Pesan Rahbar

Home » » Di Arab Saudi banyak TKW yang lari dari majikan tempatnya bekerja dan terperangkap sindikat prostitusi

Di Arab Saudi banyak TKW yang lari dari majikan tempatnya bekerja dan terperangkap sindikat prostitusi

Written By Unknown on Monday 18 August 2014 | 22:26:00

Di penjara Jeddah, Arab saudi, sekitar 80% penghuninya adalah Tenaga Kerja Wanita yang didakwa perzinahan. Padahal sebenarnya mereka terjebak sindikat prostitusi lalu kena HIV.

Salafi Wahabi Izinkan Memperkosa TKW Yang Dianggap BUDAK ??
Nov 3, 2010
DERiTA BUDAK SEX di ARAB.

pengakuan : 
ELLY RUSMINI
Pontianak, Indonesia
aku mau ceritakan pengalamanku semasa jadi TKI di negara ARAB. Di negara SAUDI ARABIA ini aku jadi TKW bukannya disuruh bekerja, tapi menjadi budak sex saja untuk memuaskan nafsu adik majikanku yang bernama Hassan Abdillah yang memiliki rumah di MINA.Aku bertul2 jadi budak sex karena lelaki Arab yang walaupun ganteng kayak bintang sinetron ADAM JORDAN, tapi moralnya bejat. Sebab aku dikurung dalam bentuk sangkar emas berbentuk besar ukuran 10X1om. Walau di dalam sangkar ada tempat wc,kamar mandi, kulkas,alga spring bed,tv ukuran raksasa dan barang mewah lainnya, aku betul2 jadi seekor burung yang tidak dapat bebas…..karena dikurung dan dikunci.
 
Aku hanya menanti kedatangannya setiap hari dan harus melayani nafsu sexnya yang kuat,Yang menyakitkan, Hassan menderita penyakit sex yang sadis. setiap melakukan sex, dia akan mengikat aku lalu mencambuk aku. Semakin aku berteriak, merintih kesakitan itu yang disukainya.Dia makin bernafsu mendengar suara perempuan yang menderita kesakitan sewaktu berhubungan sex. Ini yang membuatku harus bersandiwara mengerang kesakitan sebisanya agar cambuknya tidak tambah kuat melukai kulitku yang sudah ditelanjanginya. Aku juga harus melayani berbagai gaya sex berupa anal sex dan oral sex yang sangat menjijikan yang belum pernah aku alami di Indonesia, karena aku berangkat sebagai TKI masihlah gadis perawan

Sungguh derita yang tidak akan kulupakan sampai maut menjemput. Aku menyesal kenapa dulu tidak satu daerah dengan si NARTI, kawan sekampungku di Solo, karena NARTI yang memilih bekerja sebagai TKI di TAIWAN malah sangat disayangi keluar bossnya.Ini terbukti Narti selalu dibelikan daging sapi oleh istri majikan, karena NARTI tidak makan babi Untunglah, walau berpenyakit, Hassan masih menepati perjanjian, karena setahun kemuadian aku dibebaskan karena kontrak sebagai TKW di rumahnya telah berakhir.Maka hati2lah wahai TKI yang mau kerja di ARAB. Kalau dapat kalian jangan bekerja di ARAB.
TKW Indonesia Diperkosa dan Disiksa
 Seorang tenaga kerja wanita (TKW) diperkosa dan dianiaya majikannya, dengan cara memasukkan cabe dan wortel ke kemaluan si pembantu perempuan. “Ini kasus serius yang perlu diberi perhatian pemerintah agar kita sadar bahwa sudah sampai waktunya Indonesia memperketat pengiriman TKW ke luar negeri,” Jelas Wahyu Susilo dari Migrant Care kepada Tempo, Rabu (9/3).
Wahyu menambahkan pemerintah harus membuat peraturan, TKW kita tidak boleh dipekerjakan di rumah orang non muslim karena akan mengganggu kegiatan ibadah dan tidak aman dari segi makan dan minumnya.
Kasus penyiksaan luar biasa terhadap Nirmala Bonat, buruh migran perempuan asal Indonesia bulan Mei 2004 yang lalu bukanlah satu-satunya kisah sedih yang dialami buruh migran Indonesia. Eka Apri Setiowati, 20 tahun, buruh migran perempuan Indonesia asal Semarang adalah satu dari ribuan buruh migran Indonesia yang menjadi korban pemerkosaan dan penganiayaan majikan di Malaysia.

