivitas penyelundupan ini mendatangkan pemasukan besar bagi militan khilafah itu.


4. Palak pengusaha, ISIS raup Rp 2,6 Triliun per tahun

Sumber pendanaan ISIS selama ini masih jadi pertanyaan banyak orang. Alat tempur mereka terbilang canggih, mulai dari senjata api, bom, hingga kendaraan taktis pun mereka miliki.

Koran the Daily Mail melaporkan, Senin, (8/6), ISIS ternyata telah menarik pajak warga sipilnya yang berkedok zakat. Tidak tanggung-tanggung, jumlahnya bisa mencapai USD 200 juta (Rp 2,6 triliun) dalam catatan setahun terakhir, mengutip pemberitaan seorang jurnalis, Sufyan al-Baghdadi.

Bila mereka menolak 'berzakat', para pengusaha itu harus siap disiksa. "Kolega bisnis saya di Raqqa diharuskan membayar 'zakat' hingga USD 100 ribu (Rp 1,3 miliar) karena besar pendapatan bisnisnya," ucap Ammar kepada kantor berita The Telegraph.

Namun berbisnis di wilayah ISIS dinilai Ammar masih menjadi pilihan baik, dibanding di tempat lain dengan ancaman korupsi yang tinggi.

"Berbisnis di daerah ISIS aman, setelah saya kerampokan oleh pasukan bersenjata di tempat lain hingga USD 150 ribu (Rp 1,9 miliar).

Dalam liputan khusus al-Baghdadi yang dia tuliskan di media sosial, sebanyak USD 160 juta dari raupan 'zakat' kerap disumbangkan kepada warga miskin yang hidup di bawah kendali ISIS.

(Merdeka/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: