Zuhairi Misrawi dalam Seminar Nasional ‘Menjalin Ukhuwh Islamiyah Menuju Islam Nusantara’ sebagai rangkaian acara Konferensi Koordinator Cabang (konkorcab) ke-XXII PMII Jatim di Telogorejo, Ngebel, Ponorogo, Kamis, 28 April 2016.
Arus deras globalisasi telah membuat identitas suatu bangsa, keragaman, beserta perangkat budaya, kepercayaan dan agama di dalamnya menghadapi tantangan hebat. Karena itu, pentingnya meneguhkan tradisi ukhuwah (persaudaraan) sebagai upaya mencegah perpecahan bangsa yang kian krusial.
Hal itu disampaikan intelektul muda muslim, Zuhairi Misrawi dalam Seminar Nasional ‘Menjalin Ukhuwh Islamiyah Menuju Islam Nusantara’ sebagai rangkaian acara Konferensi Koordinator Cabang (konkorcab) ke-XXII PMII Jatim di Telogorejo, Ngebel, Ponorogo, Kamis, 28 April 2016.
“Terdapat tiga model ukhuwah, yakni, ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama umat islam), ukhuwah wathoniyah (persaudaraan kebangsaan) dan ukhuwah Insaniyah (persaudaraan sesama manusia),” kata Zuhairi Misrawi yang kerap dipanggil Gus Mis.
Menurut pria lulusan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir ini, ada tiga alasan mengapa ukhuwah dinilai sangat penting, terutama di saat kondisi global dan nasional yang sedang menghadapi ancaman serius radikalisme dan terorisme.
Pertama, Indonesia meruakan negara yang majemuk baik agama, suku, budaya, dan bahasa. Namun, kemajemukan agama saat ini menghadapi tantangan hebat oleh munculnya fenomena benturan sektarian yakni isu Sunni-Syiah.
“Konflik Sunni-Syiah dimunculkan sebagai cara untuk memecah belah kaum muslimin dengan membuat stigma pengkafiran. Sunni, Syiah, Amadiyah adalah saudara.” Tegasnya.
Kedua, lanjut Zuhairi, melihat para pendiri bangsa yang telah memberikan keteladanan bahwa meski berbeda dan beragam tapi satu tujuan yakni memajukan dan mensejahterakan bangsa.
“Saya minta kader PMII sebagai intelekual muslim yang telah dididik dalam kultur keragaman menjadi aktor persaudaraan,” ujarnya.
Alasan ketiga, kata Zuhairi, karena begitu banyak ancaman radikalisme, fundamentalisme dan terorisme yang telah hadir di depan mata melakukan pembunuhan atas nama agama.
“Agama dibuat seakan berperang dan berkonflik,” kata Zuhairi.
Munculnya Islam Nusantara, lanjut Zuhairi, sebagai tawaran model Islam yang inklusif, moderat dan memanusiakan manusia.Islam Nusantara juga sebagai gambaran Islam yang berkembang di Indonesia yang sudah teruji mampu membangun kebersamaan sebagai bangsa, bahkan terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan.
Untuk membangun ukhuwah islamiyah, menurutnya dimulai dari kesadaran bahwa kita adalah manusia. “Hal itu lantaran telah banyak manusia yang tidak sadar dirinya manusia dan banyak orang yang telah gagal menjadi manusia,” pungkasnya.
(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email