Walau kasusnya terjadi setahun yang lalu, ternyata baru terungkap jelas pada saat persidangan dilaksanakan terhadap majikannya yang bernama Seow Eng Aik, 37 tahun, pada 2 Maret 2005 yang lalu di Mahkamah Sesyen, Pulau Penang Malaysia.

Eka Apri Setiowati yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga di rumah Seow Eng Aik yang beralamat di 21-1-2 Tingkat Paya Terubong 3 Paya Terubong Air Itam Penang mengaku sudah tiga kali diperkosa majikannya dibawah ancaman.

Peristiwa keji itu berlangsung antara Februari, Juli dan Agustus 2004. Bahkan menurut pengakuan Eka, perkosaan yang dilakukan pada Juli 2004 melibatkan istri Seow Eng Aik yang bernama Tan Seok Hoon yang turut serta memegang tangan Eka. Bahkan kebiadaan ini berlanjut dengan penyiksaan ketika pasangan suami-istri ini memasukkan cabe pedas dan wortel ke kemaluan Eka Apri Setiowati.

Eka juga mengeluh selama bekerja dia tidak pernah digaji dan kadang-kadang juga tidak diberi makan. Berdasarkan catatan kriminal kepolisian setempat, Seow Eng Aik juga pernah menghadapi kasus perkosaan anak di bawah umur (pedofilia) gadis 11 tahun pada April 2002.

Eka melarikan diri dari rumah majikan pada 29 Agustus 2004 dan berlindung di sebuah panti asuhan Wisma Yatim lelaki di Air Itam dan pada 7 September 2004 diserahkan ke Tenaganita, LSM Malaysia yang peduli pada buruh migran perempuan. “Tenaganita banyak menerima pengaduan (laporan) dari pembantu rumah tangga yang diperkosa dan dikasari majikan,” ujar Erene Fernandes, direktur Tenaganita kepada Tempo di kantornya baru-baru ini.

“Semua kasus yang menimpa pekerja perempuan Indonesia akan kami serahkan kepada KBRI untuk ditindaklanjuti,” imbuhnya.

Sekarang Eka ditampung di penampungan buruh migran berkasus di KBRI Kuala Lumpur. Sidang kasus ini akan dilanjutkan pada 17 Maret 2005 untuk mendengarkan vonis Mahkamah Sesyen.

Walau kasusnya perkosaan dan penganiayaan keji dengan tuntutan hukuman maksimum penjara 20 tahun berdasar Article 109 dan 376 Penal Code Malaysia, Mahkamah Sesyen yang dipimpin Hadhariah Syed Ismail memberi kebebasan kepada terdakwa dengan tahanan luar atas uang jaminan RM 15.000 (untuk Seow Eng Aik) dan RM 8000 (untuk Tan Seok Hoon). Hingga saat ini belum diketahui apa yang telah dilakukan KBRI Kuala Lumpur untuk menangani kasus ini.

Atas kasus ini, Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Migran Berdaulat (Migrant CARE) pada Hari Perempuan Sedunia (8/3), mendesak pemerintah Indonesia untuk tidak melupakan persidangan kasus-kasus perkosaan, penyiksaan dan ancaman hukuman mati yang dialami oleh buruh migran perempuan Indonesia (seperti kasus Nirmala Bonat, Eka Apri Setiowati, Mariana dan Herlina Trisnawati)
.
TKW : Saya di Jadikan Budak Seks dan Pembunuhan !!!.


MALANGNYA NASIBMU NURHAYATI, SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA PULA.

Adalah Nurhayati Binti Pudin TKW asal Cianjur yang berangkat ke Negeri Onta pada tahun 2008 meninggalkan suaminya dengan harapan merubah nasib. Malang tak dapat dipulung untung tak dapat diraih. Ternyata harapan itu hasilnya BERBALIK 180 derajat dari angan2nya. Dia bekerja di Wilayah Tanah Suci (Makkah Al Mukarramah,) tapi Sang Majikan & istrinya akhlaknya tidak seperti indahnya sebutan kota itu. Si Onta betina gemar menyiksa, sementara Si Onta Jantan kerap melakukan pelecehan seksual, benar2 perilaku manusia jahiliyah modern
.
Demi menjaga “KESUCIAN” & KEHORMATAN wanita apalagi dia bersuami, Nurhayati selalu berusaha menghindar bila onta jantan beraksi.
Tapi hari itu memang apes….. Nurhayati yg berusaha lari & menghindar dari aksinya onta jantan terjatuh dari lantai 3. Allah Maha Hidup, DIA lah yg menghidupkan & mematikan hambaNYA. Nurhayati tidak tewas, walaupun sempat koma di rumah sakit. Nurhayati dirawat di rumah sakit Mekkah tanpa ada yang membesok dari teman atau aparat terkait. Kedua kaki Nurhyati lumpuh akibat terjatuh. Dua setengah tahun dirawat di rumah sakit akhirnya Nurhayati dipulangkan dlm kondisi cacat fisik secara permanen yakni LUMPUH.

