Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatuth Thalibin Leteh Rembang KH Ahmad Mustofa Bisri
Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatuth Thalibin Leteh Rembang KH Ahmad Mustofa Bisri berpesan, sesama muslim seharusnya saling membantu, bukan saling menghancurkan.
Sesama muslim juga harus saling mengingatkan. Ketika mengingatkan pun ada adabnya, mesti dengan cara yang baik pula. Juga jangan mudah memberi stempel syirik, apalagi memberi stempel sesat kepada sesama.
Hal itu disampaikan KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus pada acara Khotmil Qur’an dan Pengajian Akbar Pondok Pesantren Tahfidz wa Ta’limil Quran dan Jamuro Solo di Masjid Agung, belum lama ini 29 November 2015 lalu sebagaimana dikutip dari NU Online
“Orang Islam yang mengetahui terjadi kesesatan seharusnya memberitahu kepada pengikut aliran sesat itu dengan cara yang baik. Tidak boleh langsung memusuhi orang yang dianggap sesat,” tutur Gus Mus yang pernah mengemban Rais ‘Aam PBNU.
Lebih lanjut dijelaskan Gus Mus,persoalan sesat dan tidak sesat itu, sejatinya urusan Allah SWT yang menentukan. “Itu ada di Al-Quran. Kita harus tahu mana yang haknya Gusti Allah dan kewajiban kita. Kewajiban kita memberi tahu dia. Tahu enggak tahu, itu Gusti Allah. Menunjukkan jalan kepada orang yang sesat itu kewajiban kita,” kata dia.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Mus juga menyinggung penting bagi para tokoh, utamanya tokoh agama untuk ikut memberikan arahan agar terjadi perdamaian antar umat beragama. “Masing-masing harus menyadari kewajiban tersebut. Isu SARA itu salah satu yang harus kita lakukan kalau ingin damai. Seruan menghindari isu itu juga tidak hanya saat Pemilukada, tetapi dilakukan setiap saat,” terangnya.
Umat Islam, lanjutnya, harus paham agama Islam dengan belajar mengaji dan mengkaji Al-Quran agar tidak mudah terpengaruh isu SARA atau isu lain yang membahayakan agamanya. Pemahaman Al-Quran ini sangat penting untuk menangkal perilaku menyimpang yang akhirnya bisa merugikan bangsa dan negara.
Ia menilai sekarang ini banyak orang yang mengklaim beragama Islam tapi justru menjadi sumber perpecahan dan tindak pelanggaran seperti korupsi.
“Mereka itu yang tidak mau memahami Al-Quran. Jangan sampai orang Islam malah jadi lawan Islam, Indonesia jadi lawan Indonesia. Islam nggak paham Islam, Indonesia nggak paham Indonesia,” ujar dia.
(NU-Online/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email