Foto: Istimewa
Lembaga Zakat, Infak dan Sedekah Muhammadiyah (LAZISMU) dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, pada Kamis, 23 April 2015, menggelar panen raya bersama petani binaan di Desa Bakung, Tumenggungan, Balongbendo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai wujud pemberdayaan dan kepedulian LAZISMU kepada masyarakat yang selama ini menjadi bagian dari gerakan filantropi LAZISMU.
Ketua Badan Pengurus LAZISMU, Hajriyanto Y. Thohari mengatakan, program pemberdayaan LAZISMU tumbuh dari bawah yang bersinggungan langsung dengan masyarakat.
“Interaksi tersebut melibatkan para pemangku kepentingan. Sebagai bentuk membina hubungan yang interaktif itu,” kata Hajriyanto melalui press release yang diterima Satu Islam Kamis, 23 April 2015
Lebih Lanjut Hajriyanto menyatakan, LAZISMU bersama MPM PP Muhammadiyah bersinergi secara konsisten melaksanakan filantropi strategis. Tujuannya, untuk memberdayakan ekonomi masyarakat Indonesia, khususnya di sektor pertanian.
Aktivasi kegiatan tersebut berupa panen raya dengan tema “Tani Bangkit: Aksi Bersama Untuk Kemandirian Pangan”. Aksi bersama ini, tidak hanya dilakukan lazismu dan jejaring di Sidoarjo, atau organisasi masyarakat lainnya, melainkan juga membutuhkan peran pemerintah saat ini.
“Pada hari ini, kami berbahagia, bersama para petani dapat memanen padi hasil dari pembinaan selama ini. Kami berharap, dapat menambah motivasi dan tekad untuk belajar mandiri dalam mengolah lahan pertanian di desa. Semoga, para petani dengan bekal tata kelola pertanian organik dapat tumbuh dan berkembang menjadi petani yang mandiri dan sehat” kata Hajriyanto, saat perayaan panen raya itu, Sidoarjo, Kamis (23/4/2015).
Menurut Hajriyanto, sudah saatnya pemerintah melakukan keberpihakan kepada petani. Problem yang dialami petani selama ini telah memengaruhi produksi pangan yang merugikan petani. “Seperti ketersediaan pupuk, bibit, irigasi dan lainnya yang menyangkut infrastruktur gagal di akses oleh petani,” katanya. Nyatanya, harga bibit, pupuk, melambung tinggi. Namun, di saat panen tiba, harga gabah merosot tajam.
Situasi ini, menurut Hajriyanto, memunculkan kebijakan impor lagi. Hal ini, harus dibenahi, “Terutama tanggung jawab pemerintah dalam melindungi petani, dari para tengkulak,” tambahnya. Dengan demikian, LAZISMU melalui sinerginya bersama MPM, dapat membantu serta memberdayakan potensi petani, dengan mengajarkan bertani secara organik. Model intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pertanian tidak akar pernah relevan, jika pemerintah tidak melindungi petani.
Sementara itu, menurut Ketua MPM PP Muhammadiyah, Said Tuhuleley, negara harus tetap memberikan menaruh perhatian penuh di sektor pangan, serta menjamin ketercukupan pangan. “Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 240 juta jiwa, jika tidak terpenuhi, masyarakat hanya menikmati pangan produk impor, ketercukupan pangan itu telah disediakan oleh pengorbanan para petani,” tandasnya.
Hal senada disampaikan Ketua Pendamping Petani MPM, Syafi’I Latuconsina, sinergi ini berkonsentrasi dalam bidang pertanian, terutama pemberdayaan petani. “Bersama-sama para petani harus belajar bagaimana menolong saudara-saudara kita, khususnya para petani, sebab kondisi di tanah air, sekarang bukan pemberdayaan, “Tapi upaya pemiskinan yang akut di alami buruh tani dan nelayan,” jelas Syafi’i.
Selain panen raya, dilaukan pula serah terima simbolis zakat corporate Bank Mega Syariah dan LAZISMU untuk program pertanian terpadu di Jawa Timur dan Papuan kepada MPM PP Muhammadiyah. Dalam acara itu, juga digelar tabligh akbar, yang disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Din Syamsuddin, MA, dengan judul Jihad Kedaulatan Pangan.
Pada kesempatan ini, perwakilan petani memberikan testimoni terkait bertani secara organik dan pembedaan hasilnya dengan yang non-organik. Masyarakat sekitar, juga diberi kesempatan untuk berdiskusi tentang sistem pertanian terpadu dengan pendekatan baru.
(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email