Sesampainya di kampung, ternyata rumahnya SUDAH DIJUAL suaminya & minggat entah kemana. Mungkin rumah itu dipakai modal KAWIN lagi, karena memang Nurhayati sejak sampai di Saudi tak ngasih kabar. Gimana mau ngasih kabar?, majikanya brengsek & lama di rumah sakit dlm kondisi lumpuh. Karena sudah tak ada orang tua lagi akhirnya Nurhayati dirawat Sang Paman. Kini Nurhayati dlm kondisi yang serba HANCUR. Hancur kakinya terjatuh sehingga lumpuh, dan HANCUR hatinya karena rumah dijual suaminya.. Kini hari2 Nurhayati hanya tergoler merenungi nasib anta hidup segan matipun tidak….
.
TKW : Saya di Jadikan Budak Seks dan Pembunuhan !!!.
Tuti Tursilawati, Tenaga Kerja Indonesia asal Majalengka, Jawa Barat, terancam hukuman pancung karena membunuh majikan yang memperkosanya. Pemerintah Indonesia masih terus berupaya membebaskan Tuti yang kini meringkuk di penjara Kota Thaif, Arab Saudi. Namun, upaya itu tak berjalan mulus.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengakui, pemerintah belum bisa berbuat banyak untuk mencegah eksekusi hukuman mati terhadap Tuti. “Kami minta untuk dicari jalan keluar, apakah berupa penundaan hukuman atau pengampunan,” kata Muhaimin usai menggelar pertemuan dengan Menteri Perburuhan Kerajaan Arab Saudi, Adel Muhammad Faqeh, di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Selasa 8 November 2011.

“Kalau pemerintah Indonesia dan Saudi bisa mendekati dan meyakinkan keluarga korban, maka di situ akan ada jalan. Pemerintah kedua negara berusaha supaya keluarga bisa memaafkan atau menunda hukuman,” imbuh Muhaimin
…………………………………………………………

TKI terkena HIV/AIDS


Bukannya pulang bawa uang, TKI asal Mataram dan Lampung ini malah membawa penyakit mematikan HIV/AIDS.
“Saya Prihatin TKI yang pulang membawa penyakit HIV/AIDS, hingga ini saya belum ketahui penyebabnya,” ujar Elin, sapaan akrab drg. Elia Rosalina Sunityo, MARS, MHK, Rabu (6/3) lalu. Hinga kini, TKI yang terkena penyakit tersebut belum terdata secara akurat.

Menurut Elin, besar kemungkinan bibit virus itu sudah ada sebelum TKI berangkat ke luar negeri. Karena itu ia menyarankan agar para TKI benar-benar melakukan medical check.
“Bila benar ada bibit virus berarti masalahnya ada pada medical check. Kemungkinan lain, mereka tertular ketika berada di luar negeri,” papar Elin, seraya mengatakan penularan bisa saja melalui proses kesehatan yang menggunakan peralatan suntik dan tidak melulu lantaran hubungan seksual bebas.

Harus diakui agak sulit untuk mengethaui masalah kesehatan para TKI tersebut. Soal kesehatan TKI paska kepulangan belum banyak dilakukan pemeriksaan ulang. Termasuk penyakit yang terkontaminasi akibat perilaku seks bebas di luar negeri.

Data BNP2TKI mencatat sejumlah TKI yang baru berangkat ke luar negeri melalu Bandara Selaparang, Mataram tahun 2006 diberangkatkan sebanyak 17.228 orang, Jumlah ini meningkat di tahun 2007 sebanyak 18.195 orang dimana mayoritas tujuan pencari kerja adalah ke Malaysia.

Dari data yang dihimpun Dinas Kesehatan Provinsi NTB menunjukkan 7 orang TKI/ mantan TKI yang positif HIV AIDS. Disinyalir penyakit ini mereka dapatkan selama mereka bekerja di luar negeri.
Khawatir dengan mulai merebaknya TKI terkena AIDS di Mataram, pemerintah Mataram akan melakukan survey HIV AIDS terhadap TKI yang baru datang di Bandara Selaparang Mataram yang datang dari Malaysia dan Singapura. an sampel sebanyak 750 orang.

