Dalam riyadah-riyadah yang tidak ada syari’atnya bertujuan untuk memperoleh kekuatan batin dan energi dunia dengan kata lain menguasai ilmu spiritual dan alam.
Namun dalam puasa yang disyari’atkan tujuannya ialah semata-mata untuk mencari keridhaan Allah swt dan unutk memperoleh energi spiritual untuk mendidik dan menguatkan jiwa.
Hujjatul Islam Muhammad Jawad Rodgar, mengenai pertanyaan tentang bedanya ibadah puasa khususnya puasa pada bulan Ramadhan dengan riyadah-riyadah yang dilakukan mistisisme dan gerakan spiritual, beliau mengatakan bahwa dalam Islam kita memiliki sebuah konsep yang disebut sabar, yang menurut riwayat sabar dibagi menjadi 3 macam yaitu sabar dalam musibah, sabar dalam ketaatan dan sabar atas maksiat.
Salah satu bentuk kesabaran ialah puasa, karena puasa merupakan tanda ketaatan dan penghambaan Allah swt, selain itu ketika berpuasa kita juga harus sabar menahan lapar, haus dan hal-hal yang membatalkan puasa menurut hukum fiqih, dan juga hal-hal akhlaqi yang dapat membatalkan puasa seperti berdusta, mencela orang, gibah dan lain-lainnya.
Sementara puasa dalam ‘irfan atau mistisisme memiliki kekhususan dalam menjaga hawa nafsunya, padahal puasa seharusnya dilakukan demi mencari keridhaan ilahi dan menjalankan perintahnya semata. Dan dengan memperhatikan tingkat hukum fiqih, akhlaq dan irfani puasa memiliki tingkat kesabaran khusus, jelas Hujjatul Islam Muhammad Jawad Rodgar.
Selain itu falsafah dari diperintahkannya puasa ialah untuk mencapai derajat ketakwaan ilahi, sebagaimana dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa “telah diwajibkan puasa atas kalian sebagaimana telah diwajibakan juga atas orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertakwa”.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email