Dari tes sampel darah HIV AIDS, ditemukan 6 orang TKI dengan sampel darah positif VDRL, 2 orang TKI dengan TPHA positif (Sifilis). Dari data ini menunjukkan TKI merupakan kelompok dengan perilaku resiko tinggi dalam penularan HIV AIDS.

HIV/AIDS di Jawa Timur tercatat sebanyak 4.233 jiwa. Dari jumlah itu, 20% diantaranya atau sekitar 846 penderita adalah mereka yang sebelumnya pernah bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Provinsi Jawa Timur, Hary Soegiri mengatakan, para TKI yang terjangkit HIV/AIDS itu diketahui setelah berobat di Puskesmas di daerah asalnya masing – masing.
“Data itu diketahui oleh Dinas Kesehatan provinsi Jawa Timur berdasarkan laporan dari puskesmas di seluruh daerah,” kata Hary disela acara deklarasi bersama stop HIV/AIDS bagi TKI di Balai Latihan Kerja di Malang, Senin (21/11).

Dia menambahkan, para TKI yang mengidap penyakit ini sebagian besar berasal dari Hong Kong, Taiwan, Malaysia dan Singapura. Sebagian besar terinveksi melalui hubungan seksual dan penggunaan narkoba dengan jarum suntik.

Untuk tindakan pencegahan terhadap TKI agar tidak terjangkit penyakit itu, sambung Hary, pemerintah adalah menjalin kesepakatan antara Disnaker dengan Asosiasi Pengusaha Jasa Tenaga Kerja Indonesia dan Serikat Buruh Migran Indonesia.

Kesepakatannya, seluruh Balai Latihan Kerja Luar Negeri harus menyediakan informasi tentang penularan penyakit itu. Pemerintah sendiri tidak bisa melakukan pemeriksaan terhadap calon TKI saat akan berangkat atau pulang.

“Kalau pemerintah melakukan pemeriksaan kesehatan itu bisa dikatakan melanggar Hak Asasi Manusia. Pemeriksaan harus dilakukan secara sukarela,” papar Hary.

Menurutnya, yang terpenting dilakukan oleh para tenaga kerja di luar negeri adalah menghindari pergaulan bebas. Karena pergaulan bebas itu yang berpoteni mengarah pada penularan penyakit HIV/AIDS.
Sementara itu, Koordinator Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jawa Timur, Mochammad Cholily menjelaskan, penempatan tenaga kerja yang salah menjadi penyebab utama seorang TKI terjangkit HIV/AIDS.

“Pergaulan hidup yang bebas seperti perilaku seks bebas, narkotik itu hanya sebagian kecil. Tapi di luar negeri banyak yang terperangkap dalam sindikat prostitusi,” tandas Cholily.
Dia mencontohkan, di Arab Saudi banyak TKW  yang lari dari majikan tempatnya bekerja dan terperangkap sindikat prostitusi. Di penjara Jeddah, Arab saudi, sekitar 80% penghuninya adalah Tenaga Kerja Wanita yang didakwa perzinahan. Padahal sebenarnya mereka terjebak sindikat prostitusi lalu kena HIV.

“Pemerintah juga harus mengubah mekanisme penempatan TKI dan melakukan pengawasan yang ketat. Misalnya dengan memiliki rekam jejak dari majikan yang akan ditempati para TKW kita,” pungkas Cholily.

TKI Ternyata Rentan Mengidap HIV/AIDS.

Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Jumhur Hidayat mengajak jajarannya termasuk TKI dan keluarga aktif dalam kampanye anti-HIV AIDS.
Jumhur dalam surat elektronik yang dikirimkan dari Semarang, Jumat, saat memimpin upacara “Pencanangan dan Penanggulangan Bahaya HIV AIDS pada TKI” menyatakan TKI rentan mengidap HIV AIDS karena fakta bahwa bekerja di luar negeri dan bergaul dengan macam-macam orang.

Pada acara menyongsong Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2011 bertema khusus “Say No HIV Aids for Migrant Workers” itu berlangsung di Kantor Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Semarang dan diikuti juga oleh sekitar 500 calon TKI.

Jumhur menyatakan setiap calon TKI dan TKI harus peka oleh adanya bahaya penyakit AIDS yang terjadi melalui penularan virus mematikan itu. Ia mengingatkan calon TKI dan TKI untuk menghindari bahaya penularan HIV AIDS di luar negeri, TKI tidak boleh bergaul sembarangan alias melakukan seks bebas dengan siapa saja yang diinginkan.

“Semuanya bergantung kita. Kalau ingin menghindari bahaya HIV AIDS maka TKI , maka jangan meletakkan diri dalam lingkungan yang dapat menularkan penyakit tersebut,” ujar Jumhur.

Jumhur mengajak aparat BNP2TKI, pemerintah daerah, dan pelaksana penempatan TKI swasta (PPTKIS) untuk lebih serius mengupayakan pencegahan serta upaya penanggulangan bahaya HIV AIDS pada TKI sehingga kualitas penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri dapat diwujudkan secara bermartabat.


Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat, mengajak jajarannya di BNP2TKI baik pusat serta daerah, berikut para TKI dan calon TKI yang ada di tanah air untuk aktif mengampanyekan komitmen penanggulangan dan pencegahan anti penularan HIV Aids khususnya pada kehidupan TKI.

Semarang, BNP2TKI (4/11)Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat, mengajak jajarannya di BNP2TKI baik pusat serta daerah, berikut para TKI dan calon TKI yang ada di tanah air untuk aktif mengampanyekan komitmen penanggulangan dan pencegahan anti penularan HIV Aids khususnya pada kehidupan TKI.

Demikian dikemukakan Jumhur, Jumat (4/11), saat memimpin apel “Pencanangan dan Penanggulangan Bahaya HIV Aids pada TKI”, di Lapangan Pundak Payung, Semarang, Jawa Tengah, yang diikuti sekitar 500 calon TKI yang akan bekerja di luar negeri, termasuk dihadiri pejabat kantor BNP2TKI dan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) se-Indonesia.

Acara tersebut diadakan oleh BP3TKI Semarang dalam rangka menyongsong peringatan Hari Aids se-Dunia yang akan jatuh pada 1 Desember 2011, dengan tema yang juga khusus yaitu, “Say No HIV Aids for Migrant Workers”.

Dikatakan Jumhur, keberadaan TKI yang ada di luar negeri dipandang rentan terhadap bahaya penularan HIV Aids, karena selain merupakan kelompok cukup besar yang tersebar di berbagai negara, TKI juga tergolong warga negara yang acap bepergian ke luar negeri.

“Jadi, fakta bahwa TKI sering ke luar negeri dan bergaul dengan macam-macam orang, maka kenyataan itu dapat membuat TKI bisa rentan dengan adanya bahaya HIV Aids,” jelas Jumhur.
Menurutnya, setiap calon TKI dan TKI harus peka oleh adanya bahaya penyakit Aids, yang terjadi melalui penularan virus mematikan jenis HIV utamanya dalam hubungan intim antarjenis yang tidak bertanggungjawab.

“Meski memang, penularan juga bisa dilakukan di luar itu, seperti lewat jarum suntik penderita Hiv Aids pengguna narkoba yang digunakan bergantian,” katanya.
Karena itu, tambah Jumhur, apabila TKI tertular HIV Aids jelas hal itu tidak diharapkan siapapun di samping merugikan kelangsungan hidup para TKI.

Jumhur mengatakan, untuk menghindari bahaya penularan HIV Aids di luar negeri, TKI tidak boleh bergaul sembarangan alias melakukan seks bebas dengan siapa saja yang diinginkan.
“Semuanya bergantung kita, kalo ingin menghindari bahaya Hiv Aids maka TKI jangan meletakkan diri dalam lingkungan yang dapat menularkan penyakit tersebut,” ujar Jumhur.

Pada kesempatan itu, Jumhur juga mengajak aparat BNP2TKI, pemerintah daera, dan pelaku penempatan TKI untuk lebih serius mengupayakan pencegahan serta upaya penanggulangan bahaya Hiv Aids pada TKI, sehingga kualitas penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri dapat diwujudkan secara bermartabat.
“BNP2TKI dan Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) harus aktif pula memberi penyuluhan tata cara pencegahan Hiv aids, juga terus menerus memperkaya pengetahuan berupa informasi terkait kampanye anti Hiv Aids ini demi kepedulian pada TKI,” pintanya.

Jumhur mengaku, bentuk pencegahan penularan Hiv Aids salah satunya telah dilakukan BNP1TKI bekerjasam Sarana Kesehatan (Sarkes) dengan memeriksa kesehatan calon TKI yang memadai saat akan bekerja di luar negeri, untuk menyatakan TKI benar-benar sehat dan tidak unfit. ***
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: